“Dalam konteks
Indonesia, masih banyak penduduk yang menggantungkan hidupnya dengan menjadi
pengemudi. Kalau semakin banyak kalangan yang memakai kendaraan otonom, ini berpotensi meningkatkan angka pengangguran,” papar Budi Setiyadi.
Di Indonesia, saat ini kendaraan otonom yang berbasis tenaga listrik telah hadir sejak Mei 2022, namun masih dioperasikan secara terbatas. Kendaraan dengan nama Navya Arma saat ini beroperasi di Q Big BSD City dan kawasan BSD Green Office Park, keduanya di kawasan Serpong, Tangerang Selatan, Banten.
Proses Adopsi AV Perlu Disiapkan
Sementara, Chairy membahas prospek kendaraan otonom dari perspektif perilaku konsumen. Menurut Chairy, saat ini AV masih menjadi sesuatu yang baru di
masyarakat. Maka, agar kehadirannya bisa diterima, yakni masyarakat mau menggunakannya secara rutin, proses adopsinya perlu dipersiapkan. Apalagi, lanjut
Chairy, AV adalah produk inovasi yang dapat mengubah perilaku konsumen dan sistem transportasi dunia, termasuk Indonesia.
Chairy lalu memaparkan sejumlah riset tentang perilaku konsumen yang terkait AV. Pertama, tentang kontrol. Semakin tinggi keinginan konsumen untuk mengontrol, maka keinginannya untuk menggunakan, atau membeli, justru cenderung semakin kecil.
“Sebab ada aspek lain dari mengemudi. Bagi seseorang yang menikmati mengemudikan kendaraan, ia masih
punya keinginan untuk mengontrol semuanya.” kata Chairy.
Sementara, dengan AV, penumpang hanya perlu duduk manis hingga sampai ke tujuan.
“Hal semacam ini perlu menjadi perhatian,” ucap Chairy.
Kedua, Chairy menemukan masih adanya miskonsepsi tentang AV. Misalnya, ada yang menganggap AV sudah tersedia di pasar. Padahal, kenyataannya belum ada.
Jadi, kalau sekarang ada yang mengoperasikan kendaraan otonom, itu baru sebatas prototipe.
Baca Juga: Jababeka-Lanal Morotai Kibarkan Bendera di Bawah Laut Bersama Hiu Jinak
“Kalau ada miskonsepsi semacam ini, konsumen justru akan lebih mudah menerima kehadiran AV.” ucapnya.
Ketiga, AV adalah inovasi yang terbilang radikal. Inovasi yang semacam ini, lanjut Chairy, justru menimbulkan akan resistensi dari konsumen.
“Konsumen menjadi tidak yakin dengan keandalan produknya. Misalnya, bagaimana kalau terjadi kegagalan dari sistem IT-nya. Ini akan membuat konsumen ragu-ragu memakai AV,” paparnya.
Maka, saran Chairy, untuk meningkatkan adopsi konsumen terhadap AV, sebaiknya jangan langsung masuk ke level tertinggi dari AV, yakni level 5 yang full
automation.
“Sebaiknya mulai dari level yang paling rendah dulu. Ketika konsumen sudah mulai yakin dan mau menggunakan, perlahan-lahan ditingkatkan ke
level yang lebih tinggi.” katanya.
Sementara, Managing Director PT Jababeka Infrastruktur Dr. Agung Wicaksono memaparkan penggunaan AV atau kendaraan otonom di berbagai negara.
Berita Terkait
Terpopuler
- 19 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 5 Oktober: Ada 20.000 Gems dan Pemain 110-113
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
- 3 Shio Paling Beruntung Pekan Kedua 6-12 Oktober 2025
- Jadwal dan Lokasi Penukaran Uang Baru di Kota Makassar Bulan Oktober 2025
Pilihan
-
Pihak Israel Klaim Kantongi Janji Pejabat Kemenpora untuk Datang ke Jakarta
-
Siapa Artem Dolgopyat? Pemimpin Atlet Israel yang Bakal Geruduk Jakarta
-
Seruan Menggetarkan Patrick Kluivert Jelang Timnas Indonesia vs Arab Saudi
-
Perbandingan Spesifikasi vivo V60 Lite 4G vs vivo V60 Lite 5G, Kenali Apa Bedanya!
-
Dana Transfer Dipangkas, Gubernur Sumbar Minta Pusat Ambil Alih Gaji ASN Daerah Rp373 T!
Terkini
-
Pertamina Klaim Masih Negosiasi dengan SPBU Swasta soal Pembelian BBM
-
Bahlil: BBM Wajib Dicampur Etanol 10 Persen
-
Didesak Beli BBM Pertamina, BP-AKR: Yang Terpenting Kualitas
-
BPKH Buka Lowongan Kerja Asisten Manajer, Gajinya Capai Rp 10 Jutaan?
-
Menkeu Purbaya: Jangan Sampai, Saya Kasih Duit Malah Panik!
-
Purbaya Kasih Deadline Serap Anggaran MBG Oktober: Enggak Terpakai Saya Ambil Uangnya
-
BKPM Dorong Danantara Garap Proyek Carbon Capture and Storage
-
Mengenal Kalla Group: Warisan Ayah Jusuf Kalla yang Menjadi Raksasa Bisnis Keluarga dan Nasional
-
Uang Primer Tumbuh 18,6 Persen, Apa Penyebabnya?
-
IHSG Sempat Cetak Rekor Level Tertinggi 8.200, Ternyata Ini Sentimennya