- Rupiah menguat pada pembukaan Senin (15/12/2025) menjadi Rp 16.635 per dolar AS berdasarkan data Bloomberg.
- Ringgit Malaysia menjadi mata uang Asia dengan penguatan terbesar, sementara dolar Taiwan melemah paling dalam.
- Analis memprediksi penguatan rupiah terbatas sambil menunggu keputusan suku bunga Bank Indonesia minggu ini.
Suara.com - Nilai tukar rupiah terus menguat pada pembukaan, Senin (15/12/2025). Berdasarkan data Bloomberg, rupiah di pasar sport dibuka di level Rp 16.635 Amerika Serikat (AS).
Alhasil, rupiah menguat 0,07 persen dibanding penutupan pada Jumat yang berada di level Rp 16.647 per dolar AS.
Sementara itu, kurs Jisdor Bank Indonesia tercatat di Rp 16.688 per dolar AS.
Selain itu, mata uang di Asia bervariasi dengan ringgit Malaysia menjadi mata uang dengan penguatan terbesar di Asia setelah melonjak 0,14 persen. Disusul, yen Jepang yang melesat 0,11 persen.
Disusul won Korea Selatan yang menanjak 0,09 persen dan baht Thailand yang terkerek 0,07 persen. Lalu ada dolar Singapura yang terangkat 0,04 persen.
Berikutnya ada yuan China dan dolar Hongkong yang sama-sama menguat tipis 0,02 persen.
Sementara itu, dolar Taiwan menjadi mata uang dengan pelemahan terdalam di Asia setelah anjlok 0,33 persen. Kemudian ada peso Filipina yang terlihat melemah 0,1 persen terhadap the greenback di pagi ini
Rupiah Akan Terus Menguat
Dalam hal ini, Analis Doo Financial Futures Lukman Leong mengatakan penguatan rupiah diperkirakan masih akan terjadi. Namun, juga harus mewaspadai beberapa sentimen global dan dalam negeri yang memengaruhi pergerakan mata uang garuda.
Baca Juga: Rupiah Kokoh Lawan Dolar AS pada Hari Ini, Tembus Level Rp 16.646
"Rupiah diperkirakan akan berkonsolidasi atau datar dengan potensi menguat terbatas terhadap dolar AS,," katanya saat dihubungi Suara.com.
Dia melanjutkan investor masih was-was dengan kondisi global yang belum menentu. Apalagi, investor menunggu suku bunga yang bakal diputuskan oleh Bank Indonesia pada Rabu nanti yang bisa membuat tekanan pada rupiah.
"Investor cenderung wait and see mengantisipasi serentetan data ekonomi penting yang diantarnya data pekerjaan AS NFP dan inflasi serta RDGBI pekan ini. Range Rp 16.550 - Rp 16.700," pungkasnya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 7 Rekomendasi HP RAM 12GB Rp2 Jutaan untuk Multitasking dan Streaming
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal di SEA Games 2025, Zainudin Amali Diminta Tanggung Jawab
-
BBYB vs SUPA: Adu Prospek Saham, Valuasi, Kinerja, dan Dividen
-
6 HP Memori 512 GB Paling Murah untuk Simpan Foto dan Video Tanpa Khawatir
-
Pemerintah Bakal Hapus Utang KUR Debitur Terdampak Banjir Sumatera, Total Bakinya Rp7,8 T
-
50 Harta Taipan RI Tembus Rp 4.980 Triliun, APBN Menkeu Purbaya Kalah Telak!
Terkini
-
Emas Antam Harganya Lebih Mahal Rp 2.000 Jadi Rp 2.464.000 per Gram
-
Jadi Buat Kampung Haji, Danantara Beli Hotel di Makkah
-
IHSG Masih Menghijau Pagi Ini, Simak Saham-saham Cuan
-
Irjen Kementan Kawal Distribusi Bantuan Langsung dari Aceh: Kementan Perkuat Pengawasan
-
Kemenperin Mau Stop Impor, Dana Belanja Pemerintah Hanya untuk TKDN Tinggi
-
Rendahnya Utilitas vs Banjir Impor: Menperin Ungkap Tantangan Industri Keramik Nasional
-
Kerugian Akibat Bencana di Aceh Timur Capai Rp5,39 Triliun, Berpotensi Bertambah
-
Apa Itu De-Fi atau Decentralized Finance? Ini Penjelasan Lengkapnya
-
IPO SpaceX Ditargetkan 2026, Valuasinya 28 Kali Lebih Besar dari BBCA
-
Di Balik Aksi Borong Saham Direktur TPIA, Berapa Duit yang Dihabiskan?