Suara.com - Serangan deepfake AI diprediksi akan semakin merajalela digunakan penjahat siber untuk mendapatkan keuntungan di sepanjang 2025.
Prediksi Palo Alto Networks ini terungkap dari laporan terbaru PwC.
"Deepfake telah digunakan untuk tujuan jahat di wilayah Asia Pasifik. Meskipun telah digunakan untuk menyebarkan misinformasi politik, serangan deepfake paling efektif menargetkan perusahaan untuk mendapatkan keuntungan finansial," jelas Regional Vice President Palo Alto Networks ASEAN Steven Scheurmann saat media brief online, Selasa (15/1/2025).
Deepfake AI yang akan lebih sering digunakan adalah suara.
"Hacker mau menggunakan yang paling gampang untuk melakuka kejahatan siber dan deepfake audio paling mudah, kalau video lebih sulit," ujarnya.
Dia mengungkapkan, penjahat siber yang cerdas akan memperhatikan dan menggunakan teknologi AI generatif yang terus berkembang untuk meluncurkan serangan deepfake yang kredibel.
"Penggunaan audio deepfake yang akan semakin meluas disebabkan karena teknologi yang ada sudah memungkinkan kloning suara yang sangat meyakinkan," kata Steven.
"Kita akan semakin sering melihat penggunaan deepfake sebagai satu serangan atau sebagai bagian dari serangan yang lebih besar pada tahun 2025," imbuhnya lagi.
Laporan terbaru PwC juga mengungkapkan bahwa lebih dari 40 persen petinggi perusahaan mengatakan bahwa mereka tidak memahami risiko siber yang ditimbulkan oleh teknologi baru seperti Generative AI.
Baca Juga: Komdigi Siapkan Regulasi Atur AI, Diumumkan 3 Bulan Lagi
Menurutnya, pada tahun 2025, AI akan menjadi pusat dari strategi keamanan siber seiring dengan pemanfaatan AI oleh organisasi dalam memitigasi risikosecara proaktif,.
"Meskipun begitu hal yang terpenting, organisasi juga harus berupaya untuk mengamankan berbagai model AI yang mereka kembangkan sendiri," tambah dia.
Diprediksi juga pada 2025, kawasan Asia Pasifik akan menghadapi badai ancaman siber berbasis AI yang kian meningkat dalam skala, kecanggihan, hingga dampak.
"Masa di mana strategi keamanan yang tidak terpadu telah berakhir, kini organisasi perlu beralih ke platform yang terintegrasi dan didukung oleh teknologi AI yang transparan dan dapat diandalkan untuk tetap menjadi yang terdepan," kata Simon Green, President, Asia Pacific and Japan at Palo Alto Networks.
Menurutnya, ketika serangan kuantum bermunculan dan serangan deepfake berkembang menjadi metode penipuan, perusahaan harus terus berinovasi atau terancam tertinggal oleh aktor jahat.
"Tidak hanya risiko terkena serangan, tetapi pihak yang gagal beradaptasi juga berisiko mengalami reputasiyang jatuh dan ketahanan yang tidak dapat diperbaiki," pungkasnya.
Berita Terkait
-
LG Pamer Affectionate Intelligence di CES 2025, Bikin Makin Personal
-
Samsung Galaxy S25 Bisa Dipesan di Indonesia 23 Januari 2025
-
Samsung AI Home Bawa Transformasi Bagi Peralatan Rumah Tangga
-
Apa Itu Copilot+ PC, Teknologi AI Keren Komputer Microsoft
-
AI Diprediksi Bakal Jadi Senjata Baru Penjahat Siber dan Ancaman Makin Besar
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Spesifikasi Xiaomi 17 Pro Max: Bawa Snapdragon 8 Elite Gen 5, Layar Belakang ala Mi 11 Ultra
-
Vivo Segera Rilis Sistem Operasi OriginOS ke Luar China, Gantikan FunTouch OS
-
Realme GT 8 Pro Debut Pakai Snapdragon 8 Elite Gen 5, Skor AnTuTu Tembus 4 Juta Lebih
-
Vivo V60 Lite Masuk Indonesia 2 Oktober, Intip Spesifikasinya
-
Komdigi Sebut Indonesia Harus Mandiri Kembangkan AI biar Tak Bergantung Teknologi Asing
-
13 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September 2025: Skuad Mesti Gahar, Pele dan Petit Menantimu
-
25 Kode Redeem FF Terbaru 28 September 2025, Klaim Diamond dan Bundle Langka Sekarang
-
4 HP dengan Kamera Stabil di Bawah Rp3 Juta: Cocok untuk Konten Harian dan Video Anti-Goyang
-
Mending Beli iPhone 13 atau iPhone 16e? Duel iPhone Murah
-
27 Prompt Gemini AI Edit Foto Pasangan Jadi Ala Studio Profesional