Suara.com - Kondisi industri tekstil nasional saat ini boleh dibilang sangat memprihatinkan kondisi ini diperburuk dengan banjirnya produk tekstil impor dari China.
PT Sri Rejeki Isman Tbk atau Sritex pun harus menderita rugi bersih sedalam USD14,793 juta pada kuartal I 2024, atau bengkak 48,4 persen dibanding kuartal I 2023 yang terbilang USD9,925 juta hingga kuartal I 2024.
Direktur Utama Sritex Iwan Kurniawan Lukminto melaporkan defisit sedalam USD1,176 miliar pada akhir Maret 2024. Akumulasi kerugian itu menukik 1,2 persen dibanding akhir tahun 2023 menyentuh USD1,162 miliar pada akhir Maret 2024.
Kondisi itu mengakibatkan defisiensi modal atau tekor modal kian dalam 1,57 persen dibanding akhir tahun 2023 menyentuh USD969,61 juta pada akhir Maret 2024.
“Kondisi tersebut mengindikasikan adanya suatu ketidakpastian material yang dapat menyebabkan keraguan signifikan atas kemampuan SRIL untuk mempertahankan kelangsungan usahanya,”tulis Iwan dalam laporan keuangan kurtal I 2024 tanpa audit yang diunggah pada laman Bursa Efek Indonesia (BEI) yang dikutip Sabtu (29/6/2024).
Namun dia tak menyerah, dalam catatan atas laporan keuangan no 46 dinyatakan perseroan memfokuskan pada upaya meningkatkan penjualan dan efisiensi biaya produksi dengan mengambil langkah taktis.
Adapun langkah itu seperti Pengurangan karyawan secara berkala hingga 2025, Pengembangan produk-produk dengan nilai tambah yang lebih tinggi (specialised product), Peningkatan kualitas dan produktivitas sumber daya manusianya secara terus menerus; dan Efisiensi biaya melalui pemantauan anggaran dan perbaikan sistem.
Selain itu, SRIL juga telah memperoleh surat dukungan dari pemegang sahamnya untuk terus memberikan dukungan keuangan agar mampu mempertahankan kelangsungan usahanya dan untuk dapat memenuhi kewajiban.
Hanya saja ketepatan asumsi kelangsungan usaha tergantung pada dukungan keuangan yang berkelanjutan dari sponsor melalui kegiatan penggalangan dana dan kemampuan anak usaha untuk menghasilkan arus kas yang cukup dari operasinya.
Baca Juga: Tak Hanya Pabrik, Sekolah Tekstil Juga Tumbang, Ini Daftarnya
Tentunya untuk memenuhi kewajiban yang mencakup bayaran kembali pokok dan bunga yang dinegosiasikan kembali atas liabilitasnya, serta kepatuhan dengan semua persyaratan di bawah Rencana Perdamaian.
Berita Terkait
Terpopuler
- 4 Daftar Mobil Bekas Pertama yang Aman dan Mudah Dikendalikan Pemula
- 6 Rekomendasi Mobil Bekas Kabin Luas di Bawah 90 Juta, Nyaman dan Bertenaga
- Dua Rekrutan Anyar Chelsea Muak dengan Enzo Maresca, Stamford Bridge Memanas
- Calon Pelatih Indonesia John Herdman Ngaku Dapat Tawaran Timnas tapi Harus Izin Istri
- Harga Mepet Agya, Intip Mobil Bekas Ignis Matic: City Car Irit dan Stylish untuk Penggunaan Harian
Pilihan
-
CERPEN: Catatan Krisis Demokrasi Negeri Konoha di Meja Kantin
-
CERPEN: Liak
-
Rencana KBMI I Dihapus, OJK Minta Bank-bank Kecil Jangan Terburu-buru!
-
4 Rekomendasi HP 5G Murah Terbaik: Baterai Badak dan Chipset Gahar Desember 2025
-
Entitas Usaha Astra Group Buka Suara Usai Tambang Emas Miliknya Picu Bencana Banjir Sumatera
Terkini
-
Industri Pindar Tumbuh 22,16 Persen, Tapi Hadapi Tantangan Berat
-
Perilaku Konsumen RI Berubah, Kini Maunya Serba Digital
-
Bagaimana Digitalisasi Mengubah Layanan Pertamina
-
Memahami Pergerakan Harga Bitcoin, Analisis Teknikal Sudah Cukup?
-
BRI Market Outlook 2026: Disiplin Valuasi dan Rotasi Sektor Menjadi Kunci
-
BCA Kembali Menjadi Juara Umum Annual Report Award, Diikuti BCA Syariah pada Klaster Rp1 Triliun
-
ESDM: Rusia-Kanada Mau Bantu RI Bangun Pembakit Listrik Tenaga Nuklir
-
Bos Lippo Ungkap 5 Modal Indonesia Hadapi Ketidakpastian Global 2026
-
Purbaya Larang Bea Cukai Sumbangkan Pakaian Bekas Hasil Sitaan ke Korban Banjir Sumatra
-
Purbaya Sewot Teknologi AI Bea Cukai Dibandingkan dengan Milik Kemenkes: Tersinggung Gue!