-
Gubernur Bali, Wayan Koster, membantah bahwa Sekda Bali memarahi ASN terkait donasi pasca-bencana, dan menyebut bahwa tindakan tersebut adalah hal yang wajar.
-
Donasi yang diminta dari ASN bersifat sukarela, dan nominal yang beredar hanyalah acuan, tidak wajib. Gubernur juga menegaskan bahwa isu sanksi atau mutasi bagi yang tidak menyumbang adalah hoaks.
-
Dana yang terkumpul dari donasi akan dikelola secara transparan oleh BKD Bali untuk penanganan pasca-bencana dan mitigasi, sebagai wujud budaya gotong-royong masyarakat Bali.
Suara.com - Gubernur Bali, Wayan Koster, memberikan klarifikasi mengenai video Sekretaris Daerah (Sekda) Bali, Dewa Made Indra, yang viral di media sosial.
Video tersebut menunjukkan Sekda yang tampak memarahi ASN Pemprov Bali terkait arahan pengumpulan donasi pasca-bencana banjir.
Menanggapi hal tersebut di Denpasar pada Senin, Gubernur Koster membantah bahwa Sekda sedang memarahi pegawainya.
"Beliau itu sekda sebagai pembina pegawai, wajar saja," kata Koster.
Ia menjelaskan bahwa pengumpulan donasi tersebut bersifat gotong royong dan sukarela.
Gubernur Koster menegaskan bahwa nominal donasi yang beredar hanyalah acuan, bukan sebuah kewajiban. Acuan tersebut dibuat berdasarkan jenjang pangkat dan penghasilan ASN yang berbeda-beda.
Ia mempersilakan ASN untuk menyumbang sesuai acuan, lebih besar, atau lebih kecil, bahkan tidak menyumbang pun tidak akan menjadi masalah.
"Itu dibesar-besarkan, siapa (yang bilang) tidak ada," ucapnya, dikutip dari Antara.
Koster juga membantah adanya isu bahwa ASN yang tidak berdonasi akan dikenai sanksi atau dimutasi. Menurutnya, kabar tersebut adalah hoaks yang disebarkan oleh pihak tidak bertanggung jawab.
Baca Juga: Meski Perpres Sudah Terbit, Tapi Menkeu Purbaya Mau Review Ulang Soal Kenaikan Gaji ASN 2025
Gubernur memastikan bahwa seluruh sumbangan ASN akan dikelola secara transparan oleh Badan Kepegawaian Daerah (BKD) Bali.
Dana yang terkumpul akan dinamakan milik Pemprov Bali, bukan perorangan, dan akan dimanfaatkan untuk penanganan pasca-bencana serta mitigasi, terutama menjelang puncak musim hujan yang diperkirakan oleh BMKG akan terjadi mulai November hingga Februari.
Menurut Koster, pola gotong royong seperti ini sudah umum dilakukan di Bali saat terjadi bencana, seperti saat pandemi COVID-19 dan erupsi Gunung Agung.
"Harusnya didukung karena pola gotong-royong itu adalah jati dirinya masyarakat Indonesia, itu harus dihidupkan setiap kita menghadapi masalah," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
- 5 Rekomendasi Moisturizer Mengandung SPF untuk Usia 40 Tahun, Cegah Flek Hitam dan Penuaan
- Pembangunan Satu Koperasi Merah Putih Butuh Dana Rp 2,5 Miliar, Dari Mana Sumbernya?
- Daftar Mobil Bekas yang Harganya Paling Stabil di Pasaran
- 3 Pemain Naturalisasi Baru Timnas Indonesia untuk Piala Asia 2027 dan Piala Dunia 2030
Pilihan
-
Pandji Pragiwaksono Dihukum Adat Toraja: 48 Kerbau, 48 Babi, dan Denda 2 Miliar
-
4 HP 5G Paling Murah November 2025, Spek Gahar Mulai dari Rp 2 Jutaan
-
6 HP Snapdragon dengan RAM 8 GB Paling Murah, Lancar untuk Gaming dan Multitasking Intens
-
Harga Emas di Pegadaian Stabil Tinggi Hari Ini: Galeri 24 dan UBS Kompak Naik
-
PSSI Kalah Cepat? Timur Kapadze Terima Tawaran Manchester City
Terkini
-
Sword of Justice Resmi Rilis ke Indonesia, Game MMORPG Berpadu AI
-
Terobosan Konektivitas: Uji Coba Pertama NR-NTN 5G-Advanced via Satelit LEO OneWeb
-
FujiFilm Rilis instax mini LiPlay+ di Indonesia, Gabungkan Digital dan Instan dengan Kamera Selfie
-
Redmi Note 15 Global Diprediksi Usung Spek Berbeda dengan Versi China
-
Sonic Rumble Resmi Meluncur ke Android, iOS, dan PC via Steam
-
12 HP Xiaomi Dapat Update HyperOS 3 Beta: Ada HP Flagship dan Redmi Note
-
5 HP Flagship Dapat Diskon Besar 11.11: Harga Miring, Cocok Buat Gamer Berat
-
Anak Usaha Telkom Gandeng Uni Emirat Arab Ciptakan Konektivitas Berbasis Satelit
-
AI di Indonesia Akan Diawasi Ketat! Pemerintah Siapkan Perpres Etika, Apa Dampaknya?
-
7 Rekomendasi Tablet yang Bisa Nyambung ke Proyektor Mulai Rp3 Jutaan