Suara.com - Rektor Universitas Indonesia (UI) Prof Ari Kuncoro berharap, para calon komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memahami permasalahan makro dan mikro ekonomi.
"Mesti seimbanglah, paham permasalahan makro dan mikro ekonomi. Sebab, Indonesia ini merupakan suatu negara yang melakukan investasi besar untuk praktisinya. Akademisi dan praktisi ini menjadi sangat penting. Kalau akademisinya punya pengalaman lapangan, rasanya cocok," ujarnya dalam keterangannya yang diterima di Depok, Minggu (13/2/2022).
Hal ini dikatakan Prof Ari sampaikan dalam webinar Beranda Ruang Diskusi (BRD) bertajuk "Nakhoda Baru OJK di Tengah Digitalisasi Keuangan dan Pemulihan Ekonomi Pascapandemi"
Ari mengatakan tren makro dan mikro ekonomi Indonesia saat ini ditandai dengan adanya perkembangan teknologi seperti fintech, pinjaman online (pinjol) dan lainnya, yang sebenarnya sudah bisa diprediksi sebelumnya.
Selain itu, perubahan dan tantangan ekonomi semakin berkembang mengikuti digitalisasi ekonomi yang berkembang sangat pesat di masa pandemi.
"Pandemi yang terjadi saat ini justru mempercepat digitalisasi ekonomi yang sebelumnya masih kita anggap jauh. Sehingga, pengambilan kebijakan ke depan harus memahami betul apa yang terjadi saat ini dan perubahannya, termasuk memahami dengan tepat perilaku konsumen kita," ujar Prof Ari.
Sementara itu, Prihatmo Hari Mulyanto mengatakan komisioner OJK ke depan mesti mempunyai kompetensi yang tinggi dan mampu bersinergi dengan pelaku industri dan regulator lain untuk merealisasikan harapan dari asosiasi industri.
OJK juga harus berani bertindak tegas dengan mengedepankan kepentingan konsumen, termasuk mengeliminasi produk-produk investasi bodong.
"Selama ini kita terkadang melupakan masalah quality focus dari sisi pelaku, produk, dan regulator. Sebab, sebagus apapun regulasi tetapi tidak ada keinginan kuat dari pelaku untuk menjalankan aturannya, maka tetap saja akan menjadi masalah. Kualitas produk juga akan menjadi permasalahan tersendiri. Pinjol itu ibarat pisau bermata dua, bagus, tetapi kalau pengawasannya tidak efektif, akhirnya merugikan masyarakat," ujar Prihatmo.
Baca Juga: BRI Hadirkan Alternatif Model Korporatisasi Usaha Mikro dengan Program Desa BRILian
Ketua Presidium APRDI ini juga mengatakan banyaknya praktek-praktek pelanggaran dengan modus yang makin pintar, sehingga perlu selalu ada pengawasan ketat dan langkah tegas dari OJK.
Sedangkan, Eka Sri Dana Afriza mengatakan era sekarang ini setiap pemimpin harus memiliki visi ke depan yang kuat, memahami permasalahan, dan bisa beradaptasi setiap perkembangan teknologi.
"Ada fenomena digital, di depan kita ada potensi pasar yang sangat besar, kita semua dituntut untuk beradaptasi. Misalnya, BRI mengakselerasi bisnis modelnya dengan menyediakan satelit sendiri, dan bank-bank lainnya juga melakukan digitalisasi perbankan. Konsumen sudah menikmatinya dan ada banyak pilihan aplikasi. Ada sisi baiknya, ada sisi negatifnya. Sehingga pemimpin ke depan harus bisa memahami semua ini," ujarnya
Ia juga menyoroti secara khusus potensi kaum milienial yang dianggap paling cocok menjadi pemimpin saat ini.
"Anak-anak milenial paling dekat dengan kita. Kalau ditanya mau jadi apa, mau jadi youtuber, mau jadi influencer. Mereka pingin cepat dapat return-nya. Para young bankers juga bisa merubah banyak hal. Semuanya menyebabkan perbankan menjadi semudah di genggaman tangan kita," kata Direktur Eksekutif Perbanas ini.
Sri Dana menekankan, ke depan, dibutuhkan para pengambil kebijakan yang menangani policy and regulatory support dengan tepat untuk mengelola perkembangan ekonomi digital saat ini.
Berita Terkait
-
Bursa Calon DK OJK, AAJI Minta Anggotanya Diisi Orang Dari Industri Asuransi
-
KSP Klaim Pengembangan Mandalika Tidak Akan Terhenti Pada Gelaran MotoGP
-
Kadin Indonesia Yakin, Pemindahan IKN Dapat Tingkatkan Kemajuan Dagang, Minimal 50 persen
-
Edukasi Para Investor Muda, FEB UI Hadirkan Indonesia Capital Market Student Studies (ICMSS) 2022
-
BRI Hadirkan Alternatif Model Korporatisasi Usaha Mikro dengan Program Desa BRILian
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
6 Rekomendasi HP Snapdragon Paling Murah untuk Kebutuhan Sehari-hari, Mulai dari Rp 1 Jutaan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
Terkini
-
OJK: Generasi Muda Bisa Bantu Tingkatkan Literasi Keuangan
-
Rupiah Terus Amblas Lawan Dolar Amerika
-
IHSG Masih Anjlok di Awal Sesi Rabu, Diproyeksi Bergerak Turun
-
Sowan ke Menkeu Purbaya, Asosiasi Garmen dan Tekstil Curhat Importir Ilegal hingga Thrifting
-
Emas Antam Merosot Tajam Rp 26.000, Harganya Jadi Rp 2.260.000 per Gram
-
BI Pastikan Harga Bahan Pokok Tetap Terjaga di Akhir Tahun
-
Hana Bank Ramal Dinamika Ekonomi Dunia Masih Panas di 2026
-
Trend Asia Kritisi Proyek Waste to Energy: Ingatkan Potensi Dampak Lingkungan!
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat