Suara.com - PT PAM Mineral Tbk (NICL) diprediksi berhasil membukukan penjualan senilai Rp 195,44 miliar dan laba komprehensif periode berjalan sebesar Rp 28,45 miliar berdasarkan laporan keuangan interim Desember 2020.
Kondisi itu jauh lebih baik dibandingkan dengan kinerja perseroan di tahun 2019, yang mana saat itu perseroan masih mencatatkan kerugian komprehensif sebesar Rp14,07 miliar di tahun 2019.
Perseroan mencatatkan laba usaha sebesar Rp 33,57 miliar hingga bulan Desember 2020 dibandingkan rugi usaha sebesar Rp 16,5 miliar pada bulan Desember 2019.
“Kenaikan laba usaha yang cukup signifikan tersebut disebabkan kenaikan pendapatan penjualan dari anak perusahaan, IBM yang cukup signifikan. Perseroan optimis penjualan nikel maupun laba usaha konsolidasi akan meningkat tajam pada tahun 2020 dibandingkan dengan tahun sebelumnya” jelas Ruddy Tjanaka, Direktur Utama PAM Mineral dalam keterangan persnya, Minggu (1/8/2021).
Dari sisi penjualan, volume penjualan diproyeksikan mencapai 1.800.000 metric ton (MT) pada tahun ini, naik 87,04 persen dari realisasi penjualan pada 2020 sebesar 695.034 metric ton.
“Sedangkan pada tahun ini, Perseroan menargetkan meraup laba bersih sebesar Rp103 miliar, meroket sebesar 263,46 persen dari laba bersih konsolidasi tahun 2020 yang diprediksikan sebesar Rp 28,45 miliar” tambah Ruddy Tjanaka.
PAM Mineral merupakan perusahaan yang bergerak di bidang pertambangan mineral nikel, yang memiliki anak usaha bernama PT Indrabakti Mustika (IBM). Bijih nikel perseroan maupun anak perusahaan, IBM memiliki kadar Ni antara 1,4 persen hingga 1,8 persen.
IBM memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Langgikima, Kabupaten Konawe Utara, Sulawesi Tenggara. Lahan tersebut merupakan lahan Izin Usaha Pertambangan (IUP) operasi produksi seluas 576 hektare (ha). Sedangkan perseroan memiliki lahan konsesi pertambangan nikel di Desa Buleleng, Kabupaten Morowali, Sulawesi Tengah. Lahan tersebut merupakan lahan IUP operasi produksi seluas 198 ha.
Area potensi nikel dari IUP perseroan seluas 198 ha sudah seluruhnya dieksplorasi, dimana seluas 47 ha sudah dilakukan tertambang. Sedangkan sisanya belum dilakukan penambangan.
Baca Juga: Pemerintah Terima Bantuan Oksigen dari Perusahaan Smelter Nikel VDNI-OSS
Sementara itu, area potensi nikel dari IUP IBM adalah seluas ±450 ha, dimana area yang sudah tertambang dan terganggu (area IUP yang sudah dibuka atau landclearing, namun belum dilakukan penambangan) seluas 15 ha. Dengan rincian, area tertambang Utara seluas 10 ha dan Selatan seluas 5 ha. Area yang belum ditambang dari IUP IBM seluas 435 ha.
Ruddy optimis bisnis nikel ke depan cukup menjanjikan, seiring dengan tingginya permintaan bijih nikel di pasar domestik serta kecenderungan harga nikel yang semakin meningkat.
Terlebih, pemerintah sedang mengembangkan industri dan ekosistem kendaraan listrik melalui pembentukan holding BUMN baterai Indonesia atau Indonesia Battery Corporation (IBC), yang bekerjasama dengan produsen mobil listrik dunia, LG Chem (Korea) dan CATL (China).
Pabrik baterai tersebut ditargetkan untuk mulai beroperasi pada 2023. Karena itu, nikel berkadar rendah akan banyak dibutuhkan untuk campuran dengan jenis logam Cobalt sebagai bahan baku baterai. Di sisi lain, permintaan bijih nikel berkadar tinggi juga terus meningkat, terutama karena adanya industri pengolahan atau smelter.
Dengan eksplorasi yang terus menerus dilakukan, Perseroan berkeyakinan bahwa ke depan Perseroan dan anak perusahaan dapat memiliki sumberdaya 28 juta ton lebih bijih nikel. Dari 28 juta bijih nikel tersebut, lanjut Ruddy, tidak semua memiliki kadar tinggi namun juga terdapat bijih nikel dengan kadar rendah. Selain bijih nikel kadar tinggi, Perseroan saat ini juga telah melakukan penjualan bijih nikel kadar rendah ke smelter yang ada.
Untuk rencana jangka pendek, perseroan akan memenuhi target sebanyak 1.800.000 MT bijih nikel sesuai Rencana Kerja Anggaran Biaya (RKAB). Untuk jangka menengah dan panjang, perseroan memiliki strategi menambah cadangan dengan cara mengakuisisi ataupun mencari tambang baru. Dengan demikian, pertumbuhan kinerja perseroan bisa lebih tinggi lagi ke depannya.
Berita Terkait
-
Pemerintah Terima Bantuan Oksigen dari Perusahaan Smelter Nikel VDNI-OSS
-
Reaksioner Negara Indonesia Terhadap Polemik Pertanian Tanah Air
-
Hilirisasi Nikel Cegah Kontraksi Ekonomi di Maluku Utara
-
Perusahaan Nikel Asal China Ungkap Pengalaman Investasi di Indonesia
-
Pengawas Tambang Nikel PT VDNI Ditikam Anak Buah Sampai Meninggal
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Grab Tawarkan Jaminan Tepat Waktu Kejar Pesawat dan Kompensasi Jutaan Rupiah
-
Kuota Mudik Gratis Nataru Masih Banyak, Cek Syarat dan Rutenya di Sini
-
Asuransi Simas Jiwa Terapkan ESG Lewat Rehabilitasi Mangrove
-
Baru Terjual 54 Persen, Kuota Diskon Tarif Kereta Api Nataru Masih Tersedia Banyak
-
Kemnaker Waspadai Regulasi Ketat IHT, Risiko PHK Intai Jutaan Pekerja Padat Karya
-
Tahapan Pengajuan KPR 2026, Kapan Sertifikat Rumah Diserahkan?
-
Harga Emas Antam Naik Konsisten Selama Sepekan, Level Dekati 2,5 Jutaan
-
Inilah PT Tambang Mas Sangihe yang Ditolak Helmud Hontong Sebelum Meninggal Dunia
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM