Tekno / Sains
Senin, 24 November 2025 | 09:56 WIB
Ilustrasi warna bola mata, salah satu bagian tubuh manusia yang mengalami evolusi, yang secara genetik terwariskan dari satu generasi ke generasi lainnya (Pexels)

Suara.com - Banyak orang menganggap manusia sudah “selesai berevolusi” karena memiliki teknologi, peradaban modern, serta kemampuan mengubah lingkungan.

Namun, peneliti menegaskan bahwa anggapan itu keliru. Evolusi manusia masih berjalan, bahkan dalam cara yang mungkin tidak kita sadari.

Mengutip dari Science Alert (24/11/2025), manusia sama seperti makhluk hidup lainnya, terus beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Adaptasi tersebut akan diwariskan ke generasi berikutnya dan secara perlahan membentuk karakteristik baru dalam populasi.

Michael A. Little, seorang profesor antropologi dari Binghamton University, State University of New York yang menulis laporan ini, menyebut bahwa evolusi bukan hanya terjadi pada masa lalu, tetapi prosesnya terus berlangsung hingga sekarang. Ia mempelajari bagaimana manusia bertahan dan menyesuaikan diri terhadap perubahan lingkungan—baik lingkungan alam, makanan, maupun penyakit.

Budaya memiliki peran besar dalam perjalanan evolusi manusia. Berbeda dengan hewan lain, manusia tidak hanya beradaptasi melalui perubahan fisik, tetapi juga melalui inovasi budaya seperti teknologi, alat bantu, pertanian, hingga sistem sosial.

Budaya inilah yang memberi manusia kemampuan unik untuk mengatur lingkungan mereka—misalnya melalui rumah, pakaian, hingga teknologi pendingin dan pemanas ruangan. Namun, sekalipun budaya membantu manusia bertahan, tekanan evolusi tidak sepenuhnya hilang.

Evolusi Karena Iklim dan Matahari

Salah satu contoh nyata adalah variasi warna kulit. Intensitas sinar matahari mempengaruhi evolusi pigmentasi kulit jutaan tahun lalu. Orang yang hidup di daerah tropis membutuhkan lebih banyak melanin untuk melindungi kulit dari radiasi ultraviolet.

Sebaliknya, nenek moyang manusia yang pindah ke wilayah berawan dan lebih sedikit sinar matahari mengalami perubahan.

Baca Juga: Seberapa Cepat Evolusi Bekerja? Bisakah Terjadi dalam Semalam?

Kulit yang lebih terang membantu tubuh memproduksi vitamin D secara lebih efektif, sehingga mempengaruhi kesehatan tulang dan kelangsungan hidup.

Evolusi Melalui Makanan

Selain iklim, pola makan juga berperan dalam perubahan genetika manusia. Sekitar 10.000 tahun lalu, manusia mulai menjinakkan hewan ternak, dan dua ribu tahun kemudian mereka mulai mengonsumsi susu.

Pada masa itu, mayoritas manusia dewasa tidak bisa mencerna laktosa. Namun, sebagian individu memiliki mutasi genetik yang memungkinkan mereka mencerna susu tanpa merasa sakit.

Karena susu merupakan sumber nutrisi penting, orang yang dapat mengkonsumsinya memiliki peluang bertahan hidup lebih besar. Seiring waktu, gen tersebut menyebar luas dan kini kebanyakan manusia modern mampu mengkonsumsi susu.

Contoh lain datang dari kelompok Inuit di Greenland. Mereka memiliki gen yang memungkinkan tubuh memproses lemak dalam jumlah besar tanpa menimbulkan masalah jantung.

Load More