Suara.com - Bank Indonesia (BI) mengisyaratkan masih terbukanya ruang untuk kembali memangkas suku bunga acuan (BI rate), setelah menurunkannya sebanyak empat kali sepanjang tahun ini.
Langkah ini dipertimbangkan sebagai upaya strategis untuk mengakselerasi pertumbuhan ekonomi nasional.
Sebagai konteks, BI telah melakukan pelonggaran moneter secara bertahap sejak September 2024, dengan empat kali penurunan suku bunga acuan masing-masing sebesar 25 basis poin (bps) pada Januari, Mei, Juli, dan Agustus 2025.
Direktur Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI, Juli Budi Winantya, menegaskan bahwa bank sentral terus mengkaji potensi pelonggaran moneter lebih lanjut.
"Terkait dengan BI rate, kita terus mencermati ruang penurunan BI rate lebih lanjut untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lebih tinggi," kata Juli di Yogyakarta, Jumat (22/8/2025).
Dua Syarat Utama Penurunan Suku Bunga
Juli membeberkan, ada dua pertimbangan krusial yang akan menjadi landasan bagi bank sentral sebelum mengambil keputusan untuk kembali menurunkan BI rate.
Pertimbangan pertama, yakni inflasi terkendali; Tingkat inflasi harus dipastikan tetap berada dalam rentang target yang telah diprakirakan.
Kemudian stabilitas rupiah; nilai tukar rupiah terhadap mata uang asing harus terjaga stabilitasnya.
Baca Juga: Modal Asing Kabur Rp52,99 Triliun, Rupiah Anjlok Tembus Level Psikologis Rp16.300
"Tentunya juga untuk mendorong ekonominya tumbuh lebih tinggi lagi tanpa menimbulkan gangguan terhadap inflasi. Jadi kapasitas perekonomiannya ini masih bisa didorong lebih tinggi lagi," bebernya.
Analisis Prospek Ekspor Indonesia
Sementara di sisi lain, Bank Indonesia juga menilai prospek ekspor nasional masih sangat menjanjikan, meskipun bayang-bayang ketidakpastian tarif perdagangan global masih ada.
Menurut Juli, optimisme ini didasari oleh posisi tarif Indonesia dan negara-negara mitra dagang utamanya yang relatif lebih rendah jika dibandingkan dengan negara lain.
"Kaitannya dengan tarif ketidapastian masih ada dalam jangka pendek bahwa yang disampaikan terkait Indonesia tarifnya lebih rendah, mitra dagang kita tarifnya juga rendah, Eropa juga lebih rendah, kita yakini ekspornya akan tetap baik,” bebernya.
Meskipun demikian, ia menambahkan bahwa masih terdapat risiko tambahan yang perlu diwaspadai, yaitu potensi penerapan tarif transhipment yang dapat memengaruhi arus perdagangan.
Tag
Berita Terkait
Terpopuler
- Breaking News! PSSI Resmi Umumkan Pelatih Timnas Indonesia
- 5 HP Murah RAM 8 GB Memori 256 GB untuk Mahasiswa, Cuma Rp1 Jutaan
- Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
- 5 Sunscreen Terbaik Mengandung Kolagen untuk Usia 50 Tahun ke Atas
- 8 Lipstik yang Bikin Wajah Cerah untuk Ibu Rumah Tangga Produktif
Pilihan
-
Vinfast Limo Green Sudah Bisa Dipesan di GJAW 2025, Ini Harganya
-
Timnas Indonesia: U-17 Dilatih Timur Kapadze, Nova Arianto Tukangi U-20, Bojan Hodak Pegang Senior?
-
Harga Minyak Dunia Melemah, di Tengah Upaya Trump Tekan Ukraina Terima Damai dengan Rusia
-
Indonesia jadi Raja Sasaran Penipuan Lowongan Kerja di Asia Pasifik
-
Kisah Kematian Dosen Untag yang Penuh Misteri: Hubungan Gelap dengan Polisi Jadi Sorotan
Terkini
-
Amartha Salurkan Modal Rp30 Triliun ke 3 Juta UMKM di Pelosok
-
Indonesia akan Ekspor Sarung Tangan Medis dengan Potensi Investasi Rp 200 Miliar
-
Permudah Kebutuhan Transaksi Warga, AgenBRILink di Riau Ini Hadirkan Layanan Jemput Bola
-
Dominasi Transaksi Digital, Bank Mandiri Dinobatkan sebagai Indonesias Best Transaction Bank 2025
-
Rahasia George Santos Serap 10.000 Lapangan Kerja Hingga Diganjar Anugerah Penggerak Nusantara
-
Jelang Akhir Tahun Realisasi Penyaluran KUR Tembus Rp240 Triliun
-
Jabar Incar PDRB Rp4.000 Triliun dan Pertumbuhan Ekonomi 8 Persen
-
BRI Insurance Bidik Potensi Pasar yang Belum Tersentuh Asuransi
-
Cara SIG Lindungi Infrastruktur Vital Perusahaan dari Serangan Hacker
-
Dukung Implementasi SEOJK No. 7/SEOJK.05/2025, AdMedika Perkuat Peran Dewan Penasihat Medis