Suara.com - PT Bank SMBC Indonesia Tbk (SMBC Indonesia) menjaga pertumbuhan bisnis sepanjang Semester I-2025 di tengah ketidakpastian ekonomi global. Laba bersih setelah pajak (konsolidasi) selama Januari-Juni 2025 sebesar Rp1 triliun, lebih rendah 19% yoy.
Terutama disebabkan oleh lebih tingginya biaya kredit. Kenaikan biaya operasional sebesar 9% yoy, ditutup oleh kenaikan pendapatan operasional sebesar 11% yoy.
Untuk itu, Direktur Utama PT Bank SMBC Indonesia Tbk Henoch Munandar mengatakan, SMBC Indonesia terus menjaga ketahanan bisnisnya di tengah tantangan pasar yang dinamis dalam beberapa waktu terakhir, baik di dalam maupun luar negeri.
“Pencapaian pada Semester I-2025 memberikan motivasi lebih bagi kami untuk menjalani paruh kedua tahun ini dengan terus fokus pada kualitas kinerja operasional yang konsisten, pengelolaan risiko yang bijak, dan integrasi bisnis yang efektif. Dengan begitu, kami bisa terus menciptakan pertumbuhan yang lebih bermakna bagi setiap segmen nasabah dan masyarakat luas," katanya dalam siaran pers yang diterima di Jakarta, Rabu (30/7/2025).
Namun, perusahaan juga mencatat kinerja positif tersebut di antaranya tercermin dari peningkatan pendapatan operasional dan penyaluran kredit baik segmen retail maupun korporat.
Berdasarkan laporan ini, SMBC Indonesia meraih pendapatan operasional sebesar Rp9,1 triliun, naik 11% secara year-on-year (yoy).
Pendapatan bunga bersih juga naik sebesar 15% yoy menjadi Rp8 triliun berkat kontribusi positif dari kredit, penempatan aset likuid, dan pendapatan bunga bersih Grup OTO.
"Catatan ini membuktikan resiliensi SMBC Indonesia di tengah kondisi suku bunga yang masih tinggi selama periode tersebut,"katanya.
Peningkatan pendapatan bunga bersih secara konsolidasi sejalan dengan margin bunga bersih (net interest margin/NIM) yang naik ke level 7,1% per Juni 2025 dengan disertakannya kontribusi dari Grup OTO pasca akusisi, dari 6,4% pada Juni 2024.
Baca Juga: IIF dan SMBC Indonesia Teken Kerjasama Transaksi Valas Senilai 15 Juta Dolar AS
SMBC Indonesia senantiasa berupaya untuk menjaga NIM di tengah persaingan bunga atas kredit yang diberikan, cost of fund serta volatilitas pasar.
Perusahaan juga berhasil menyalurkan kredit sebesar Rp185,04 triliun, atau naik 5% yoy. Pendorong terbesar berasal dari kredit retail yang tumbuh 25% yoy yang dikontribusikan oleh Joint Finance sebesar 156% yoy, Jenius (di luar Digital Micro) sebesar 15% yoy, Mikro sebesar 21% yoy, dan Grup OTO 7% yoy.
Kredit korporasi dan komersial mengalami kenaikan 4% yoy, sementara kredit usaha kecil dan menengah (UKM) turun sebesar 2% yoy.
SMBC Indonesia mencatat kenaikan biaya kredit sebesar 52% yoy menjadi Rp2,6 triliun. Kenaikan ini terutama disebabkan oleh diperlukannya pencadangan di segmen korporasi dan joint finance.
SMBC Indonesia senantiasa berkomitmen untuk tetap menjalankan manajemen risiko kredit yang prudent dan proaktif di tengah ekspansi kredit, termasuk penyediaan cadangan yang memadai untuk menjaga kualitas aset secara berkelanjutan.
Lalu, total dana pihak ketiga lebih rendah 8% yoy menjadi Rp109,8 triliun. Catatan ini akibat penurunan saldo rekening giro dan rekening tabungan (current account & saving account/CASA) sebesar 9% yoy menjadi Rp43,7 triliun dan penurunan deposito berjangka sebesar 7% yoy menjadi Rp66,1 triliun.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Mobil Bekas Punya Sunroof Mulai 30 Jutaan, Gaya Sultan Budget Kos-kosan
- 3 Pilihan Cruiser Ganteng ala Harley-Davidson: Lebih Murah dari Yamaha NMAX, Cocok untuk Pemula
- 5 HP Murah Terbaik dengan Baterai 7000 mAh, Buat Streaming dan Multitasking
- 4 Mobil Bekas 7 Seater Harga 70 Jutaan, Tangguh dan Nyaman untuk Jalan Jauh
- 5 Rekomendasi Mobil Keluarga Bekas Tahan Banjir, Mesin Gagah Bertenaga
Pilihan
-
7 Mobil Sedan Bekas Mulai 15 Jutaan, Performa Legenda untuk Harian
-
Nova Arianto Ungkap Biang Kerok Kekalahan Timnas Indonesia U-17 dari Zambia
-
Tragedi Pilu dari Kendal: Ibu Meninggal, Dua Gadis Bertahan Hidup dalam Kelaparan
-
Menko Airlangga Ungkap Rekor Kenaikan Harga Emas Dunia Karena Ulah Freeport
-
Emas Hari Ini Anjlok! Harganya Turun Drastis di Pegadaian, Antam Masih Kosong
Terkini
-
IHSG Masih Anjlok di Awal Sesi Rabu, Diproyeksi Bergerak Turun
-
Sowan ke Menkeu Purbaya, Asosiasi Garmen dan Tekstil Curhat Importir Ilegal hingga Thrifting
-
Emas Antam Merosot Tajam Rp 26.000, Harganya Jadi Rp 2.260.000 per Gram
-
BI Pastikan Harga Bahan Pokok Tetap Terjaga di Akhir Tahun
-
Hana Bank Ramal Dinamika Ekonomi Dunia Masih Panas di 2026
-
Trend Asia Kritisi Proyek Waste to Energy: Ingatkan Potensi Dampak Lingkungan!
-
Kenapa Proyek Jalan Trans Halmahera Disebut Hanya Untungkan Korporasi Tambang?
-
Bertemu Wapres Gibran, Komite Otsus Papua Minta Tambahan Anggaran Hingga Dana BLT Langsung ke Rakyat
-
Sambut Bryan Adams Live in Jakarta 2026, BRI Sediakan Tiket Eksklusif Lewat BRImo
-
Kuartal Panas Crypto 2025: Lonjakan Volume, Arus Institusional dan Minat Baru Investor