Suara.com - Pengamat Ekonomi dari Universitas Sam Ratulangi Manado Agus Tony Poputra mendesak Bank Indonesia untuk segera menurunkan bunga acuan atau BI rate.
“Kebijakan BI untuk mempertahankan BI rate yang tinggi saat laju inflasi cenderung melemah, merupakan keputusan yang kurang bijak,” ujarnya dalam keterangan tertulis yang diterima suara.com, Jumat (23/1/2015).
Menurut dia, pada Januari 2015 ini diperkirakan akan terjadi inflasi negatif atau deflasi terkait penurunan harga bahan bakar minyak (BBM) dan harga bahan makanan.
Kata dia, jika BI mempertahankan BI rate pada tingkat yang tinggi saat kondisi potensi inflasi rendah, maka bilamana kemudian ke depan terjadi inflasi tinggi, BI akan kehilangan ruang untuk menaikkan kembali BI rate karena sudah terlampau tinggi.
“Bila dipaksakan, maka bunga kredit akan semakin tinggi,” ucap Agus.
Agus menjelaskan, tingkat inflasi yang tinggi tahun lalu sesungguhnya disebabkan oleh dorongan faktor biaya (cost push inflation) karena kenaikan harga BBM subsidi. Dalam kondisi tersebut, kata dia, semestinya pemerintah melakukan kebijakan supply side untuk mendorong suplai barang di pasar.
“Bukan malah melalui kebijakan moneter BI dengan menaikkan BI rate. Ini akan mengorbankan pertumbuhan ekonomi. Dan terbukti pada tahun 2014 pertumbuhan ekonomi Indonesia kembali melemah,” tandas Poputra.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
- Nikmati Segarnya Re.juve Spesial HUT ke-130 BRI: Harga Istimewa Mulai Rp13 Ribu
Pilihan
-
Kehabisan Gas dan Bahan Baku, Dapur MBG Aceh Bertahan dengan Menu Lokal
-
Saham Entitas Grup Astra Anjlok 5,87% Sepekan, Terseret Sentimen Penutupan Tambang Emas Martabe
-
Pemerintah Naikkan Rentang Alpha Penentuan UMP Jadi 0,5 hingga 0,9, Ini Alasannya
-
Prabowo Perintahkan Tanam Sawit di Papua, Ini Penjelasan Bahlil
-
Peresmian Proyek RDMP Kilang Balikpapan Ditunda, Bahlil Beri Penjelasan
Terkini
-
Pakar Ingatkan Risiko Harga Emas, Saham, hingga Kripto Anjlok Tahun Depan!
-
DPR Tegaskan RUU P2SK Penting untuk Mengatur Tata Kelola Perdagangan Aset Kripto
-
Mengapa Rupiah Loyo di 2025?
-
Dukungan LPDB Perkuat Layanan Koperasi Jasa Keselamatan Radiasi dan Lingkungan
-
LPDB Koperasi Dukung Koperasi Kelola Tambang, Dorong Keadilan Ekonomi bagi Penambang Rakyat
-
Profil Agustina Wilujeng: Punya Kekayaan Miliaran, Namanya Muncul di Kasus Chromebook
-
RUPSLB BRI 2025 Sahkan RKAP 2026 dan Perubahan Anggaran Dasar
-
Pemerintah Jamin UMP Tak Bakal Turun Meski Ekonomi Daerah Loyo
-
Mengapa Perusahaan Rela Dijual ke Publik? Memahami Gegap Gempita Hajatan IPO
-
KEK Mandalika Kembali Dikembangkan, Mau Bangun Marina