Suara.com - Publik masih sering menganggap bahwa produk tembakau alternatif, seperti produk tembakau yang dipanaskan dan rokok elektrik, menghasilkan asap seperti rokok, sehingga dikira memiliki risiko yang juga sama.
Faktanya, produk tembakau alternatif menghasilkan uap dan memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok. Anggapan yang keliru tersebut harus segera diluruskan agar tidak menimbulkan kesalahpahaman.
Peneliti dari Koalisi Indonesia Bebas Tar (KABAR), Amaliya, menjelaskan produk tembakau alternatif, khususnya produk tembakau yang dipanaskan, menghasilkan uap karena tidak melalui proses pembakaran seperti pada rokok.
Produk tersebut memanaskan batang tembakau pada suhu maksimum 350 derajat Celcius. Sedangkan, pada rokok, dilakukan pembakaran tembakau pada suhu 800 derajat Celcius.
"Perbedaan cara penggunaan produk tembakau alternatif dan rokok menjadi kunci utama terhadap perbedaan kadar senyawa kimia berbahaya yang dihasilkan oleh produk-produk tersebut. Jika rokok harus dibakar untuk dapat dikonsumsi, maka produk tembakau alternatif hanya perlu dipanaskan untuk dapat dikonsumsi. Kalau dibakar keluar asap, kalau dipanaskan keluar uap," ujar Amaliya dalam webinar, Rabu (14/4/2021).
Amaliya menambahkan karena proses pemanasan yang dilakukan oleh produk tembakau yang dipanaskan, maka produk tersebut menghasilkan kadar senyawa kimia berbahaya yang jauh lebih rendah daripada rokok, sehingga memiliki risiko yang juga lebih rendah daripada rokok.
Hal tersebut diperkuat dengan hasil kajian ilmiah yang dilakukan oleh YPKP bersama Skylab-Med di Yunani pada 2019 lalu. Kajian ilmiah tersebut menyimpulkan produk tembakau yang dipanaskan memiliki adelhida yang jauh lebih rendah daripada rokok.
Selain itu, hasil kajian ilmiah dari UK Committee on Toxicology (COT), bagian dari Food Standards Agency, juga menyimpulkan bahwa produk tembakau yang dipanaskan menghasilkan uap yang mengandung senyawa kimia berbahaya yang lebih rendah sebesar 50-90 persen daripada asap rokok.
Sedangkan, pada asap rokok, terdapat TAR yang mengandung ribuan senyawa kimia berbahaya yang dapat memicu berbagai penyakit berbahaya, seperti kanker. Berdasarkan data National Cancer Institute Amerika Serikat, hampir dari 7.000 bahan kimia yang ada pada rokok, 2.000 di antaranya terdapat pada TAR.
Baca Juga: Benarkah Vape Bisa Kurangi Kebiasaan Merokok Tembakau? Ini Faktanya
"Karena produk tembakau alternatif sudah terbukti hanya menghasilkan uap, bukan asap, dan memiliki risiko yang jauh lebih rendah daripada rokok, maka sejumlah negara maju, seperti Jepang, Korea Selatan, Inggris, dan Selandia Baru telah menerima keberadaan produk tersebut dan mendukung penggunaannya untuk mengatasi masalah rokok di negaranya," tegas Amaliya.
Lantaran masih rendahnya informasi yang akurat mengenai produk tembakau alternatif, Amaliya mendorong pemerintah untuk melakukan kajian ilmiah yang melibatkan seluruh pemangku kepentingan.
"Sampai saat ini masih banyak pihak yang menganggap produk tembakau alternatif menghasilkan asap, padahal setelah diteliti faktanya tidak demikian. Ini merupakan kekeliruan yang harus diluruskan melalui riset demi memaksimalkan penggunaan produk tembakau alternatif untuk menurunkan angka perokok," pungkas Amaliya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 6 Sepatu Adidas Diskon 60 Persen di Sports Station, Ada Adidas Stan Smith
- Kronologi Lengkap Petugas KAI Diduga Dipecat Gara-Gara Tumbler Penumpang Hilang
- 5 Moisturizer dengan Alpha Arbutin untuk Memudarkan Flek Hitam, Cocok Dipakai Usia 40-an
- 7 Sabun Muka Mengandung Kolagen untuk Usia 50-an, Bikin Kulit Tetap Kencang
- 15 Merek Ban Mobil Terbaik 2025 Sesuai Kategori Dompet Karyawan hingga Pejabat
Pilihan
-
Polemik RS dr AK Gani 7 Lantai di BKB, Ahli Cagar Budaya: Pembangunan Bisa Saja Dihentikan
-
KGPH Mangkubumi Akui Minta Maaf ke Tedjowulan Soal Pengukuhan PB XIV Sebelum 40 Hari
-
Haruskan Kasus Tumbler Hilang Berakhir dengan Pemecatan Pegawai?
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Viral Tumbler Tuku di Jagat Maya, Berapa Sebenarnya Harganya? Ini Daftar Lengkapnya
Terkini
-
BRI Sabet Penghargaan Bergengsi di BI Awards 2025
-
Kabar Kenaikan Gaji PNS Tahun 2026, Ada 2 Syarat
-
Kementerian ESDM Buka Peluang Impor Gas dari AS untuk Penuhi Kebutuhan LPG 3Kg
-
Bisnis AI Kian Diminati Perusahaan Dunia, Raksasa China Bikin 'AI Generatif' Baru
-
Waskita Karya Rampungkan Transaksi Divestasi Saham Jalan Tol Cimanggis - Cibitung Rp3,28 Triliun
-
Dukung Mitigasi Banjir dan Longsor, BCA Syariah Tanam 1.500 Pohon di Cisitu Sukabumi
-
Magang Nasional Gelombang III Segera Digelar, Selanjutnya Sasar Lulusan SMK
-
Banjir Sumatera Telan Banyak Korban, Bahlil Kenang Masa Lalu: Saya Merasa Bersalah
-
Mulai 2026 Distribusi 35 Persen Minyakita Wajib via BUMN
-
Akhirnya Bebas, Eks Dirut ASDP Ira Puspadewi: Terima Kasih Profesor Dasco