Angka ini setara dengan kebutuhan air bersih untuk 1,6 juta orang selama setahun, atau cukup untuk mengairi 51 lapangan golf di Amerika Serikat bagian barat daya.
Sebagian besar fasilitas mereka bahkan berada di daerah kering seperti Arizona, Spanyol, dan Cile, wilayah yang tengah berjuang menghadapi kekeringan.
Akibatnya, sejumlah komunitas lokal mulai melawan pembangunan pusat data. Di Spanyol, kelompok aktivis bahkan menamakan gerakan mereka “Your Cloud Is Drying Up My River.”
Sebagian perusahaan kini berupaya memperkenalkan sistem pendingin ramah air. Microsoft, Meta, dan Amazon tengah mengembangkan sistem sirkulasi tertutup, di mana air didinginkan dan digunakan kembali tanpa diuapkan.
Namun, Prof. Ren menyebut penerapan sistem ini masih “sangat awal.” Selain itu, sistem kering berbasis udara yang bisa menggantikan air justru mengkonsumsi listrik lebih besar.
Beberapa negara seperti Jerman, Finlandia, dan Denmark telah mencoba memanfaatkan panas dari pusat data untuk menghangatkan rumah warga di sekitarnya. Tapi langkah ini baru diterapkan di sebagian kecil lokasi.
Perusahaan teknologi sering berjanji untuk menjadi “ramah air” pada 2030, dengan komitmen mengembalikan lebih banyak air daripada yang mereka gunakan.
Google dan Microsoft mendanai proyek restorasi lahan basah dan pelestarian hutan untuk mengimbangi penggunaan air. AWS mengklaim sudah mencapai 41% dari target tersebut, sementara Microsoft menyebut progresnya “sesuai jalur.”
Meski begitu, Thomas Davin, Direktur Inovasi UNICEF, menilai langkah-langkah itu belum cukup.
Baca Juga: Wikipedia Kehilangan Banyak Pembaca, AI Overview Disebut Sebagai Penyebabnya
“AI seharusnya menjadi solusi, bukan beban tambahan bagi planet ini,” katanya.
Ia berharap perusahaan-perusahaan besar lebih fokus pada efisiensi dan transparansi, bukan hanya berlomba menciptakan model AI paling kuat.
AI sebenarnya telah digunakan untuk tujuan positif. Namun, tidak ada cara agar pertumbuhan besar-besaran AI benar-benar ramah lingkungan.
Para ahli sepakat, langkah pertama menuju solusi adalah transparansi: mengukur dan melaporkan penggunaan air secara terbuka.
“Kalau kita tidak bisa mengukurnya, kita tidak akan pernah bisa mengelolanya,” tegas Prof. Ren.
Kontributor : Gradciano Madomi Jawa
Berita Terkait
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
-
Makna Mendalam 'Usai di Sini', Viral Lagi karena Gugatan Cerai Raisa ke Hamish Daud
Terkini
-
Setahun Starlink di Indonesia, Kecepatan Internet Malah Makin Lelet
-
Industri Ritel Mulai Digitalisasi, Ribuan Karyawan Ikut Terdampak
-
HP Flagship Xiaomi Ini Akan Segera Menerima HyperOS 3
-
20 Kode Redeem FC Mobile 24 Oktober: Klaim Hadiah Langka dari Event Footyverse dan Liga Champions!
-
Oppo Reno 15 Series Bakal Hanya Punya Dua Model? Bye Reno 15 Pro Max
-
2 Seri Funism Terbaru Resmi Hadir ke Indonesia
-
Kalodata Dorong Pelaku TikTok Shop Kian Moncer di Dunia Bisnis Digital lewat Ajang Ini
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
TV Samsung: Bukan Sekadar Nonton! Karaoke, Art TV, Bahkan Tenangkan Anjing Peliharaan
-
10 Kode Redeem FF 24 Oktober 2025: Dapatkan Skin SG2, Emote, dan Bundle Nusantara Gratis!