Suara.com - Badan Pusat Statistik (BPS) akan segera melakukan sensus ekonomi keempat pada tahun 2016 tepatnya mulai bulan Mei.
"Sensus ini dilakukan sekali dalam kurun waktu 10 tahun, sensus ekonomi pertama dilakukan pada tahun 1986. Jadi tahun 2016 ini merupakan yang keempat," kata Kepala BPS Jawa Tengah Ibram Syahboedin usai membuka sosialisasi sensus ekonomi di Hotel Patrajasa Semarang, Rabu (2/12/2015).
Pihaknya berharap, dengan adanya sensus ekonomi tersebut, seluruh pihak dapat memperoleh gambaran yang jelas tentang kegiatan ekonomi di Indonesia salah satunya Jawa Tengah.
"Karena persoalan ekonomi ini sangat penting apalagi sekarang era pedagangan bebas, sebentar lagi ada pelaksanaan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA)," katanya.
Menurut dia, pada kurun waktu 10 tahun tersebut terjadi begitu banyak perubahan pada kondisi ekonomi di Indonesia. Oleh karena itu, jika pada sensus di tahun-tahun sebelumnya hanya berkutat di 9 sektor ekonomi, ke depan diprediksi akan lebih banyak lagi.
"Kami mencoba memperlebar kegiatan ekonomi seiring dengan banyaknya varian atau kegiatan usaha yang ada sekarang," katanya.
Menurut dia, beberapa indikator yang diketahui pada sensus tersebut di antaranya status usaha, permodalan, pengeluaran, dan pendapatan.
"Selanjutnya kita jadi bisa memetakan bagimana kondisi ekonomi kita, sehingga bagi Pemerintah diharapkan mampu melakukan upaya perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembangunan yang lebih tepat," katanya.
Sementara itu, untuk total responden pada sensus ekonomi yang terdiri atas perusahaan, rumah tangga yang menyelenggarakan usaha, Pemerintah, dan lembaga nirlaba untuk nasional diperkirakan sebanyak 27 juta responden. Sedangkan untuk total responden di Jawa Tengah diperkirakan 3,9 juta.
Ibram mengatakan hasil dari sensus ekonomi tersebut selanjutnya akan diserahkan kepada BPS pusat untuk diproses secara tersentral. Hasil dari olahan tersebut akan dirilis oleh BPS di setiap daerah.
"Data yang kami rilis ini nantinya dapat digunakan sebagai acuan oleh siapapun baik itu Pemerintah, swasta, maupun akademisi," katanya. (Antara)
Berita Terkait
-
Neraca Perdagangan Surplus Selama 66 Bulan Beruntun, Apa Pemicunya?
-
Kenaikan Harga Emas Mulai Rasuki Inflasi RI
-
Peruri dan BPS Mulai Integrasikan Keamanan Digital untuk Data Statistik Nasional
-
Ibu-Ibu Mekaar, Pahlawan Ekonomi Keluarga Indonesia: Tak Berjubah, Namun Berjuang
-
Bukan Lagi Soal Look Good, Ini Prioritas Baru Kelas Menengah Indonesia yang Harus Dipahami Brand
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
Terkini
-
BRI, Dari Warisan Perintis Raden Bei Aria Wirjaatmadja Sampai Holding Ultra Mikro
-
Utang Luar Negeri Indonesia Turun, Kini Tinggal Rp 7.079 Triliun
-
Purbaya Mau Bubarkan Bea Cukai, Kalau Jadi Lebih Baik Mengapa Tidak?
-
Aset Perbankan Syariah Pecah Rekor Tertinggi, Tembus Rp 1.028 Triliun
-
Biar Tak Andalkan Ekspor Mentah, Kemenperin Luncurkan Roadmap Hilirisasi Silika
-
CIMB Niaga Mau Pisahkan Unit Usaha Syariah Jadi BUS
-
Paylater Melejit, OJK Ungkap NPL Produk BNPL Lebih Tinggi dari Kredit Bank
-
Harga Cabai Rawit Merah Mulai Turun, Dibanderol Rp 70.000 per Kg
-
Rupiah Melesat di Senin Pagi Menuju Level Rp 16.635
-
Emas Antam Harganya Lebih Mahal Rp 2.000 Jadi Rp 2.464.000 per Gram