Suara.com - Harga cabai rawit merah melonjak tajam hingga mencapai Rp95.000 per kilogram diberbagai daerah. Menanggapi hal tersebut, Menteri Pertanian (Mentan) Amran Sulaiman memahami kenaikan harga cabai rawit merah.
Pasalnya, dia menyebut, harga cabai di tingkat petani sebelumnya anjlok hingga hanya Rp3.000 per kilogram akibat pasokan melimpah.
"Tiga minggu lalu kan hancur harganya, sampai Rp 3.000, biarlah petani bernapas, kasihan petani," ujar Amran di Kementerian Pertanian, seperti dikutip Jumat (10/1/2025).
Menurut Amran, lonjakan harga cabai kali ini lebih disebabkan oleh faktor cuaca, terutama curah hujan yang tinggi, yang menghambat distribusi.
Meskipun demikian, ia memastikan bahwa produksi cabai nasional tetap mencukupi kebutuhan masyarakat.
"Karena pengaruh curah hujan yang tinggi. Produksinya cukup ya, karena distribusinya," kata dia.
Sementara, Dirjen Hortikultura Muhammad Taufik Ratule menegaskan bahwa kebutuhan cabai rawit merah nasional sebanyak 1,17 juta ton per tahun sebenarnya sudah terpenuhi dengan produksi yang mencapai 2 juta ton.
Namun, tingginya harga cabai lebih disebabkan oleh kendala distribusi, terutama di tengah musim hujan.
"Jadi hanya memang distribusinya, dan tidak semua wilayah memproduksi sehingga perlu ada pengiriman logistik dari wilayah lain. Tetapi secara nasional itu cukup. Jadi di distribusi, apa lagi hujan begini kan, banyak yang distribusi menjadi masalah," beber Taufik.
Baca Juga: Kunker ke Konawe, Mentan Amran Tinjau Infrastruktur Irigasi untuk Dorong Produktivitas Pertanian
Taufik juga menambahkan bahwa ada beberapa wilayah pertanian cabai yang terdampak banjir, meskipun jumlahnya tidak signifikan.
Ke depan, ia optimistis pasokan cabai akan kembali stabil dengan adanya panen dari berbagai daerah seperti Sumatera dan Sulawesi.
"Ada beberapa wilayah (yang panen), Sumatera, Sulawesi. Jadi, cabai itu akan setiap saat ada. Saya kira ya masalahnya di situ, logistiknya," tutup dia.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
 - 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
 - 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
 - 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
 - 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
 
Pilihan
- 
            
              Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
 - 
            
              Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
 - 
            
              Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
 - 
            
              Pemilik Tabungan 'Sultan' di Atas Rp5 Miliar Makin Gendut
 - 
            
              Media Inggris Sebut IKN Bakal Jadi Kota Hantu, Menkeu Purbaya: Tidak Perlu Takut!
 
Terkini
- 
            
              Kala Purbaya Ingin Rakyat Kaya
 - 
            
              Didesak Pensiun, Ini Daftar 20 PLTU Paling Berbahaya di Indonesia
 - 
            
              IHSG Berakhir Merosot Dipicu Aksi Jual Bersih Asing
 - 
            
              Riset: Penundaan Suntik Mati PLTU Justru Bahayakan 156 Ribu Jiwa dan Rugikan Negara Rp 1,822 T
 - 
            
              Rupiah Terkapar Lemah di Penutupan Hari Ini ke Level Rp 16.700 per USD
 - 
            
              Emiten Milik Sandiaga Uno SRTG Tekor Rp 2,43 Triliun di Kuartal III-2025
 - 
            
              Inflasi YoY Oktober 2,86 Persen, Mendagri: Masih Aman & Menyenangkan Produsen maupun Konsumen
 - 
            
              BSU Rp600 Ribu Cair November 2025? Cek Informasi Terbaru dan Syarat Penerima
 - 
            
              Jadi Piutang, WIKA Masih Tunggu Pembayaran Klaim Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung Rp 5,01 T
 - 
            
              Negara Tanggung Jawab Siap Lunasi Utang Kereta Cepat Jakarta Bandung Rp 119,35 Triliun