Suara.com - Teknologi telerobotik menjadi terobosan dalam dunia medis yang memungkinkan prosedur bedah dilakukan jarak jauh dengan presisi tinggi, sehingga membuka peluang untuk mengurangi ketergantungan pasien yang mencari pengobatan di luar negeri.
Seperti yang dikatakan Prof. Dr. Agus Rizal Hamid, Spesialis Urologi dan Konsultan Onkologi RSCM bahwa telerobotik memungkinkan dokter bedah mengoperasikan robot medis dari konsol yang terletak di lokasi yang berbeda, bahkan pulau yang berbeda.
"Dengan telerobotik, pasien di daerah terpencil atau yang kesulitan mengakses fasilitas medis canggih bisa mendapatkan perawatan setara dengan yang ada di rumah sakit besar," kata Staf Departemen Urologi FKUI-RSCM Prof. Agus saat mengunjungi Antara Heritage Center (AHC) di Pasar Baru, Jakarta, Senin (11/11).
Prof. Agus juga menjelaskan bahwa meskipun dokter dan pasien berada di tempat terpisah, prosedur operasi tetap dapat dilakukan dengan presisi tinggi.
Salah satu keuntungan utama dari telerobotik adalah mengurangi kebutuhan pasien untuk mencari pengobatan di luar negeri, yang seringkali memerlukan biaya tinggi dan proses yang rumit.
Pasien yang membutuhkan operasi dengan alat canggih, kini dapat menjalani prosedur dengan menggunakan robot medis tanpa harus terbang ke luar negeri.
Teknologi ini juga meminimalkan risiko komplikasi dan mempercepat proses pemulihan, yang pada akhirnya mengurangi beban biaya perawatan jangka panjang.
“Jadi memang tidak bisa semua indikasi tertentu, misalnya operasi kanker prostat yang masih stadium awal Itu angka komplikasinya, baik saat operasi maupun sesudah operasi dan angka keberhasilan jangka panjangnya itu sekarang sudah terbukti lebih baik menggunakan alat robot dibandingkan tidak,” ungkapnya.
Namun, meski telerobotik menjanjikan banyak manfaat, Indonesia masih tertinggal dibandingkan negara tetangga seperti Malaysia, yang sudah memiliki 15 robot medis.
Baca Juga: Nyaris Tiada Harapan: Potensi Hilangnya Kehangatan dalam Interaksi Sosial Gen Z
Prof. Agus berharap, dengan dukungan pemerintah, Indonesia bisa mempercepat adopsi teknologi ini untuk memenuhi kebutuhan medis masyarakat, mengurangi ketergantungan pada rumah sakit luar negeri, dan meningkatkan kualitas layanan kesehatan di tanah air.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
Pilihan
-
BBM RI Dituding Mahal Dibandingkan Malaysia, Menkeu Purbaya Bongkar Harga Jual Pertamina
-
Menkeu Purbaya Punya Utang Rp55 Triliun, Janji Lunas Oktober
-
Ngeri Tapi Nagih! Ini Lho Alasan Psikologis Kenapa Kita Doyan Banget Nonton Film Horor
-
Daftar 46 Taipan yang Disebut Borong Patriot Bond Danantara, Mulai Salim, Boy Thohir hingga Aguan
-
Pilih Gabung Klub Antah Berantah, Persis Solo Kena Tipu Eks Gelandang Persib?
Terkini
-
Tablet Windows Murah untuk Akhir 2025, Ini 4 Pilihan Terbaiknya
-
Gegara Tarif Trump, Peluncuran Game Terminator 2D: No Fate Ditunda
-
15 Prompt Gemini AI Edit Foto Jadi Pemain Bola, Mendadak Jadi Bintang Lapangan
-
7 Rekomendasi Game PC Free to Play di Steam, Pilihan Terbaik September 2025
-
Adu Penjualan Xiaomi 17 vs iPhone 17 Series Tahap Awal, Siapa Pemenangnya?
-
Google Ubah Tampilan Logo G, Sentuhan Gradasi Bikin Makin Elegan
-
Siapa Ikhsan Katonde? Sebut Gibran Cuma Kursus Beberapa Bulan di Australia
-
57 Kode Redeem FF Terupdate 30 September 2025: Klaim Incubator Voucher, Bundle, dan Skin Gratis
-
Kode Redeem FC Mobile Terbaru 30 September 2025, Klaim 2.000 Gems hingga Nike Phantom 6
-
Lagi Viral, Ini Prompt Gemini AI Siap Pakai untuk Edit Foto Estetik Kena Angin di Jendela Mobil