Suara.com - Kejahatan perbankan saat ini masih menghantui masyarakat. Bahkan, beragam modus baru muncul mengintai siapa pun yang lengah dan tak waspada salah satunya phishing.
Tingginya angka pengguna internet di Indonesia hingga masih rendahnya literasi digital menjadi celah pelaku tindak kejahatan melancarkan aksi ini.
Nurliya Ni’matul Rohmah, Jawara Internet Sehat NTB 2021, mengatakan, phishing merupakan tindakan memperoleh informasi pribadi seperti PIN, nomor rekening bank, dan nomor kartu kredit secara tidak sah.
Dia bilang informasi ini kemudian akan dimanfaatkan oleh pihak penipu untuk mengakses rekening, melakukan penipuan kartu kredit atau memandu nasabah untuk melakukan transfer ke rekening tertentu dengan memberikan iming-iming berupa hadiah.
“Salah satu tindakan phishing yang sering ditemui yaitu tindakan web phising atau pengelabuan dengan menggunakan situs," ungkap Nurliya dalam webinar bertajuk 'Kebal Hoaks: Ayo Jadi Netizen Kritis!' yang diselenggarakan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) ditulis Selasa (12/7/2022).
Selanjutnya, penipu akan memanfaatkan situs palsu untuk mengelabui calon korban.
"Situs palsu tersebut akan dibuat sedemikian rupa hingga terlihat mirip dengan situs asli, bahkan alamat situs pun dapat dibuat mirip," katanya.
Sementara di tempat yang sama, Praktisi Pariwisata dan Relawan MAFINDO Nina Ulfah Nulatutadjie mengatakan, terdapat delapan ciri hoaks yang dapat diidentifikasi oleh masyarakat saat menerima suatu informasi di antaranya membangkitkan emosi, sumber yang tidak jelas, memanfaatkan nama tokoh, bersifat memihak dan bias.
Selanjutnya mengaburkan data untuk mempengaruhi opini, meminta untuk disebarkan, memanfaatkan fanatisme baik atas nama ideologi, agama, maupun suku, serta terdapat manipulasi data atau foto.
Baca Juga: Awas! Pencurian Data Metode Email Phishing Jadi Berkas HTML
“Kita dapat memeriksa kebenaran informasi yang kita peroleh dengan dua cara, yaitu dengan cara manual dan dengan menggunakan alat bantu," paparnya.
Cara manual dapat dilakukan dengan mengenali ciri-ciri hoaks serta melihatnya secara visual. Sementara untuk alat bantu.
"Kita dapat menggunakan situs atau aplikasi pemeriksa fakta yang tersebar di internet saat ini," katanya.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
-
PT Titan Infra Sejahtera: Bisnis, Profil Pemilik, Direksi, dan Prospek Saham
Terkini
-
Industri Pindar Tumbuh 22,16 Persen, Tapi Hadapi Tantangan Berat
-
Perilaku Konsumen RI Berubah, Kini Maunya Serba Digital
-
Bagaimana Digitalisasi Mengubah Layanan Pertamina
-
Memahami Pergerakan Harga Bitcoin, Analisis Teknikal Sudah Cukup?
-
BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
-
BCA Kembali Menjadi Juara Umum Annual Report Award, Diikuti BCA Syariah pada Klaster Rp1 Triliun
-
ESDM: Rusia-Kanada Mau Bantu RI Bangun Pembakit Listrik Tenaga Nuklir
-
Bos Lippo Ungkap 5 Modal Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global 2026
-
Purbaya Larang Bea Cukai Sumbangkan Pakaian Bekas Hasil Sitaan ke Korban Banjir Sumatra
-
Purbaya Sewot Teknologi AI Bea Cukai Dibandingkan dengan Milik Kemenkes: Tersinggung Gue!