Suara.com - Dalam upaya mempercepat transformasi pertanian nasional dan mengurangi ketergantungan terhadap impor pangan, Wakil Menteri Pertanian Republik Indonesia, Sudaryono, melakukan kunjungan strategis ke salah satu institusi riset pertanian terbaik dunia, Wageningen University and Research (WUR) di Belanda.
Didampingi oleh Rektor IPB University, Prof. Arif Satria, serta jajaran dari Kementerian Pertanian dan Kementerian Kelautan dan Perikanan, kunjungan ini menjadi bagian dari misi besar pemerintah Indonesia untuk menjalin kolaborasi internasional di bidang riset dan teknologi pertanian.
"Kami berada di Wageningen University and Research, universitas terbaik dunia di bidang pertanian. Bersama Prof. Arif Satria dan tim, kami mencari solusi atas berbagai tantangan pangan dan pertanian di Indonesia," ujar Wamentan Sudaryono saat kunjungan berlangsung, Kamis (1/5/2025).
Wamentan Sudaryono menegaskan, bahwa kunjungan ini untuk mengeksplorasi dan mengadopsi teknologi pertanian mutakhir yang relevan bagi kondisi Indonesia. Tujuannya jelas, untuk meningkatkan produktivitas, mengurangi ketergantungan impor, dan meningkatkan kesejahteraan petani.
"Kita mencari solusi teknologi terbaik, mana yang bisa kita adopsi dan mana yang bisa kita kerjakan. Semata-mata untuk meningkatkan kesejahteraan petani kita dan meningkatkan produktivitas Pertanian nasional supaya kita tidak impor, dan saatnya kita harus perbanyak ekspor," ungkapnya.
"Sehingga kita bisa segera mewujudkan swasembada pangan dan menjadi negara yang betul-betul berdaulat dalam bidang pangan," tambah Wamentan Sudaryono menegaskan.
Dalam dialog bersama para peneliti WUR, Wamentan Sudaryono atau yang akrab disapa Mas Dar ini juga menyoroti isu krusial terkait produktivitas kedelai, komoditas penting yang masih bergantung pada impor dalam jumlah besar untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri.
"Indonesia tidak bisa terus bergantung pada kedelai impor. Kita butuh terobosan teknologi agar petani mampu memproduksi kedelai secara lebih efisien dan berdaya saing," tegas Wamentan Sudaryono.
Dalam pertemuan tersebut, dibahas berbagai potensi kerja sama seperti pengembangan varietas kedelai unggul yang adaptif terhadap iklim tropis, Pemanfaatan sistem pertanian presisi (precision farming) berbasis data dan kecerdasan buatan, model pertanian berkelanjutan untuk meningkatkan efisiensi input dan hasil panen, serta pertukaran peneliti dan pelatihan teknis bagi petani serta akademisi Indonesia.
Baca Juga: Presiden Prabowo Apresiasi Kinerja Bulog Saat Panen Raya, Gubernur Dedi Mulyadi: Ini Sejarah
"Kolaborasi ini bukan hanya soal teknologi, tapi juga soal memperkuat sistem riset, inovasi, dan pendidikan pertanian di tanah air," ujarnya
Wageningen University dikenal luas karena kepemimpinannya dalam bidang agroteknologi, bioteknologi, dan riset pertanian tropis. Indonesia berharap dapat memanfaatkan keunggulan tersebut untuk mempercepat pencapaian target swasembada pangan sekaligus membangun ekosistem pertanian modern yang berbasis sains dan teknologi.
Wamentan Sudaryono menegaskan, bahwa Kementerian Pertanian membuka diri untuk semua bentuk inovasi dan kemitraan yang bisa mendorong pertanian Indonesia menjadi mandiri, modern, dan mendunia.
Selain itu, pemerintah kini juga fokus ke peningkatan produktivitas komoditas pertanian lainnya setelah keberhasilan mencatatkan surplus beras dan serapan gabah yang tinggi oleh Perum Bulog. Langkah ini merupakan bagian dari strategi memperkuat ketahanan pangan nasional, khususnya untuk komoditas pangan strategis seperti kedelai yang masih bergantung pada impor.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), produksi gabah nasional hingga April 2025 mencapai 13,95 juta ton, dengan surplus beras sekitar 2,8 hingga 3 juta ton dibandingkan konsumsi domestik yang hanya 10,37 juta ton.
Perum Bulog sendiri telah menyerap lebih dari 1,8 juta ton setara beras hingga hari ini, tertinggi dalam 5-10 tahun terakhir dengan rata-rata paling tinggi 1,2 juta ton. Kebijakan Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah sebesar Rp6.500 per kg dan penghapusan rafaksi menjadi kunci lonjakan serapan ini.
Berita Terkait
-
Serapan Beras Bulog Bulan April Capai 1,3 Juta Ton: Kalahkan Serapan Tahunan 7 Tahun Terakhir
-
Serapan Bulog Jatim Tembus 300 Ribu Ton Setara Beras
-
Perkuat Ketahanan Pangan Nasional, Perum Bulog Siap Dukung Koperasi Merah Putih
-
Perum Bulog Terima Kunjungan Menteri Pertanian dan Keterjaminan Makanan Malaysia
-
Mentan Langsung Sidak Bulog dan PIHC, Begitu Tiba dari Yordania
Terpopuler
Pilihan
-
Bank Sumsel Babel Dorong CSR Berkelanjutan lewat Pemberdayaan UMKM di Sembawa Color Run 2025
-
UMP Sumsel 2026 Hampir Rp 4 Juta, Pasar Tenaga Kerja Masuk Fase Penyesuaian
-
Cerita Pahit John Herdman Pelatih Timnas Indonesia, Dikeroyok Selama 1 Jam hingga Nyaris Mati
-
4 HP Murah Rp 1 Jutaan Memori Besar untuk Penggunaan Jangka Panjang
-
Produsen Tanggapi Isu Kenaikan Harga Smartphone di 2026
Terkini
-
Babak Baru Industri Kripto, DPR Ungkap Revisi UU P2SK Tegaskan Kewenangan OJK
-
Punya Kekayaan Rp76 M, Ini Pekerjaan Ade Kuswara Sebelum Jabat Bupati Bekasi
-
DPR Sebut Revisi UU P2SK Bisa Lindungi Nasabah Kripto
-
Hotel Amankila Bali Mendadak Viral Usai Diduga Muncul di Epstein Files
-
Ekspansi Agresif PIK2, Ada 'Aksi Strategis' saat PANI Caplok Saham CBDK
-
Tak Ada Jeda Waktu, Pembatasan Truk di Tol Berlaku Non-stop Hingga 4 Januari
-
Akses Terputus, Ribuan Liter BBM Tiba di Takengon Aceh Lewat Udara dan Darat
-
Kepemilikan NPWP Jadi Syarat Mutlak Koperasi Jika Ingin Naik Kelas
-
Kemenkeu Salurkan Rp 268 Miliar ke Korban Bencana Sumatra
-
APVI Ingatkan Risiko Ekonomi dan Produk Ilegal dari Kebijakan Kawasan Tanpa Rokok