Suara.com - Sebuah studi baru mengungkap bahwa alat kesehatan digital seperti aplikasi hingga perangkat wearable (smartband atau smartwatch), cenderung tidak berguna untuk orang miskin.
Teknologi ini disebut hanya efektif untuk mereka yang berpenghasilan tinggi.
Studi yang diterbitkan di International Journal of Behavioral Nutrition and Physical Activity.
Peneliti menguji apakah fitur kesehatan digital seperti pesan teks, petunjuk berbasis web, atau pelacak langkah bisa mendorong pengguna untuk meningkatkan aktivitas fisik mereka.
Hasilnya, teknologi itu nyatanya tidak efektif bagi mereka yang berstatus ekonomi rendah.
Alat kesehatan digital disebut hanya berlaku efektif untuk mereka yang memiliki penghasilan cukup baik.
Studi ini memperkuat argumen bahwa teknologi kesehatan digital justru memperlebar kesenjangan antar kelompok.
Kondisi ini membuktikan bahwa itu hanya dirancang untuk mereka yang memiliki banyak uang dan akses pendidikan, sebagaimana diungkap The Verge, Minggu (28/11/2021).
Peneliti beralasan, masyarakat dengan ekonomi rendah cenderung memiliki literasi kesehatan digital yang rendah pula.
Baca Juga: Smartwatch Terlaris, Huawei Watch GT 3 Terjual Lebih dari 2.000 Unit Sehari
Artinya, mereka masih belum mampu menggunakan teknologi tersebut untuk aktivitas kesehatannya.
Faktor lain, mereka juga tidak bisa mengoperasikan alat atau menerapkannya secara efektif.
Mereka juga tidak memiliki waktu sebanyak orang kaya untuk melakukan hal-hal fisik dengan alat kesehatan digital seperti berjalan-jalan atau olahraga.
Alat kesehatan digital memang kerap kali diklaim sebagai cara untuk mengatasi kesenjangan di bidang kesehatan.
Sebab, teknologi ini dihadirkan dalam bentuk lebih mudah dan murah.
Orang-orang pun semakin banyak untuk mendapatkan akses ke teknologi digital, baik dalam bentuk ponsel ataupun perangkat wearable.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pengamat Desak Kapolri Evaluasi Jabatan Krishna Murti Usai Isu Perselingkuhan Mencuat
- Profil Ratu Tisha dan Jejak Karier Gemilang di PSSI yang Kini Dicopot Erick Thohir dari Komite
- Bukan Denpasar, Kota Ini Sebenarnya Yang Disiapkan Jadi Ibu Kota Provinsi Bali
- Profil Djamari Chaniago: Jenderal yang Dulu Pecat Prabowo, Kini Jadi Kandidat Kuat Menko Polkam
- Tinggi Badan Mauro Zijlstra, Pemain Keturunan Baru Timnas Indonesia Disorot Aneh Media Eropa
Pilihan
-
6 Stadion Paling Angker: Tempat Eksekusi, Sosok Neti hingga Suara Misterius
-
Shell, Vivo Hingga AKR Bungkam Usai 'Dipaksa' Beli BBM dari Pertamina
-
Drama Stok BBM SPBU Swasta Teratasi! Shell, Vivo & BP Sepakat 'Titip' Impor ke Pertamina
-
Gelombang Keracunan MBG, Negara ke Mana?
-
BUMN Tekstil SBAT Pasrah Menuju Kebangkrutan, Padahal Baru IPO 4 Tahun Lalu
Terkini
-
10 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 19 September 2025, Dapatkan Beckham dan Iniesta OVR 104
-
Honor Siapkan HP Baru Bulan Ini: Bawa Baterai 8.300 mAh dan Fitur Tangguh
-
Sebagian Fitur Redmi K90 Terungkap, Diprediksi Jadi Cikal Bakal POCO F8
-
Makin Mudah, Final Fantasy 7 Remake Hadirkan 'Easy Mode' di Switch 2 serta Konsol
-
HP Murah Vivo Y21d Lolos Sertifikasi di Indonesia, Fitur Tahan Banting
-
NVIDIA Suntik Puluhan Triliun Rupiah, Harga Saham Intel Langsung Meroket
-
Redmi Pad 2 Pro: Bocoran Spesifikasi Gahar, Baterai 12.000 mAh, Siap Meluncur Minggu Depan?
-
Tencent Tuduh Sony Memonopoli Game usai Digugat, Sebut Horizon Tidak Orisinal
-
Telkomsel Pertajam Kepiawaian Generasi Muda Manfaatkan Teknologi AI lewat IndonesiaNEXT Summit 2025
-
55 Kode Redeem FF Terbaru 19 September 2025: Ada Skin Scar, XM8, dan Diamond