Suara.com - Belakangan tengah viral modus penipuan baru yang dikenal dengan Social Engineering. Apa itu Social Engineering dan bagaimana cara kerjanya?
Social Engineering adalah taktik yang digunakan oleh penyerang untuk memanipulasi manusia agar mengungkapkan informasi rahasia atau melakukan tindakan yang tidak diinginkan.
Serangan semacam ini didasarkan pada psikologi manusia dan memanfaatkan kelemahan dalam pola pikir dan kepercayaan manusia. Dalam artikel ini, kita akan mempelajari tentang social engineering, beberapa contoh serangannya, dan cara mencegahnya.
Tujuan Social Engineering
Tujuan utama dari serangan social engineering adalah mendapatkan akses ke informasi rahasia, seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau data identitas pribadi.
Penyerang menggunakan informasi ini untuk kepentingan pribadi, seperti pencurian identitas, penipuan finansial, atau akses ilegal ke sistem komputer.
Serangan dengan modus Social Engineering akan memanipulasi orang agar memberikan informasi yang tidak seharusnya mereka bagikan, mengunduh perangkat lunak yang tidak seharusnya mereka unduh.
Kemudian, korban juga akan dimanipulasi agar mengunjungi situs web yang tidak seharusnya mereka kunjungi, mengirimkan uang kepada penjahat, atau melakukan kesalahan lain yang membahayakan keamanan pribadi atau organisasi mereka.
Mengapa Social Engineering banyak dipakai oleh penipu?
Baca Juga: Kaspersky Hentikan Penjualan Software Anti-virus di AS
Social Engineering sering dipakai para pelaku kejahatan dunia maya karena memungkinkan mereka mengakses jaringan, perangkat, dan akun digital tanpa harus melakukan pekerjaan teknis yang sulit untuk melewati firewall, perangkat lunak antivirus, dan kontrol keamanan dunia maya lainnya.
Cara Kerja Social Engineering
Ada beberapa cara yang dilakukan penipu untuk mengelabui korbannya dengan modus Social Engineering ini. Berikut adalah beberapa di antaranya.
1. Berpura-pura sebagai merek terpercaya
Penipu seringkali menyamar atau "meniru" perusahaan yang dikenal, dipercaya, dan mungkin sering atau teratur berbisnis dengan korban.
Dengan demikian, korban akan menurut saja dengan perintah yang dilakukan penipu. Padahal, perusahaan yang bermitra dengan korban belum tentu akan menanyakan hal-hal yang sifatnya pribadi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Sunscreen Terbaik untuk Flek Hitam Usia 50 Tahun, Atasi Garis Penuaan
- 3 Link DANA Kaget Khusus Hari Ini, Langsung Cair Bernilai Rp135 Ribu
- 14 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 7 Oktober 2025, Gaet Rivaldo 112 Gratis
- Sosok Profesor Kampus Singapura yang Sebut Pendidikan Gibran Cuma Setara Kelas 1 SMA
- 5 Fakta Heboh Kasus Video Panas Hilda Pricillya dan Pratu Risal yang Guncang Media Sosial
Pilihan
-
Pelaku Ritel Wajib Tahu Strategi AI dari Indosat untuk Dominasi Pasar
-
Istri Thom Haye Keram Perut, Jadi Korban Perlakuan Kasar Aparat Keamanan Arab Saudi di Stadion
-
3 Rekomendasi HP 1 Jutaan Kemera Terbaik, Mudah Tapi Bisa Diandalkan
-
Kontroversi Penalti Kedua Timnas Indonesia, Analis Media Arab Saudi Soroti Wasit
-
6 Rekomendasi HP Murah Baterai Jumbo 6.000 mAh, Pilihan Terbaik Oktober 2025
Terkini
-
Huawei Watch GT 6 dan 6 Pro Resmi: Jam Tangan Mewah Harga Mulai Rp 3 Jutaan
-
Game Baru Mirip Animal Crossing Muncul di PlayStation Store, Bakal Bertahan Lama?
-
Poco M7 Resmi ke Indonesia: HP Murah Rp 2 Jutaan Punya Baterai 7.000 mAh
-
Pakai Snapdragon 7 Gen 4 dan RAM 12 GB, Segini Skor AnTuTu Realme 15 Pro
-
Integrasi AI, Data, dan Aplikasi dalam Business Suite Terbaru untuk Percepat Transformasi Digital
-
5 Rekomendasi HP Murah Terbaik di Live Shopee, Mulai Rp700 Ribuan
-
Bermitra dengan Ricoh, Realme GT 8 Pro Diklaim Tawarkan Fotografi Inovatif
-
Lagi Viral Prank AI Orang Tak Dikenal Masuk Rumah, Ternyata Ini Trik dan Prompt-nya
-
iQOO 15 Rilis 20 Oktober: Bawa Snapdragon 8 Elite Gen 5 dan Layar 144 Hz
-
15 Kode Redeem MLBB 9 Oktober 2025: Skin Epic, Diamond, dan Hadiah Spesial dari Event Mystic Clash