Suara.com - Tim peneliti dari Fakultas Biologi Universitas Gadjah Mada (UGM) berhasil menemukan tujuh spesies baru lobster air tawar di wilayah Papua Barat.
Sebagaimana keterangan resmi di Yogyakarta, hasil eksplorasi biodiversitas itu dipublikasikan bersama peneliti independen dari Jerman serta lembaga riset di Berlin dalam jurnal internasional Quartil 2 Arthropoda pada 6 Juni 2025.
"Papua adalah hotspot keanekaragaman hayati yang masih menyimpan banyak misteri. Penemuan ini hanya sebagian kecil dari potensi luar biasa yang belum tereksplorasi," kata Dr. Rury Eprilurahman, dosen Fakultas Biologi UGM yang menjadi salah satu penulis dalam publikasi ilmiah tersebut, Sabtu 21 Juni 2025.
Ketujuh spesies baru yang diidentifikasi yakni Cherax veritas, Cherax arguni, Cherax kaimana, Cherax nigli, Cherax bomberai, Cherax farhadii, dan Cherax doberai.
Spesimen tersebut ditemukan di sejumlah lokasi terpencil di Misool, Kaimana, Fakfak, dan Teluk Bintuni yang dikenal memiliki ekosistem air tawar yang masih alami dan minim aktivitas manusia.
Proses identifikasi dilakukan dengan pendekatan integratif, menggabungkan karakter morfologis dan filogeni molekuler menggunakan gen mitokondria 16S dan COI.
"Kami tidak hanya melihat bentuk tubuh dan warna, tetapi juga membandingkan DNA-nya untuk memastikan bahwa ini benar-benar spesies yang berbeda," ujar Rury.
Menariknya, sebagian besar spesimen yang diteliti awalnya muncul di pasar internasional akuarium hias dengan nama dagang seperti Cherax sp., Red Cheek, Amethyst, dan Peacock.
Rury menilai hal ini menunjukkan bahwa perdagangan spesies eksotik juga dapat menjadi pintu masuk eksplorasi ilmiah jika dikelola secara etis dan kolaboratif.
Baca Juga: Bentuk Map Ijazah UGM Jokowi Dinilai Janggal, Dokter Tifa: Seharusnya Horizontal
"Komunitas pecinta lobster hias justru sering menjadi sumber awal informasi kami, yang kemudian kami tindak lanjuti dengan riset sistematis," ucapnya.
Hasil analisis genetik menunjukkan bahwa ketujuh spesies tersebut masuk dalam kelompok northern lineage genus Cherax, yang sebelumnya hanya mencakup 28 spesies dan kini bertambah menjadi 35.
Klasifikasi tersebut penting karena menegaskan Papua Barat sebagai pusat evolusi kelompok ini, yang berbeda dari spesies-serumpun di Australia atau Papua Nugini.
Setiap spesies memiliki ciri khas tersendiri, baik dari warna tubuh, bentuk capit (chelae), maupun struktur rostrumnya. Misalnya, Cherax arguni memiliki tubuh biru gelap dengan belang krem dan capit berpatch putih transparan.
Analisis molekuler menunjukkan kerabat terdekatnya adalah Cherax bomberai, dengan jarak genetik yang cukup signifikan untuk diklasifikasikan sebagai spesies tersendiri.
Rury menjelaskan penentuan spesies dilakukan menggunakan metode Bayesian dan Maximum Likelihood berbasis data DNA mitokondria.
"Perbedaan pada sekuens DNA mitokondria bisa mencapai 11 persen, yang menunjukkan adanya isolasi evolusioner yang cukup lama," katanya.
Dia menambahkan bahwa sebagian besar spesies baru itu hanya diketahui dari satu titik lokasi di sungai kecil atau anak sungai yang belum terpetakan secara ekologis, sehingga sangat rentan terhadap gangguan lingkungan.
"Lokasi asal spesimen tidak sepenuhnya kami ungkap dalam publikasi demi menjaga kelestarian populasi di alam," tutur Rury.
Menurut dia, riset lanjutan dan pemetaan sebaran spesies sangat diperlukan untuk mendukung kebijakan konservasi yang berbasis data ilmiah.
Dia menekankan pentingnya menjaga keseimbangan antara eksplorasi sains dan perlindungan habitat, terlebih di wilayah yang mulai terjamah aktivitas manusia.
Publikasi ini menambah daftar kontribusi penting UGM dalam riset biodiversitas tropis, sekaligus menegaskan kapasitas akademik Fakultas Biologi UGM dalam kolaborasi ilmiah global.
"Kami percaya bahwa sains yang kuat harus berakar pada pemahaman lokal, demi masa depan yang lebih lestari," ujar Rury.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pecah Bisu Setelah Satu Dekade, Ayu Ting Ting Bongkar Hubungannya dengan Enji Baskoro
- 17 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 20 September: Klaim Pemain 110-111 dan Jutaan Koin
- Nasib Aiptu Rajamuddin Usai Anaknya Pukuli Guru, Diperiksa Propam: Kau Bikin Malu Saya!
- Korban Keracunan MBG di Yogyakarta Nyaris 1000 Anak, Sultan Akhirnya Buka Suara
- Momen Thariq Halilintar Gelagapan Ditanya Deddy Corbuzier soal Bisnis
Pilihan
-
Rapor Dean James: Kunci Kemenangan Go Ahead di Derby Lawan PEC Zwolle
-
Nostalgia 90-an: Kisah Tragis Marco Materazzi yang Nyaris Tenggelam di Everton
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan Memori 256 GB Terbaru September 2025
-
Perbandingan Spesifikasi Redmi 15C vs POCO C85, Seberapa Mirip HP 1 Jutaan Ini?
-
Rapor Pemain Buangan Manchester United: Hojlund Cetak Gol, Rashford Brace, Onana Asisst
Terkini
-
Cara Menghilangkan Objek di Foto Pakai Gemini AI: Tutorial Lengkap
-
35 Daftar Kode Redeem MLBB 21 September 2025: Klaim Diamond, Emote dan Magic Dust Gratis
-
35 Kode Redeem FF Terbaru 21 September: Dapatkan Bundle Shadow Reaper dari Event Rampage Reborn!
-
35 Kode Redeem FC Mobile Hari Ini 21 September: Dapatkan Jude Bellingham dan Vinicius Jr. Sekarang
-
Prompt Gemini AI Edit Foto dengan Background Eiffel Paris, Cappadocia dan Banyak Lagi!
-
Hasil Edit Foto AI Tak Sesuai Wajah Asli? Ini Cara Praktis dan Gratis Mengubahnya
-
7 Cara Klaim Promo Gemini AI Pro Gratis, Nikmati Keuntungan Selangit
-
Prompt AI Gemini Ketemu Diri Sendiri di Masa Kecil, Bikin Mewek
-
Prompt dan Cara Buat Foto Ala Siswa Hogwarts di Gemini AI, Jadi Dalam Hitungan Detik
-
Spesifikasi Tinggi, Kapan HP Murah Redmi 15 Resmi Dijual di Indonesia?