Dengan harga Rp6 ribu itu cuma cukup menutupi untuk membayar ongkos panen atau pemetik kopi. Tapi kalau untuk menutupi biaya perawatan kebun tidak cukup, belum lagi untuk kebutuhan ekonomi keluarga.
Kendati demikian, warga mengaku tak pernah meninggalkan kebun kopinya, meski harapannya pandemi segera berakhir dan harga kopi dapat kembali normal seperti sedia kala.
Tetap optimis
Penyair nasional asal Dataran Tinggi Tanah Gayo, Fikar W Eda mengatakan bagi masyarakat Gayo kopi bukan hanya sekedar komoditas tapi juga memiliki nilai-nilai tradisi yang tak dapat dipisahkan dari sendi kehidupan di tengah masyarakatnya.
Masyarakat Gayo tempo dulu mengenal kopi dengan sebutan Kewe atau Kahwa. Kopi ditanam berbanjar-banjar, dirawat dengan teliti dan penuh kepedulian, dan menjadikannya sebagai sumber penghidupan.
Petani lainnya, Aman Fitrah (39) juga menyatakan tidak akan meninggalkan kebun kopinya meski hasil panen terjual murah sebagai dampak pandemi.
Tapi menurutnya petani memang harus berjuang melawan keadaan ekonomi sulit di tengah pandemi, dan salah satu caranya dengan memanfaatkan lahan kebun sebagian untuk tanaman sampingan seperti menanam sayur-sayuran.
"Selingannya tanam cabai, enggak banyak, untuk bisa nambah-nambah penghasilan saja selain kopi," kata Aman Fitrah.
"Mamak saya walaupun sudah tua enggak bisa dilarang ke kebun, malah sakit badannya kalau enggak ke kebun," tambahnya.
Baca Juga: Aceh Provinsi Termiskin di Sumatera, Denny Siregar: Alhamdulillah...
Sejak pandemi Covid-19 melanda dunia, kopi Gayo sebagai komoditasi ekspor memang merasakan langsung dampaknya. Banyak pembeli luar negeri menyetop pembeliannya atau membeli lebih sedikit dari biasanya.
Kopi arabica Gayo sejak dulu tumbuh baik di kawasan pegunungan Dataran Tinggi Gayo khususnya di Kabupaten Aceh Tengah dan Kabupaten Bener Meriah yang berada dalam wilayah tengah Provinsi Aceh.
Luas lahan kopi di kedua daerah ini mencapai lebih dari 90.000 hektare dengan perincian seluas 49.835 hektare di Aceh Tengah dan seluas 46.273 hektare di Bener Meriah, sehingga menjadikannya sebagai sentra penghasil kopi arabica terbesar di Indonesia bahkan di Asia Tenggara.
Perkebunan kopi di Dataran Tinggi Tanah Gayo itu mayoritas milik rakyat dengan produksinya rata-rata setiap tahun 700-800 kilogram per hektare.
Kopi arabica Gayo juga dikenal sebagai kopi kualitas terbaik dunia yang tumbuh pada ketinggian rata-rata antara 1.200-1.800 meter di atas permukaan laut.
Pemerintah Kabupaten Aceh Tengah menyebut setiap tahunnya kopi Gayo diekspor ke lebih dari 16 negara dengan nilai pasok rata-rata mencapai 7.000 ton per tahun.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Maarten Paes: Pertama (Kalahkan) Arab Saudi Lalu Irak, Lalu Kita Berpesta!
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
Terkini
-
Viral Peras Pabrik Chandra Asri, Ketua Kadin Cilegon Dituntut 5 Tahun Penjara
-
SBY Minta Masyarakat Sadar, Indonesia Bukan Negeri Kaya Minyak!
-
Catat Laba Bersih Rp389 M, KB Bank Perkuat Struktur Manajemen Lewat Pengangkatan Widodo Suryadi
-
Kementerian ESDM: Etanol Bikin Mesin Kendaraan jadi Lebih Bagus
-
Saham BCA Anjlok saat IHSG Menguat pada Senin Sore
-
Menkeu Purbaya Mendadak Batal Dampingi Prabowo Saat Serahkan Aset Smelter Sitaan, Ada Apa?
-
Usai BNI, Menkeu Purbaya Lanjut Sidak Bank Mandiri Pantau Anggaran Rp 200 T
-
Bursa Kripto Global OKX Catat Aset Pengguna Tembus Rp550 Triliun
-
Jadi Duta Mobile JKN di Kupang, Pemuda Ini Bagikan Edukasi Memanfaatkan Aplikasi Layanan Kesehatan
-
IHSG Tetap Perkasa di Tengah Anjloknya Rupiah, Ini Pendorongnya