Asosiasi E-Commerce Indonesia (Indonesian E-Commerce Association/idEA) memandang sistem perdagangan nasional berbasis elektronik ("e-commerce") dapat menyelesaikan permasalahan disparitas atau perbedaan harga barang di Indonesia.
"'E-commerce' di Indonesia lebih strategis karena menyelesaikan disparitas harga barang. Kesempatan sama untuk barang apapun di seluruh wilayah Indonesia, tinggal biaya kirimnya saja," kata Ketua Umum idEA Aulia Marinto dalam seminar nasional bertajuk "Apakah Perekonomian Indonesia Melambat?" di Jakarta, Senin (14/8/2017).
Aulia menjelaskan perkembangan internet di Indonesia berbanding lurus dengan pertumbuhan ekonomi digital. Ia memperkirakan saat ini terdapat 132,7 juta pengguna internet dan 106 juta pengguna media sosial di Indonesia.
"Sejak 2009 mulai muncul pemain (e-commerce) baru dan 2010 hingga sekarang banyak sekali pemain bermunculan. Pertumbuhan ini mendorong transaksi dalam jaringan (online)," ucap dia.
Namun, lanjut Aulia, volume sistem perdagangan berbasis elektronik di Indonesia saat ini belum bisa menopang belanja konsumsi yang masih tumbuh melambat.
"Di China saja kontribusi 'online' masih sekitar 9-10 persen. Menurut saya, tidak bisa (perdagangan) 'online' menggantikan 'offline', tetapi hanya efisiensi yang bisa didapatkan," ujar dia.
Pasar atau nilai perdagangan nasional berbasis elektronik Indonesia diperkirakan akan mencapai 130 miliar dolar AS di 2020 dengan valuasi bisnis sebesar 10 miliar dolar AS.
Setelah tumbuh sedemikian rupa, kata Aulia, maka kemudian butuh fondasi regulasi agar dampaknya dapat terasa bagi pertumbuhan produk domestik bruto. Asosiasi dan para pemain di bidang "e-commerce" juga akan memikirkan mengenai pembuatan data yang terintegrasi.
Baca Juga: E-Commerce untuk UKM, Kemendes PDTT Juga Buka Internet di Desa
Aulia juga mengapresiasi diterbitkannya Paket Kebijakan Ekonomi XIV terkait peta jalan sistem perdagangan nasional berbasis elektronik yang bertujuan menempatkan Indonesia sebagai negara dengan ekonomi digital terbesar di Asia Tenggara pada 2020.
"Pemain memang membutuhkan mekanisme yang baik. 'E-commerce' sudah ada di Indonesia selama 20 tahun, maka menurut saya hanya butuh lima tahun saja untuk mampu tumbuh lebih cepat dari negara lain," kata dia. (Antara)
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar
-
Bahlil akan Pangkas Produksi Nikel, Harga di Dunia Langsung Naik