Suara.com - Kebiasaan mengucapkan "tolong" saat meminta bantuan atau "terima kasih" setelah mendapat jawaban mungkin sudah mendarah daging sebagai bentuk sopan santun.
Namun, saat berinteraksi dengan kecerdasan buatan (AI) seperti ChatGPT, kebiasaan baik ini justru bisa menjadi bumerang yang menyebabkan pemborosan dan respons yang lebih lambat.
Banyak pengguna tidak menyadari bahwa setiap kata yang mereka ketikkan kepada chatbot AI memiliki "biaya". Dalam dunia Large Language Models (LLM) seperti yang digunakan ChatGPT, biaya ini dihitung dalam satuan yang disebut "token".
Lalu, apa itu token? Token adalah potongan teks, bisa berupa satu kata utuh, bagian kata, atau bahkan tanda baca, yang diolah oleh model AI.
Semakin panjang kalimat atau prompt yang Anda berikan, semakin banyak token yang harus diproses oleh sistem.
Ahli AI pernah mengungkapkan melalui platform X (sebelumnya Twitter) menyoroti isu ini.
Menurutnya, penggunaan kata-kata pemanis seperti "tolong," "mohon," dan "terima kasih" sebenarnya tidak diperlukan dan menambah jumlah token secara sia-sia.
"Setiap kata yang Anda ketikkan akan 'dimakan' oleh AI dan dihitung sebagai token. Semakin banyak token yang digunakan, semakin banyak pula sumber daya komputasi yang dibutuhkan untuk memproses permintaan Anda," jelasnya.
Konsekuensinya terasa di dua level. Bagi pengguna individu, prompt yang terlalu panjang dengan basa-basi akan membuat waktu tunggu respons dari ChatGPT menjadi lebih lama.
Baca Juga: Bocoran Samsung Galaxy A17 5G: HP Murah Punya Fitur AI, Harga Mulai Rp 3 Jutaan
Sistem membutuhkan energi dan waktu ekstra untuk memproses token-token yang sebenarnya tidak esensial bagi inti permintaan.
Bagi perusahaan atau pengembang yang menggunakan Application Programming Interface (API) dari ChatGPT untuk aplikasi mereka, dampaknya jauh lebih signifikan: biaya operasional yang membengkak.
Model bisnis API seringkali didasarkan pada jumlah token yang digunakan, sehingga setiap kata tambahan secara harfiah berarti membakar uang.
CEO OpenAI, Sam Altman, bahkan pernah mengungkapkan bahwa kata-kata sopan dari pengguna bisa membebani perusahaan hingga puluhan juta dolar karena konsumsi listrik tambahan.
Berbeda dengan manusia, AI tidak memiliki perasaan atau kesadaran emosional. Oleh karena itu, sopan santun tidak akan membuatnya "lebih senang" atau memberikan jawaban yang lebih baik.
Kunci untuk mendapatkan hasil maksimal dari ChatGPT adalah efisiensi dan kejelasan.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Sunscreen untuk Flek Hitam Terlaris di Shopee yang Bisa Kamu Coba
- Penyerang Klub Belanda Siap Susul Miliano Bela Timnas Indonesia: Ibu Senang Tiap Pulang ke Depok
- Lebih Murah dari Innova Zenix: 5 Mobil 7 Seater Kabin Lega Cocok untuk Liburan Keluarga Akhir Tahun
- 27 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 Oktober: Raih 18.500 Gems dan Pemain 111-113
- 7 Mobil 8 Seater Termurah untuk Keluarga, MPV hingga SUV Super Nyaman
Pilihan
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Tukin Anak Buah Bahlil Naik 100 Persen, Menkeu Purbaya: Saya Nggak Tahu!
-
Menkeu Purbaya Mau Tangkap Pelaku Bisnis Thrifting
-
4 HP Memori 256 GB Paling Murah, Cocok untuk Gamer yang Ingin Install Banyak Game
-
Disebut Menteri Berbahaya, Menkeu Purbaya Langsung Skakmat Hasan Nasbi
Terkini
-
Masa Depan Forza Motorsport di Persimpangan Jalan, Phil Spencer Buka Suara
-
Tanggal Peluncuran iQOO 15 di India Terungkap, Lanjut Masuk ke Indonesia?
-
Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
-
23 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 Oktober: Raih Pemain 111-113 dan 7.500 Gems
-
3 Rekomendasi HP Xiaomi 1 Jutaan Chipset Gahar dan RAM Besar, Lancar untuk Multitasking Harian
-
Perbedaan MediaTek Helio G81 dan Helio G85, Bagus Mana?
-
Migrasi Kepiting Merah di Pulau Christmas Jadi Fenomena Spektakuler
-
Instagram Hadirkan Fitur Watch History untuk Reels
-
Vivo X300 Vs. Xiaomi 17: HP Fragship Adu Cepat, Adu Kamera dan Baterai!
-
One UI 8.5 Ditunda Gara-Gara Galaxy S26 Plus? Ini Penjelasan Lengkapnya!