Atlantik Selatan, Pasifik Utara, Samudra Hindia, dan wilayah yang sekarang disebut Mediterania sebagian besar terlindung dari efek terkuat.
Sebagian besar sampel yang dianalisis berasal dari inti yang dikumpulkan selama ekspedisi pengeboran laut ilmiah.
Rekan penulis Profesor Brian Arbic, yang mengawasi proyek tersebut, mengatakan pihaknya menemukan bukti yang menguatkan dalam catatan geologis untuk area yang diprediksi akan berdampak maksimal di laut terbuka.
"Bukti geologis pasti memperkuat makalah ini,” ucapnya melansir laman Metro.uk, Jumat (7/10/2022).
Hal paling penting adalah singkapan dari batas K-Pg di pantai timur pulau utara dan selatan Selandia Baru, lebih dari 7.500 mil dari 'ground zero.'
Sedimen yang disebut endapan olistostromal, pada awalnya dianggap sebagai hasil aktivitas tektonik lokal.
Namun usia dan lokasi mereka secara langsung di jalur model tsunami menunjukkan asal yang berbeda.
"Kami merasa endapan ini merekam efek dari dampak tsunami, dan ini mungkin konfirmasi paling jelas tentang signifikansi global dari peristiwa ini," ujar Molly Range.
Programnya melacak kekacauan 10 menit pertama peristiwa itu – mulai dari tumbukan, hingga pembentukan kawah dan inisiasi tsunami.
Baca Juga: Ini Cara Mainkan Game Dinosaurus di Google Chrome, Tes Berapa Skormu?
Berdasarkan temuan penelitian sebelumnya, asteroid para peneliti berdiameter 8,7 mil dan bergerak dengan kecepatan 27.000 mph.
Itu menghantam kerak granit yang dilapisi oleh sedimen tebal dan perairan laut dangkal, meledakkan kawah selebar 62 mil dan mengeluarkan awan jelaga dan debu padat ke atmosfer.
Setelah dua setengah menit, tirai material yang dikeluarkan mendorong dinding air keluar dari lokasi tumbukan, secara singkat membentuk gelombang setinggi 2,8 mil yang mereda saat ejecta jatuh kembali ke Bumi.
Sepuluh menit setelah proyektil menghantam, dan 137 mil dari titik tumbukan, gelombang tsunami berbentuk cincin setinggi satu mil mulai menyapu lautan ke segala arah.
Data tersebut dimasukkan ke dalam dua model prakiraan tsunami untuk mengikuti gelombang raksasa melintasi lautan.
Rekan penulis Prof Ted Moore, juga dari Michigan, mengatakan bahwa hasil besar di sini adalah bahwa dua model global dengan formulasi berbeda memberikan hasil yang hampir sama.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Pilihan Produk Viva untuk Menghilangkan Flek Hitam, Harga Rp20 Ribuan
- 7 Mobil Bekas di Bawah Rp50 Juta untuk Anak Muda, Desain Timeless Anti Mati Gaya
- 7 Rekomendasi Mobil Matic Bekas di Bawah 50 Juta, Irit dan Bandel untuk Harian
- 5 Mobil Mungil 70 Jutaan untuk Libur Akhir Tahun: Cocok untuk Milenial, Gen-Z dan Keluarga Kecil
- 7 Sunscreen Mengandung Niacinamide untuk Mengurangi Flek Hitam, Semua di Bawah Rp60 Ribu
Pilihan
-
Nasib Sial Mees Hilgers: Dihukum Tak Main, Kini Cedera Parah dan Absen Panjang
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
Terungkap! Ini Lokasi Pemakaman Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi
-
BREAKING NEWS! Raja Keraton Solo PB XIII Hangabehi Wafat
-
Harga Emas Turun Hari ini: Emas Galeri di Pegadaian Rp 2,3 Jutaan, Antam 'Kosong'
Terkini
-
Cara Blur WhatsApp Web dengan Mudah, Anti Intip Saat di Kantor
-
5 HP dengan Kamera Beresolusi Tinggi Paling Murah, Foto Jernih Minimal 50 MP
-
MediaTek Dimensity 6400 Setara Chipset Apa? Bersaing dengan Snapdragon Berapa?
-
Intip Harga HP Infinix per November 2025, Spek Terbaik Mulai Rp1 Jutaan
-
18 Kode Redeem FC Mobile 2 November 2025, Klaim Pemain Gratis OVR 113 Terbatas
-
40 Kode Redeem FF 2 November 2025 Bikin Akun Kamu Wangi Seharian, Luck Royale Voucher Gratis
-
17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 1 November 2025, Dapatkan Pemain OVR 109-113 dan Gems Gratis
-
ChatGPT Go Resmi Diluncurkan Pertama di Asia Tenggara, Gandeng Telkomsel, Bundling Mulai Rp 50.000
-
Tim Cook Janjikan Berbagai Teknologi AI Canggih di Apple Intelligence
-
Xiaomi Sedang Garap HP Redmi dengan Baterai 9.000 mAh