Suara.com - Transisi Energi adalah keniscayaan. Namun tidak ada jaminan bahwa perjalanan menuju ke sana akan berlangsung dengan mulus. Hal itu bisa dilihat dari kondisi saat ini. Sejak pandemi COVID-19 dan memanasnya kondisi geopolitik akibat perang Rusia-Ukraina, negara-negara maju justru balik arah kembali mengandalkan energi fosil, salah satunya migas, untuk memenuhi kebutuhan energi mereka.
Indonesia harus mengambil hikmah dari kondisi saat ini. Semangat untuk menekan emisi di sektor energi harus dikelola dengan bijak. Salah satu langkah bijak yang bisa diambil adalah dengan memanfaatkan secara optimal sumber daya gas bumi.
Pri Agung Rakhmanto, pengamat migas dari Universitas Trisakti, mengungkapkan dalam kajiannya selama 2012-2021 porsi pemanfaatan gas untuk kepentingan domestik rata-rata meningkat sekitar 1,5 persen per tahun. Porsi pemanfaatan gas untuk domestik tercatat meningkat dari 52 persen pada 2012 menjadi 65 persen pada 2021.
"Sektor industri dan pupuk tercatat sebagai kontributor utama dalam peningkatan konsumsi gas bumi domestik," kata Pri Agung.
Porsi konsumsi gas bumi sektor industri dan pupuk masing-masing tercatat sekitar 26,68 persen dan 12,73 persen dari total produksi gas nasional.
Selain itu, Penemuan cadangan migas Indonesia tahun 2020-2021 didominasi oleh gas bumi. Seperti penemuan di Bronang-02, West Belut, Parang-02, Rembang-3B, dan Wolai02. Program strategis nasional sektor energi juga didominasi oleh gas bumi, seperti Proyek Abadi Masela dan Indonesia Deepwater Development (IDD).
“Dalam perkembangannya gas akan memiliki peran yang lebih penting sebagai jembatan dalam pelaksanaan transisi energi dari fosil menuju ke EBT,” katanya.
Gas bumi memiliki kontribusi besar dalam bauran energi primer Indonesia. Saat ini porsi gas dalam bauran energi primer Indonesia sebesar 19,3 persen dan diproyeksikan akan terus meningkat. Melalui Rencana Umum Energi Nasional (RUEN), pemerintah memproyeksikan porsi gas bumi dalam bauran energi primer Indonesia 2050 menjadi sekitar 24 persen, terbesar kedua setelah EBT.
Optimalisasi pemanfaatan gas bumi di era transisi energi bakal dikupas dan dibahas secara lebih komperehensif dalam “3rd International Convention on Indonesian Upstream Oil and Gas 2022” (IOG 2022). Konvensi internasional ini digelar selama tiga hari dari 23-25 November 2022 secara hybrid melalui online dan secara offline di Bali yang dihadiri lebih dari 120 pembicara nasional dan internasional dengan target Peserta tahun ini adalah sebesar 10.000 peserta online dan 1.200 peserta offline.
Baca Juga: HUT Ke-65: Inisiatif Transisi Energi Berlanjut, Ikhtiar Pertamina untuk Indonesia Bebas Emisi
Abdul Wahid, Anggota Komisi VII DPR RI, menyambut positif inisiatif untuk mempertemukan para stakeholder di industri hulu migas. Pemerintah kata dia memang tidak bisa sendiri mengusahakan peningkatan pemanfaatan migas, terutama gas.
“Dalam kaadaan krisis seperti ini, semua pihak harus saling bahu membahu. Termasuk swasta, dalam menemukan cadangan energi. IOG 2022 diharapkan dapat menarik investor di bidang migas,” jelas Abdul.
Arifin Tasrif, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) belum lama ini mengakui butuh waktu sebelum EBT siap untuk digunakan secara optimal. Untuk itulah ada peran gas sebagai alternatif utama di masa transisi. Apalagi dalam beberapa tahun ke belakang banyak ditemukan cadangan gas yang bisa menjadi modal besar untuk mencapai ketahanan energi Indonesia.
“Kita punya gas. Ditambah lagi ada penemuan gas- gas baru di Sumatera Utara dan potensi yang besar di Jawa Timur. Makanya sekarang lagi dibangun jaringan gas agar semua tersambung dari ujung Sumatera sampai ke Jawa Timur. Langkah ini bentuk ketahanan energi kita jangka ke depan,” jelas Arifin.
Mohammad Kemal, Chairman Organizing Committee IOG 2022, mengatakan ajang IOG 2022 merupakan gelaran hybrid pertama setelah dua tahun sebelumnya acara dilakukan secara virtual. IOG Convention 2022, kata Kemal, menjadi salah satu poros penting bagi industri migas dalam usaha untuk mencapai target produksi minyak 1 juta barel per hari dan gas 12 BSCFD di tahun 2030. Pasalnya, dalam acara ini, akan hadir para stakeholder dari berbagai institusi dan perusahaan industri migas yang memegang peranan penting dalam menentukan masa depan energi Indonesia.
Ada tiga bagian besar konsep yang akan dibawakan dalam acara IOG 2022, yaitu Economic Recovery, Energy Security, dan Energy Transition. “Hal ini linear dengan program-program pemerintah Indonesia dan target Indonesia yang lebih berkelanjutan,” kata Kemal.
Berita Terkait
Terpopuler
- 31 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 18 Desember: Ada Gems dan Paket Penutup 112-115
- Kebutuhan Mendesak? Atasi Saja dengan BRI Multiguna, Proses Cepat dan Mudah
- 5 Skincare untuk Usia 60 Tahun ke Atas, Lembut dan Efektif Rawat Kulit Matang
- 5 Mobil Keluarga Bekas Senyaman Innova, Pas untuk Perjalanan Liburan Panjang
- Kuasa Hukum Eks Bupati Sleman: Dana Hibah Pariwisata Terserap, Bukan Uang Negara Hilang
Pilihan
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
-
Samsung PD Pasar Tablet 2026 Tetap Tumbuh, Harga Dipastikan Aman
Terkini
-
Pilihan Baru BBM Ramah Lingkungan, UltraDex Setara Standar Euro 5
-
Pelanggan Pertamina Kabur ke SPBU Swasta, Kementerian ESDM Masih Hitung Kuota Impor BBM
-
Kementerian ESDM Larang SPBU Swasta Stop Impor Solar di 2026
-
59 Persen Calon Jamaah Haji Telah Melunasi BIPIH Melalui BSI
-
Daftar Lengkap Perusahaan Aset Kripto dan Digital yang Dapat Izin OJK
-
CIMB Niaga Syariah Hadirkan 3 Produk Baru Dorong Korporasi
-
Negara Hadir Lewat Koperasi: SPBUN Nelayan Tukak Sadai Resmi Dibangun
-
Kemenkop dan LPDB Koperasi Perkuat 300 Talenta PMO Kopdes Merah Putih
-
Kantor Cabang Bank QNB Berguguran, OJK Ungkap Kondisi Karyawan yang Kena PHK
-
Sepekan, Aliran Modal Asing ke Indonesia Masuk Tembus Rp240 Miliar