Suara.com - Mandiri Institute mengungkapkan pelaku usaha Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mulai bergeser untuk mencari pinjaman modal. Tadinya, pelaku UMKM mencari modal lewat pinjaman online (pinjol).
Hal ini tercermin dari survei yang dilakukan Mandiri Institute di mana, Lebih dari 60% responden sudah mengetahui pinjol (fintech), dengan 36% usaha yang sudah mengakses layanan tersebut.
Namun demikian, hasil survei tersebut ditemukan bahwa banyak UMKM atau sebesar 53% tidak tahu apakah fintech tempat mereka meminjam sudah memiliki izin.
"Hanya sekitar 24,2% usaha yang mengetahui pinjaman mereka berasal dari fintech yang berizin. Sementara sekitar 3,4% responden meminjam dari fintech ilegal," ujar Senior Research Specialist Mandiri Institute Andre Simangungsong seperti dikutip dari hasil survei, Kamis (27/1/2022).
Selanjutnya, papar Andre, hasil survei tersebut memperlihatkan PPKM Darurat membuat seperlima usaha atau sebanyak 19,3% terpaksa berhenti beroperasi pada Juli-Agustus 2021. Akan tetapo, saat ini sebanyak 56,8% UMKM masih berjalan normal.
"Berdasarkan situasi terkini, mayoritas usaha (53%) sudah dapat meningkatkan omzet usaha pada Desember 2021. Namun, dampak PPKM Darurat pada pertengahan 2021 masih dirasakan sampai saat ini yang tercermin dari sebanyak 46% usaha mengalami kesulitan dalam menaikan pendapatan usaha," tutur dia.
Kemudian, Andre menyebut, sebanyak 20% dari UMKM nasional melakukan PHK pada pekerjanya sepanjang 2021. Dengan rata- rata pengurangan sebesar 2 pekerja (Mikro), 4,3 pekerja (Kecil), dan 15 pekerja (Menengah)
Di sisi lain, tren digitalisasi dalam 5 tahun terakhir meningkatkan membuat UMKM lebih memasarkan produknya secara online di mana, 49,3% dari responden memiliki akses penjualan digital dan 80% (4 dari 5 UMKM) sudah memiliki saluran pembayaran non-tunai.
"Penjualan melalui aplikasi pesan instant dan sosial media adalah metode terbanyak yang digunakan. Sementara, dari usaha yang menyediakan saluran pembayaran non-tunai, 93,2% menyediakan metode transfer antar bank, 49,6% menyediakan EDC, 37,1% menyediakan transaksi melalui e-wallet atau dompet digital," pungkas Andre.
Baca Juga: Resmi Tersangka, Manajer Perusahaan Pinjol Ilegal di PIK Penjaringan Terancam 12 Tahun Penjara
Untuk diketahui, survei ini dilakukan pada Desember 2021 terhadap 2.944 UMKM. Tujuan survei kali ini adalah untuk memotret situasi terkini dan melihat peran ekonomi digital pada masa pemulihan ekonomi.
Berita Terkait
Terpopuler
- 2 Cara Menyembunyikan Foto Profil WhatsApp dari Orang Lain
- Omongan Menkeu Purbaya Terbukti? Kilang Pertamina di Dumai Langsung Terbakar
- Selamat Tinggal Timnas Indonesia Gagal Lolos Piala Dunia 2026, Itu Jadi Kenyataan Kalau Ini Terjadi
- Jemput Weekend Seru di Bogor! 4 Destinasi Wisata dan Kuliner Hits yang Wajib Dicoba Gen Z
- DANA Kaget Jumat Berkah: Klaim Saldo Gratis Langsung Cair Rp 255 Ribu
Pilihan
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
-
165 Kursi Komisaris BUMN Dikuasai Politisi, Anak Buah Prabowo Merajai
Terkini
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
Bansos PKH Oktober 2025 Kapan Cair? Ini Kepastian Jadwal, Besaran Dana dan Cara Cek Status
-
Profil PT Cakra Buana Resources Energi Tbk (CBRE), Ini Sosok Pemiliknya
-
BRI Ajak Warga Surabaya Temukan Hunian & Kendaraan Impian di Consumer BRI Expo 2025
-
TikTok Dibekukan Komdigi Usai Tolak Serahkan Data Konten Live Streaming Demo
-
Maganghub Kemnaker: Syarat, Jadwal Pendaftaran, Uang Saku dan Sektor Pekerjaan
-
Perusahaan Ini Sulap Lahan Bekas Tambang jadi Sumber Air Bersih
-
2 Hari 2 Kilang Minyak Besar Terbakar Hebat, Ini 5 Faktanya
-
IHSG Tutup Pekan di Zona Hijau: Saham Milik Grup Djarum Masuk Top Losers
-
Maganghub Kemnaker Dapat Gaji Rp 3.000.000 per Bulan? Ini Rinciannya