Bisnis / Keuangan
Senin, 15 Desember 2025 | 11:43 WIB
Petugas teller BSI sedang melayanani transaksi nasabah di BSI Kantor Cabang Jakarta The Tower. BSI menyediakan layanan operasional akhir pekan (weekend banking) di 408 kantor cabang BSI di seluruh Indonesia. (Dok: BSI)
Baca 10 detik
  • OJK mencatat aset perbankan syariah mencapai Rp 1.028,18 triliun per Oktober 2025, tumbuh 11,34 persen yoy.
  • Penyaluran pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga (DPK) juga mencetak rekor tertinggi sepanjang sejarah industri.
  • OJK mendorong konsolidasi dan pemanfaatan keunikan produk syariah untuk pertumbuhan berkelanjutan industri.

Suara.com - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mengungkapkan kondisi perbankan syariah terus tumbuh.  Hal ini tercermin dari kinerja perbankan syariah terus mencatatkan pencapaian yang membanggakan. 

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Dian Ediana Rae, menjelaskan OJK secara konsisten terus mendukung pengembangan industri perbankan syariah yang berdaya saing, resilien dan berkontribusi dalam mendukung pertumbuhan ekonomi nasional. 

"Total aset perbankan syariah telah menembus Rp 1.028,18 triliun pada Oktober 2025, atau tumbuh 11,34 persen yoy dan merupakan nominal tertinggi (all time high) sepanjang berdirinya industri tersebut di Indonesia," ujarnya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Senin (14/12/2025).

Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae dalam RDK secara virtual, Selasa (8/7/2025). [Tangkapan layar]

Dalam hal ini, pencapaian positif ini juga ditunjukan dari sisi pembiayaan dan Dana Pihak Ketiga (DPK). Penyaluran pembiayaan tercatat mencapai Rp 685,55 triliun atau tumbuh 7,78 persen yoy.

Selain itu, DPK yang dihimpun mencapai Rp 820,79 triliun atau tumbuh 14,26 persen yoy. 

"Masing-masing pencapaian tersebut juga merupakan nominal tertinggi selama bank syariah beroperasi di Indonesia," bebernya.

Sejalan dengan ekspektasi membaiknya perekonomian nasional pada akhir 2025, diharapkan memberikan dampak positif bagi kinerja perbankan syariah hingga akhir tahun ini.

"Berbagai pencapaian tersebut menunjukkan arah kebijakan pengembangan perbankan syariah berada di jalur yang tepat. OJK terus memastikan implementasi Roadmap Pengembangan dan Penguatan Perbankan Syariah Indonesia (RP3SI) 2023-2027 akan terus dilakukan untuk mendukung industri perbankan syariah yang terakselerasi dan tumbuh secara berkelanjutan," kata Dian.

Menurut Dian, kebijakan penguatan struktur industri melalui spin-off dan konsolidasi akan terus didorong sebagai katalis untuk melahirkan bank syariah dengan economic of scale yang lebih memadai. Penguatan ini penting karena mayoritas Bank Umum Syariah (BUS) masih berada pada kelompok KBMI 1. 

Baca Juga: CIMB Niaga Mau Pisahkan Unit Usaha Syariah Jadi BUS

Dengan skala ekonomi yang lebih besar, bank syariah dapat memperluas pembiayaan, mengembangkan model bisnis yang lebih inovatif, meningkatkan efisiensi biaya, memperkuat infrastruktur TI, serta meningkatkan kualitas SDM. 

"Skala ekonomi yang memadai juga akan membuat industri perbankan syariah semakin kontributif terhadap perekonomian nasional," imbuhnya.

Bank syariah juga didorong semakin agile di tengah persaingan bisnis industri perbankan yang semakin ketat melalui pemanfaatan uniqueness product syariah, sinergi dengan Bank Induk, maupun optimalisasi keuangan sosial syariah. 

"Ketiga inisiatif tersebut diharapkan mampu memperkuat karateristik perbankan syariah yang berorientasi pada pembangunan sosial-ekonomi dan meningkatkan inklusivitas perbankan syariah untuk seluruh lapisan masyarakat," bebernya.

Selain itu, OJK akan terus mengawal pengembangan perbankan syariah nasional ke depan untuk memastikan industri tersebut tumbuh secara berkelanjutan dan sehat sebagai langkah menjaga stabilitas sistem keuangan nasional sekaligus mendukung pertumbuhan ekonomi nasional yang inklusif.

Load More