Suara.com - Praktik penipuan secara daring atau online masih menjadi ancaman. Caranya pun beragam, dengan membobol rekening perbankan.
Anda mungkin pernah mendengar tentang penipuan 'phishing', di mana seorang penipu mengirimkan email palsu dengan tujuan mencoba mendapatkan uang atau data dari target.
Dikutip dari Unilad, email tersebut dapat dikenali dengan beberapa tanda yang jelas seperti tautan yang tampak mencurigakan atau nada mendesak yang memperingatkan tentang 'denda'.
Terkadang mereka bahkan dapat menyamar sebagai otoritas seperti polisi atau pemerintah daerah yang mengenakan 'denda' kepada orang-orang.
Meskipun dapat dikenali, email phishing akan dengan sengaja menyebarkan jaring yang luas, mengirimkan pesan ke ribuan penerima atau lebih.
Hanya segelintir dari mereka yang perlu ditipu agar skema tersebut berhasil.
Setelah seseorang mengeklik tautan tersebut, penipu dapat memperoleh akses ke data rekening bank, informasi pribadi, dan detail orang lain, yang semuanya menguntungkan di pasar gelap.
Jadi itu phishing, tetapi bagaimana dengan 'smishing'?
Seperti yang tersirat dari namanya, secara garis besar, ini sama cakupannya dengan phishing, tetapi alih-alih melalui email, penipuan ini dilakukan melalui pesan teks.
Dari sinilah namanya berasal, dengan 'sm' yang merujuk pada pesan SMS.
Salah satu contoh penipuan smishing saat ini tengah diamati oleh FBI dan memperlihatkan para penipu menyamar sebagai 'layanan tol' yang memberi tahu para pelancong yang tidak tahu bahwa mereka berutang uang.
Pengumuman layanan publik dari FBI menyertakan contoh teks penipuan, yang berbunyi: "Kami telah melihat jumlah tol yang belum dibayar sebesar $12,51 pada catatan Anda. Untuk menghindari biaya keterlambatan sebesar $50,00, kunjungi [alamat web palsu] untuk melunasi saldo Anda."
Pesan tersebut merupakan taktik psikologis klasik yang digunakan oleh penipuan smishing dan phishing.
Hal ini sering kali mencakup menyamar sebagai figur otoritas dan menciptakan rasa urgensi dengan memperingatkan hukuman lebih lanjut jika Anda tidak bereaksi.
Taktik lainnya bisa dengan berpura-pura menjadi jasa pengiriman, 'perangkap madu', atau dalam beberapa kasus bahkan berpura-pura menjadi anak seseorang yang mengatakan bahwa mereka 'kehilangan ponselnya'.
Berita Terkait
Terpopuler
- Sama-sama dari Australia, Apa Perbedaan Ijazah Gibran dengan Anak Dosen IPB?
- Bawa Bukti, Roy Suryo Sambangi Kemendikdasmen: Ijazah Gibran Tak Sah, Jabatan Wapres Bisa Gugur
- Lihat Permainan Rizky Ridho, Bintang Arsenal Jurrien Timber: Dia Bagus!
- Ousmane Dembele Raih Ballon dOr 2025, Siapa Sosok Istri yang Selalu Mendampinginya?
- Jadwal Big 4 Tim ASEAN di Oktober, Timnas Indonesia Beda Sendiri
Pilihan
Terkini
-
Epson Indonesia Luncurkan Produk 2025: Inovatif, Lebih Produktif, dan Berkelanjutan
-
48 Kode Redeem FF 26 September 2025, Kesempatan Klaim Emote Broom Swoosh dan Kingfisher Trouble
-
18 Kode Redeem FC Mobile 26 September 2025, Banyak Gems dan Pemain OVR 104-110
-
Remaja Main Game Lebih Lama dari Waktu Sekolah, Pakar Ingatkan Resiko
-
Biodata Kioway, Esports Asal Rusia yang Bersinar di Mobile Legends
-
Fujifilm Instax Mini Evo Gentle Rose Hadir ke Indonesia, Kamera Instan Harga Rp 3 Juta
-
Realme 15 5G dan 15 Pro 5G Masuk Indonesia 8 Oktober, Intip Spesifikasinya
-
20 Kode Redeem MLBB 25 September: Dapatkan Skin Summer Spark dan Hadiah Blazing Summer Sekarang!
-
Kapan iPhone 18 Dirilis? Ini Estimasi Harga dan Inovasi Terbarunya
-
20 Kode Redeem FC Mobile 25 September: Klaim Hadiah Golden Transfer, Langsung Masuk ke Akunmu