Suara.com - PT Pertamina (Persero) berencana merevisi harga bahan bakar minyak (BBM) Pertalite. Revisi dilakukan karena menurut Pertamina harga pertalite saat ini masih jauh dari harga keekonomian.
Untuk diketahui, saat ini Pertamina masih menjual Pertalite dengan harga Rp 7.650 per liter, padahal seharusnya harga keekonomian pertalite sebesar Rp 11.000 per liter.
Lantas, berapakah harga pantas pertalite jika mengalami kenaikan di tengah Pandemi Covid-19 ini?
Direktur Eksekutif Energy Watch Mamit Setiawan mengatakan, Pertamina boleh menaikkan harga pertalite, asalkan melihat kondisi masyarakat saat ini.
Jangan sampai, kenaikan harga pertalite ini justru memberatkan masyarakat. Sehingga, ia menyarankan, kenaikan harga Pertalite tidak sampai pada harga keekonomian.
"Untuk Pertalite mungkin tidak harus mencapai keekonomian tapi misalnya di angka 1500 per liter agar tidak memberatkan masyarakat juga," ujar Mamit saat dihubungi Jumat (29/10/2021).
Mamit juga menyarankan, Pertamina bisa menaikkan harga pertalite itu pada tahun depan selagi memantau perkembangan perekonomian dalam negeri.
"Harus tetap menyesuaikan dengan kondisi perekonomian masyarakat juga. Jika tidak bisa sekarang, harapan saya tahun depan bisa ada perubahan harga sambil tetap memantau kemampuan dan daya beli masyarakat dan pastinya pandemi yang terus berkurang," ucap Mamit.
Sebelumnya, Mamit Setiawan menanggapi, seharusnya harga BBM jenis pertalite sudah naik dari dulu. Sebab, pertalite bukan jenis BBM penugasan pemerintah dan merupakan BBM umum di mana yang mengatur harga adalah badan usaha.
Baca Juga: Jauh dari Nilai Keenomian, Haruskah Harga Pertalite Naik?
"Sesuai dengan KepMen ESDM 62/2020 untuk jenis BBM umum maka penyesuaian harga dilakukan oleh badan usaha. Hanya saja, dengan pertimbangan saat ini Pertalite merupakan bbm dengan konsumsi paling banyak maka penyesuaiam tersebut sulit dilakukan," tutur Mamit.
Di sisi lain, Mamit mengemukakan, selama ini Pertamina harus menanggung kerugian, karena disparitas harganya begitu tinggi, yakni rata-rata mencapai Rp 3.000 per liter.
"Ini membuat keuangan Patra Niaga selaku subholding commercial and trading berdarah-darah. Ini diperparah dengan tidak bisa dilakukan penyesuaian harga untuk BBM Pertamax sehingga menambah beban Pertamina," kata dia
Dalam hal ini, Mamit pun mengusulkan pemerintah bisa memberikan keleluasaan bagi Pertamina untuk menyesuaikan harga pertamax pada awal November agar bisa menambal kerugian dari penjualan pertalite.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar
-
Bahlil akan Pangkas Produksi Nikel, Harga di Dunia Langsung Naik