Suara.com - Harga minyak bergerak menguat pada perdagangan akhir pekan lalu. Secara mingguan, harga minyak jatuh dalam 2 pekan beruntun meskipun mampu bertahan di level USD100 per barel seiring pekan perdagangan yang bergejolak.
Pasar tidak menemukan pengganti minyak Rusia secara mudah yang ditandai dengan suplai ketat.
Mengutip CNBC, Senin (21/3/2022) minyak mentah berjangka Brent naik 1,21 persen atau USD1,29 ke harga USD107,93 per barel, setelah melonjak hampir 9 persen pada hari Kamis dalam persentase kenaikan terbesar sejak pertengahan 2020.
Sedangkan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS melaju naik 1,67 persen atau USD1,72 pada harga USD104,70 per barel, menambah lonjakan 8 persen pada hari Kamis.
Kedua patokan harga minyak tersebut mengakhiri minggu ini turun lebih dari 5 persen. Harga mencapai level tertinggi dalam 14 tahun terakhir hampir dua minggu lalu, mendorong aksi ambil untung sejak saat itu.
Krisis pasokan dari para pedagang yang menghindari barel Rusia, pembicaraan nuklir yang tersendat-sendat dengan Iran, berkurangnya stok minyak dan kekhawatiran tentang lonjakan kasus covid-19 di China telah memukul permintaan.
Gabungan faktor tersebut telah menghasilkan rollercoaster untuk harga minyak mentah.
Volatilitas telah membuat para pemain takut keluar dari pasar minyak, yang pada gilirannya kemungkinan akan memperburuk perubahan harga.
Rusia mengatakan kesepakatan belum tercapai setelah hari keempat pembicaraan dengan Ukraina di mana beberapa tanda kemajuan telah muncul pada awal pekan ini.
Baca Juga: Harga Minyak Dunia Meroket, Harga BBM Akan Ikut Naik?
"Presiden Putin tampaknya tidak ingin mengakhiri permusuhan. Ini akan memastikan bahwa kerumitan energi tetap mendapat sokongan secara baik disertai banyak ruang volatilitas lebih lanjut, "kata analis pasar minyak PVM Stephen Brennock.
Dia juga mengatakan kenaikan suku bunga AS menunjukkan ekonomi AS yang lebih kuat, yang dapat menopang permintaan minyak.
The Federal Reserve pada Rabu pekan lalu menaikkan suku bunga untuk pertama kalinya sejak 2018 dan menyusun rencana agresif untuk mendorong biaya pinjaman ke tingkat yang terbatas pada tahun depan.
Sementara itu, produksi dari kelompok produsen OPEC + pada Februari melampaui target bahkan lebih dari bulan sebelumnya.
Badan Energi Internasional mengatakan pasar minyak bisa kehilangan tiga juta barel per hari minyak Rusia mulai April.
Konsultan FGE mengatakan stok di negara-negara utama lebih rendah 39,9 juta barel untuk tahun ini dibandingkan dengan rata-rata 2017-2019.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Model Honda Jazz Bekas Paling Murah untuk Anak Kuliah, Performa Juara
- 4 Motor Matic Terbaik 2025 Kategori Rp 20-30 Jutaan: Irit BBM dan Nyaman Dipakai Harian
- 7 Sunscreen Anti Aging untuk Ibu Rumah Tangga agar Wajah Awet Muda
- Mobil Bekas BYD Atto 1 Berapa Harganya? Ini 5 Alternatif untuk Milenial dan Gen Z
- Pilihan Sunscreen Wardah yang Tepat untuk Umur 40 Tahun ke Atas
Pilihan
-
Analisis: Taktik Jitu Andoni Iraola Obrak Abrik Jantung Pertahanan Manchester United
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Soal Klub Baru usai SEA Games 2025, Megawati Hangestri: Emm ... Rahasia
-
Pabrik VinFast di Subang Resmi Beroperasi, Ekosistem Kendaraan Listrik Semakin Lengkap
-
ASUS Vivobook 14 A1404VAP, Laptop Ringkas dan Kencang untuk Kerja Sehari-hari
Terkini
-
29 Unit Usaha Syariah Mau Spin Off, Ini Bocorannya
-
Promo Lengkap HUT BRI ke-130, Ada Diskon KPR, Kopi, Restoran Hingga Tiket Pesawat!
-
Harga Minyak Dunia Turun, di Tengah Menguatnya Perdamaian Rusia-Ukraina
-
Banjir Sumatera Luluh Lantahkan 70.000 Ha Sawah, Kapan Perbaikan Dimulai?
-
OJK Luncurkan 'Buku Khutbah' Baru, Rahasia Keuangan Syariah Terungkap!
-
AMTI Khawatir Konsumen Beralih ke Rokok Murah Gegara Kebijakan Ini
-
Emas Antam Tak Bergerak Hari Ini, Intip Deretan Harganya
-
ASDP Tambah Kapal di 2 Lintasan Tersibuk pada Masa Nataru
-
Asosiasi Ini Soroti Peran Akuntan dalam Pelaporan Keberlanjutan dan Transparansi ESG
-
Rupiah Terus Tertekan, Dolar AS Makin Kuat Sentuh Level Rp16.678