Tekno / Internet
Selasa, 04 November 2025 | 18:34 WIB
ilustrasi kamus bahasa (pexels/freestocks.org)

Beberapa pendidik bahkan membagikan pengalaman mereka secara daring. Ada yang membuat tugas matematika dengan seluruh jawaban 67 sebagai lelucon, ada pula yang menjadikannya kode diam: guru menyebut “six,” lalu siswa menjawab “seven” sebelum kembali tenang.

Istilah ini juga merambah budaya populer lain. Kostum Halloween bertema “67” muncul di berbagai unggahan, sementara acara satir televisi turut menyinggungnya lewat adegan yang menggambarkan orang dewasa kebingungan memahami tren tersebut.

Fenomena “67” menyoroti bagaimana generasi muda menggunakan internet untuk membangun identitas kolektif. Alih-alih makna literal, istilah ini menjadi sarana menunjukkan kebersamaan dalam kelompok.

Dictionary.com menyebut hal ini sebagai bukti cepatnya bahasa berubah di era algoritma dan media sosial.

Berbeda dengan istilah populer dari dekade sebelumnya yang membutuhkan waktu lama untuk menyebar, tren seperti “67” dapat muncul dan mendunia hanya dalam hitungan hari.

Atlet, komentator olahraga, dan selebritas ikut menggunakannya, menunjukkan bagaimana budaya internet kini mudah menembus berbagai lapisan masyarakat.

Para kritikus menganggap pemilihan angka sebagai Word of the Year merusak nilai linguistik penghargaan tersebut. Namun pendukungnya menilai bahwa pilihan ini justru menggambarkan realitas bahasa modern bahasa yang berkembang melalui interaksi digital, bukan aturan formal.

Kontributor : Gradciano Madomi Jawa

Baca Juga: Komdigi Target 38 Kabupaten/Kota Punya Kecepatan Internet 1 Gbps di 2029, Ini Caranya

Load More