Tekno / Internet
Jum'at, 12 September 2025 | 17:35 WIB
Ilustrasi Discord di PC dan smartphone. (Discord)
Baca 10 detik
  • Terkenal sebagai aplikasi favorit gamer, Discord kini dipakai oleh Gen Z Nepal.
  • Grup anti-korupsi Gen Z Nepal membahas calon pimpinan negara lewat Discord.
  • Perlawanan Gen Z Nepal viral di media sosial.
[batas-kesimpulan]

Suara.com - Gelombang unjuk rasa Gen Z di Nepal memancing perhatian netizen dunia pada beberapa hari terakhir. Penampakan Gen Z yang membahas masa depan negara memakai Discord viral di media sosial.

Sebagai informasi, Pemerintah Nepal sempat memberlakukan larangan akses ke 26 media sosial populer termasuk Instagram, Facebook, hingga X.

Tak kehabisan akal, Gen Z Nepal sekarang memanfaatkan aplikasi Discord untuk membahas masa depan negara.

Perlu diketahui, Discord sendiri merupakan platform sosial perpesanan instan dan VoIP yang memungkinkan komunikasi melalui panggilan suara, panggilan video, pesan teks, serta media dan file.

Aplikasi tersebut sangat terkenal di kalangan gamer. "Generasi Z di Nepal kini menggunakan Discord untuk menentukan masa depan negara. Yang gila, ini mungkin lebih produktif daripada kebanyakan parlemen yang sebenarnya," tulis @adxtya_jha di X.

Gen Z Nepal memanfaatkan aplikasi Discord. (X)

Postingan viral setelah memperoleh ribuan retweet dan 59 ribu tanda suka.

Tangkapan layar aplikasi Discord tersebut ramai mendapat dukungan dari gamer hingga netizen Gen Z lintas negara.

Grup Diskusi nampak diberi nama sebagai 'Youths Against Corruption".

Dari Larangan Media Sosial ke Api Protes

Baca Juga: 5 Fakta Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Publik Penasaran!

Gelombang protes dimulai pada 8 September 2025, dipicu oleh keputusan pemerintah untuk memblokir 26 platform media sosial.

Meskipun larangan tersebut kemudian dicabut, kemarahan publik, terutama dari kalangan muda, sudah terlanjur memuncak.

Mereka turun ke jalan, menyuarakan protes terhadap korupsi, krisis ekonomi, dan ketidakpuasan mendalam terhadap pemerintah.

Situasi dengan cepat memanas, berubah menjadi bentrokan berdarah antara pengunjuk rasa dan aparat kepolisian.

Sedikitnya 19 orang tewas dan ratusan lainnya terluka akibat tembakan peluru, gas air mata, dan meriam air.

Puncak ketegangan terjadi ketika massa berhasil menerobos dan membakar gedung parlemen. Bangunan estetis senilai sekitar Rp 717 miliar yang baru selesai dibangun pada tahun 2019 itu rusak parah.

Load More