Bisnis / Keuangan
Minggu, 28 Desember 2025 | 08:11 WIB
Ilustrasi Pinjol (pixabay)

Suara.com - Pinjaman online (Pinjol) atau pinjaman daring (pindar) adalah pinjaman uang atau modal yang diberikan platform untuk peminjam melalui aplikasi.

Meski menawarkan kecepatan dan kemudahan syarat, masyarakat, khususnya kelompok usia produktif 18-45 tahun di kota-kota besar, harus ekstra hati-hati dalam membedakan entitas yang resmi dan yang liar.

Perbedaan mendasar terletak pada aspek legalitas. Pinjol legal yang terdaftar dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) beroperasi dengan standar bunga yang transparan serta prosedur penagihan yang manusiawi.

Sebaliknya, pinjol ilegal beroperasi di bawah bayang-bayang hukum, sering kali menjebak korbannya dalam lingkaran hutang yang tak berujung.

Daftar 611 Pinjol Ilegal yang Resmi Diblokir

Sebagai bentuk perlindungan konsumen, Satgas PASTI (Satuan Tugas Pemberantasan Aktivitas Keuangan Ilegal) secara rutin memperbarui data entitas berbahaya. Per 15 November 2025, tercatat sebanyak 611 pinjol ilegal telah resmi diblokir dan dihentikan operasionalnya oleh pemerintah.

Daftar lengkap mengenai nama-nama aplikasi pinjol ilegal, pinjaman pribadi (pinpri), hingga investasi bodong tersebut dapat diakses oleh masyarakat melalui tautan resmi OJK berikut:

Daftar Pinjol Ilegal OJK - Desember 2025

Ciri-Ciri Pinjol Ilegal Sejak Dini

Baca Juga: OJK Optimis Kondisi Perbankan Indonesia Meningkat di Tahun 2026

Agar tidak terjebak dalam tekanan psikologis dan konflik hukum jangka panjang, masyarakat perlu mengenali karakteristik umum dari penyedia pinjaman ilegal yang biasanya memiliki pola sebagai berikut:

Metode Pemasaran Agresif: Tawaran sering kali masuk secara acak melalui pesan singkat (SMS) atau aplikasi WhatsApp dengan iming-iming pencairan instan tanpa verifikasi dokumen yang memadai.

Biaya Tersembunyi: Besaran bunga, biaya administrasi, dan denda keterlambatan tidak pernah dijelaskan secara jujur di awal. Hal ini mengakibatkan utang membengkak berkali-kali lipat dari dana yang diterima.

Akses Data Berlebihan: Aplikasi ilegal akan meminta izin untuk mengakses seluruh kontak, galeri foto, hingga riwayat panggilan di ponsel Anda. Data ini nantinya digunakan sebagai senjata untuk mengintimidasi korban.

Identitas Tidak Jelas: Tidak memiliki alamat kantor fisik yang nyata, pengurus organisasi yang misterius, serta tidak menyediakan layanan pengaduan konsumen yang valid.

Etika Penagihan yang Buruk: Proses penagihan dilakukan dengan cara teror, ancaman kekerasan, hingga pelecehan martabat. Penagih mereka dipastikan tidak memiliki sertifikasi resmi dari Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI).

Load More