Suara.com - Sophos, perusahaan keamanan siber, merilis “Active Adversary Playbook 2022”, yang merinci perilaku penyerang yang dilihat oleh tim Rapid Response dari Sophos di ruang siber selama 2021.
Laporan tersebut menunjukkan peningkatan dwell time sebesar 36 persen, dengan dwell time penyusup rata-rata selama 15 hari di 2021 dibandingkan dengan 11 hari di 2020.
Laporan tersebut juga mengungkapkan dampak kerentanan di ProxyShell Microsoft Exchange, yang menurut Sophos dimanfaatkan oleh beberapa Initial Access Brokers (IAB), untuk menyusup ke jaringan dan kemudian menjual akses itu ke para penyerang lain.
“Kejahatan yang terjadi di dunia maya sangat beragam dan telah menjadi sesuatu yang terspesialisasi," kata John Shier, senior security advisor di Sophos dalam keterangan resminya, Rabu (24/8/2022).
IAB telah mengembangkan industri kejahatan siber dengan menyusupi sebuah target, melakukan pengintaian eksplorasi atau memasang backdoor.
Tidak sampai di situ, dia menambahkan, mereka kemudian menjual akses turn-key ke grup ransomware untuk melakukan serangan-serangan yang mereka lakukan sendiri.
“Dalam lanskap ancaman siber berbasis spesialisasi yang semakin dinamis ini, akan sulit bagi perusahaan memahami penggunaan alat dan pendekatan yang selalu berubah-rubah, yang dilakukan para penyerang," jelas John Shier.
Untuk itu, dia memaparkan, sangat penting bagi para penjaga keamanan untuk memahami apa yang harus dicari pada setiap tahap rantai serangan yang terjadi.
"Sehingga mereka dapat mendeteksi dan menetralisir serangan secepat mungkin,” ucapnya.
Baca Juga: Kerentanan Micorosft Office Lama, Picu Serangan 8 Kali Lebih Banyak di Q2 2022
Penelitian dari Sophos juga menunjukkan bahwa dwell time penyusup dilakukan lebih lama di lingkungan perusahaan yang lebih kecil.
Para penyerang dapat bertahan selama kurang lebih 51 hari di perusahaan yang memiliki karyawan hingga 250 orang, sementara mereka biasanya menghabiskan 20 hari di perusahaan dengan 3.000 hingga 5.000 karyawan.
“Para penyerang menganggap perusahaan-perusahaan lebih besar lebih berharga, sehingga mereka lebih termotivasi untuk masuk mendapatkan apa yang mereka inginkan, dan keluar," ungkap John Shier.
Sedangkan, tambahnya, perusahaan-perusahaan yang lebih kecil memiliki 'nilai' yang lebih sedikit, sehingga penyerang dapat mengintai di sekitar jaringan untuk waktu yang lebih lama.
Dia menilai, mungkin juga para penyerang ini kurang berpengalaman dan membutuhkan lebih banyak waktu untuk mencari tahu apa yang harus dilakukan begitu mereka berada di dalam jaringan.
"Terakhir, organisasi yang lebih kecil biasanya memiliki visibilitas yang lebih rendah untuk mendeteksi dan mengeluarkan para penyerang, sehingga hal ini memperpanjang kehadiran mereka,” kata John Shier.
Dia menambahkan, dengan peluang yang mereka dapatkan dari adanya kerentanan di ProxyLogon dan ProxyShell yang belum ditambal dan dengan adanya kebangkitan IAB, terlihat terdapat lebih banyak bukti dari banyak para penyerang dalam melakukan satu target.
"Jika di dalam jaringan tersebut ramai, penyerang akan ingin bergerak cepat untuk mengalahkan pesaing mereka,” tukasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- Bak Bumi dan Langit, Adu Isi Garasi Menkeu Baru Purbaya Yudhi vs Eks Sri Mulyani
- Apa Jabatan Nono Anwar Makarim? Ayah Nadiem Makarim yang Dikenal Anti Korupsi
- Mahfud MD Bongkar Sisi Lain Nadiem Makarim: Ngantor di Hotel Sulit Ditemui Pejabat Tinggi
- Kata-kata Elkan Baggott Jelang Timnas Indonesia vs Lebanon Usai Bantai Taiwan 6-0
- Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Dicopot
Pilihan
-
Studi Banding Hemat Ala Konten Kreator: Wawancara DPR Jepang Bongkar Budaya Mundur Pejabat
-
Jurus Baru Menkeu Purbaya: Pindahkan Rp200 Triliun dari BI ke Bank, 'Paksa' Perbankan Genjot Kredit!
-
Sore: Istri dari Masa Depan Jadi Film Indonesia ke-27 yang Dikirim ke Oscar, Masuk Nominasi Gak Ya?
-
CELIOS Minta MUI Fatwakan Gaji Menteri Rangkap Jabatan: Halal, Haram, atau Syubhat?
-
Hipdut, Genre Baru yang Bikin Gen Z Ketagihan Dangdut
Terkini
-
Google Trends Ungkap Tingginya Pencarian Judol Sebulan Terakhir: Begini Cara Lapor ke Komdigi!
-
POCO C85 Resmi Rilis di Indonesia: Baterai 6000 mAh, Layar 120Hz, Harga Mulai Rp1,5 Jutaan
-
Update Harga iPhone setelah Apple Mengumumkan iPhone 17, Ada yang Turun?
-
Itel A100, HP Rp1 Jutaan Bodi Tangguh Standar Militer
-
4 HP Gaming 1 Jutaan Terbaik September 2025: Anti Ngelag, Cocok untuk Hadiah
-
5 Rekomendasi HP 5G Murah Rp 1 Jutaan Terbaik September 2025, Fitur Menarik!
-
IM3 Gandeng Motorola Moto g86 POWER 5G Hadirkan HP 5G Murah dan Anti-Scam!
-
JBL Sense Lite Terbaru Hadirkan Kualitas Suara Bass Nendang dan Tetap Terhubung dengan Sekitar !
-
5 Pilihan HP Murah Kamera 30 MP ke Atas, Harga Mulai Rp1 Jutaan
-
Tertarik dengan Konsepnya, Sutradara Resident Evil 2 Ingin Kojima Buat Game Mirip PT