Satuan Kerja Khusus Minyak dan Gas menilai, hal yang terpenting terkait pengelolaan Blok Masela di Maluku saat ini adalah hasil revisi plan of development (PoD) pembangunan infrastruktur gas di ladang abadi ini segera terselesaikan.
Pasalnya, sudah hampir 16 tahun pembahasan Blok Masela ini tak kunjung selesai lantaran revisi PoD tak kunjung terselesaikan.
"Sudah hampir 16 tahun dan telah memakan biaya hampir 1,2 miliar dolar AS tapi tak kunjung terselesaikan. Karena,revisi PoDnya ini nggak kelar-kelar," kata Kepala SKK Migas Amien Sunaryadi saat ditemui dalam diskusi Blok Masela di Gedung DPR, Jakarta Selatan, Rabu (2/3/2016).
Ia mengatakan, jika revisi PoD selesai dalam waktu dekat, maka pada 2018 investasi dari Blok Masela ini dapat diputuskan.
"Jadi pada 2018 bisa diputuskan apakan investasi ini stop or go, nah keputusannya ada di tangan pak Presiden," katanya.
Jika Presiden Jokowi memutuskan untuk tetap melanjutkan proyek ini, lanjut Amien, maka hasil produksi Blok Masela ini baru dapat dirasakan pada 2024 atau 2025 mendatang.
"Kalau onshore, kontraktor akan pikir lagi dan mereka akan revisi PoD lagi paling lambat 2019. Nanti FID mundur lagi tiga tahun, onstream 2027. Artinya, semakin kita ribut, semakin lama rakyat maluku terima uang ini. Jadi kalau mau menyiksa rakyat maluku, ribut lah sekarang. Tapi saya tidak mau. Makanya SKK Migas sudah setuju rekomendasinya FLNG," ungkapnya.
Namun, SKK Migas mengaku akan mengikuti semua keputusan yang akan diambil oleh pemerintah terkait pengelolaan Blok Masela ini. Pasalnya, semua keputusan Blok Masela bergantung pada Presiden Jokowi.
"Semua keputusan ada di tangan presiden. Kita juga sudah ajukan kajiannya kepada ESDM, dan ESDM juga sudah sampaikan ke presiden. Jadi tinggal presiden tang memutuskan," kata Amien.
Suara.com - Keputusan pengembangan Blok Masela memang dilakukan sendiri oleh Presiden Jokowi mengingat nilai investasi dan dampak yang besar. Sementara, sesuai regulasi, pengembangan suatu blok migas sebenarnya cukup diputuskan oleh Menteri ESDM Sudirman Said.
Presiden akan memutuskan apakah pengembangan Masela itu memakai skema kilang terapung (floating liquified natural gas/FLNG) atau darat (onshore liquified natural gas/OLNG) pada 2018. Kedua skema tersebut mempunyai plus dan minus masing-masing.
Blok Masela dikembangkan kontraktor asal Jepang, Inpex Masela Ltd yang sekaligus sebagai operator dengan kepemilikan partisipasi 65 persen dan Shell Corporation mempunyai 35 persen.
Selama ini Blok Masela dianggap memiliki potensi kandungan gas yang bisa digunakan untuk memasok kebutuhan energi domestik dari produksi gas/LNG yang berlokasi di lapangan Abadi, Blok Masela, Maluku. Selain itu, SKK Migas juga sudah menyampaikan plant of development (POD) proyek tersebut.
Isu Blok Masela memang kontroversial karena menimbulkan polemik perbedaan pendapat antara Menteri ESDM Sudirman Said dan Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas), dengan Menko Maritim Rizal Ramli. Dalam hitungan SKK Migas, untuk membangun fasilitas di laut alias offshore, Inpex membutuhkan dana investasi sebesar US$ 14,8 miliar. Sementara untuk membangun fasilitas LNG di darat atau onshore, membutuhkan dana US$ 19,3 miliar.
Hasil ini beda dengan hitungan Menko Maritim dan Sumber Daya Rizal Ramli. Menurutnya, pembangunan pipa gas sepanjang 600 kilometer menuju Pulau Aru investasinya hanya sekitar US$ 15 miliar. Ia lebih condong Indonesia membangun fasiltias di darat karena akan lebih mudah membangun industri turunan yang mampu menghasilkan produk olahan dengan bahan bakar gas namun memiliki nilai tambah jauh lebih tinggi seperti industri petrokimia.
Berita Terkait
-
Maluku Harmoni Alam, Laut, dan Budaya yang Memikat Dunia
-
Walhi Soroti Proyek Jalan Trans Halmahera yang Dinilai Berpihak Pada Korporasi Tambang Nikel
-
WKM Lapor Tambang Ilegal PT Position: Polisi Dicopot, Pegawai Jadi Tersangka?
-
11 Warga Diputus Bersalah karena Halangi Kegiatan Tambang, Begini Respons PT Position
-
Momen Sherly Tjoanda Dicueki Warga Saat Ajak Salaman, Sikap Tegasnya Tuai Pujian
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
-
Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
-
Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
Terkini
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Proyek Waste to Energy Jangan Hanya Akal-akalan dan Timbulkan Masalah Baru
-
Geger Fraud Rp30 Miliar di Maybank Hingga Nasabah Meninggal Dunia, OJK: Kejadian Serius!
-
Laba PT Timah Anjlok 33 Persen di Kuartal III 2025
-
Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
-
Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
-
IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
-
Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T