Suara.com - Persoalan pupuk masih menjadi masalah serius yang dihadapi para petani saat ini. Bukan cuma petani sawit, tapi juga seluruh petani di sektor pertanian lain di Indonesia.
Pupuk subsidi yang harganya terjangkau, sangat langka dan sulit didapat. Sementara pupuk kimia non subsidi harganya sangat mahal, dalam setahun terakhir harganya naik hingga dua kali lipat.
"Keadaannya sekarang, petani itu diminta berproduksi maksimal. Tapi malah harga pupuk masih tinggi," kata Anggota Komisi VII Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI), Abdul Wahid.
Dia mengingatkan pemerintah agar segera mencarikan solusi untuk masalah petani ini. Dia meminta solusi yang menguntungkan semua pihak, buka cuma produsen pupuk, tetapi juga menguntungkan bagi petani.
"Sebenarnya pupuk itu kan tanggung jawab pemerintah, bagaimana pengadaannya sehingga terjangkau oleh masyarakat. Tujuannya supaya produksi dengan biaya jadi seimbang. Jadi petani juga untung, pemerintah tidak rugi, pengusaha juga dapat untung. Ya win-win solution-lah," ujar Wakil Ketua Badan Legislasi (Banleg) DPR RI itu.
Menurutnya, saat ini keberpihakan pemerintah terhadap petani sawit masih rendah. Pasalnya, sudah berbulan-bulan petani mengeluhkan kondisi ini, namun pemerintah tidak kunjung mencarikan solusi meski punya kewenangan untuk membuat kebijakan-kebijakan.
"Hari ini kan langka pupuknya. Tidak seimbang juga kalau kita tidak segera menangani ini. Menurut saya, pemerintah harus mengawasi. Ini harus menjadi perhatian khusus bagi pemerintah supaya memang tidak terlalu jomplang harganya di pasaran. Sehingga petani tidak rugi," katanya.
"Sekarang sawitnya murah, kemudian pupuknya mahal. Bukan hanya mahal, tapi mendapatkannya juga sudah. Pemerintah harus segera bertindak untuk mengatasi hal ini," tandasnya.
Berita ini sebelumnya dimuat Wartaekonomi.co.id jaringan Suara.com dengan judul "Pupuk Langka dan Mahal, Pemerintah Diminta Cari Solusi"
Berita Terkait
-
Bupati Pamekasan Baddrut Tamam Minta APH Beri Hukuman Maksimal Pelaku Penyelewengan 9 Ton Pupuk Bersubsidi
-
Kasus Penyelundupan Pupuk Bersubsidi di Pamekasan, Distributor Bakal Disidik, Pemkab Pastikan ASN Tak Terlibat
-
Terungkap Penyelundupan Berton-ton Pupuk Bersubsidi Ilegal Asal Pamekasan Madura ke Tuban hingga Ponorogo
Terpopuler
- Feri Amsari Singgung Pendidikan Gibran di Australia: Ijazah atau Cuma Sertifikat Bimbel?
- 7 Mobil Kecil Matic Murah untuk Keluarga Baru, Irit dan Perawatan Mudah
- Gugat Cerai Hamish Daud? 6 Fakta Mengejutkan di Kabar Perceraian Raisa
- 21 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 22 Oktober 2025, Dapatkan 1.500 Gems dan Player 110-113 Sekarang
- Pria Protes Beli Mie Instan Sekardus Tak Ada Bumbu Cabai, Respons Indomie Bikin Ngakak!
Pilihan
-
Superkomputer Prediksi Arsenal Juara Liga Champions 2025, Siapa Lawan di Final?
-
Bayar Hacker untuk Tes Sistem Pajak Coretax, Menkeu Purbaya: Programmer-nya Baru Lulus SMA
-
Perbandingan Spesifikasi HONOR Pad X7 vs Redmi Pad SE 8.7, Duel Tablet Murah Rp 1 Jutaan
-
Di GJAW 2025 Toyota Akan Luncurkan Mobil Hybrid Paling Ditunggu, Veloz?
-
Heboh Kasus Ponpes Ditagih PBB hingga Diancam Garis Polisi, Menkeu Purbaya Bakal Lakukan Ini
Terkini
-
Pemerintah Diminta Untuk Pikir-pikir Terapkan Kebijakan B50
-
Proyek Tol Serang-Panimbang Ditargetkan Rampung 2027
-
Prabowo Mau Kirim 500 Ribu Tenaga Kerja ke Luar Negeri, Siapkan Anggaran Rp 8 Triliun
-
BRI Perkuat Ekonomi Rakyat Lewat Akad Massal KUR dan Kredit Perumahan
-
PTBA Jajal Peluang Gandeng China di Proyek DME usai Ditinggal Investor AS
-
HUT ke-130 BRI: Satu Bank Untuk Semua, Wujud Transformasi Digital
-
Bank Mandiri Semarakkan Aksi Berkelanjutan Looping for Life di Livin' Fest 2025
-
OCBC Nilai Investor Masih Percaya pada Fundamental Ekonomi Indonesia
-
BI Proyeksi Ekspor dan Belanja Pemerintah Topang Pertumbuhan Ekonomi Kuartal III
-
Amman Mineral Dapat Restu Pemerintah untuk Ekspor Konsentrat Tembaga