Suara.com - Harga emas dunia melesat lebih dari 1,5 persen ke level tertingginya karena ekspektasi kenaikan inflasi memicu kekhawatiran valuasi ekuitas dan mendorong investor menuju logam safe-haven tersebut, sementara depresiasi dolar AS memberikan dukungan lebih lanjut.
Mengutip CNBC, Selasa (23/2/2021) harga emas di pasar spot melonjak 1,5 persen menjadi 1.808,16 dolar AS per ounce, setelah mencapai level tertinggi sejak 16 Februari pada sesi tersebut.
Sementara emas berjangka Amerika Serikat ditutup melambung 1,7 persen menjadi 1.808,40 dolar AS per ounce.
Imbal hasil US Treasury 10-tahun menembus level tertinggi hampir satu tahun, meningkatkan opportunity cost untuk memegang emas yang tidak memberikan bunga.
Namun, meningkatnya imbal hasil riil dan kekhawatiran inflasi membuat valuasi ekuitas terlihat lebih luas ketika dibandingkan dan mendorong investor menuju aset safe-haven seperti emas, yang secara luas dipandang sebagai lindung nilai terhadap inflasi.
"Dolar saat ini melemah dan itu mendukung. Juga, alasan sebenarnya untuk kenaikan harga emas dalam jangka panjang adalah kemungkinan kenaikan inflasi," kata analis Commerzbank, Eugen Weinberg.
Indeks Dolar (Indeks DXY) turun 0,4% ke level terendah lebih dari satu bulan, membuat emas lebih murah bagi pemegang mata uang lainnya.
Paket stimulus Amerika senilai 1,9 triliun dolar AS secara luas diperkirakan disahkan pekan ini, meningkatkan harapan pemulihan ekonomi yang cepat tetapi dengan biaya kenaikan inflasi.
Investor juga mencermati kesaksian Chairman Federal Reserve Jerome Powell tentang Semiannual Monetary Report untuk Kongres.
Baca Juga: Dijual Rp7 Miliar, Ada PS5 Bersalut Emas, Karbon, dan Dibungkus Kulit
The Fed dan bank sentral papan atas lainnya menggantungkan harapan mereka pada suku bunga yang sangat rendah untuk mengeluarkan ekonomi dari kejatuhan akibat pandemi Covid-19.
Di tempat lain, perak meroket 3 persen menjadi 28,02 dolar AS per ounce, level tertinggi sejak 2 Februari. Platinum naik tipis 0,1 persen menjadi 1.274,80 dolar AS per ounce.
Paladium bertambah 0,4 persen menjadi 2.388,70 dolar AS per ounce, setelah mencapai level tertinggi lebih dari satu bulan di 2.431,50 dolar AS per ounce.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Pertumbuhan Kredit Kuat dan DPK Meningkat, Fungsi Intermediasi Bank Mandiri Solid di Akhir Tahun
-
Saham-saham yang Cum Date 29 Desember, Siap Bagikan Dividen Jumbo
-
BRI Peduli Salurkan 5.000 Paket Sembako di Ciampea
-
Target Harga Saham CDIA Jelang Pergantian Tahun
-
Harga Emas Diprediksi Makin Naik Tahun 2026, Faktor 'Perang' Jadi Kunci
-
La Suntu Tastio, UMKM Binaan BRI yang Angkat Tradisi Lewat Produk Tas Tenun
-
Pasca Akusisi, Emiten Properti Milik Pengusahan Indonesia Ini Bagikan Dividen
-
Harga Emas Kompak Meroket: Galeri24 dan UBS di Pegadaian Naik Signifikan!
-
Pabrik Chip Semikonduktor TSMC Ikut Terdampak Gempa Magnitudo 7 di Taiwan
-
Daftar 611 Pinjol Ilegal Tahun 2025, Update Terbaru OJK Desember