- Data transaksi aset kripto terbaru per Oktober 2025 mencatat pertumbuhan tahunan (Year-on-Year/yoy) hanya mencapai 1,73 persen.
- Angka pertumbuhan single-digit yang minim ini memicu kekhawatiran dan pertanyaan besar di kalangan pelaku pasar.
- CEO Triv, Gabriel Rey menduga stagnasi ini bukanlah tanda matinya minat investor, melainkan adanya perpindahan dana besar-besaran dari pasar kripto spot ke pasar kontrak berjangka.
Suara.com - Industri aset kripto Indonesia menunjukkan sinyal perlambatan yang tajam. Data transaksi terbaru per Oktober 2025 mencatat pertumbuhan tahunan (Year-on-Year/yoy) hanya mencapai 1,73 persen. Angka pertumbuhan single-digit yang minim ini memicu kekhawatiran dan pertanyaan besar di kalangan pelaku pasar.
Namun, di tengah keraguan tersebut, CEO Triv, Gabriel Rey, menawarkan perspektif yang berbeda. Ia menduga stagnasi ini bukanlah tanda matinya minat investor, melainkan adanya perpindahan dana besar-besaran dari pasar kripto spot (transaksi fisik) ke pasar kontrak berjangka (futures).
“Mungkin ada beberapa nasabah yang memilih memindahkan trading volume-nya dari spot ke futures,” ucap Rey di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Rey, yang memimpin Triv sebuah bursa aset kripto lokal terdaftar Bappebti—menegaskan bahwa secara keseluruhan, aktivitas transaksi di platformnya tidak menunjukkan penurunan serius. Kritik keras lantas diarahkan pada metodologi pengumpulan data.
Ia menduga, angka pertumbuhan yang sangat rendah tersebut terjadi karena Otoritas Jasa Keuangan (OJK) masih terlalu fokus pada transaksi spot (jual beli fisik aset), sementara pasar futures sedang booming.
"Harusnya data yang dilihat bukan cuma spot, karena Triv sendiri juga sudah ada futures, jadi harusnya data yang dikalkulasikan oleh media adalah spot dan futures," kritiknya.
Triv, yang memungkinkan pengguna memperdagangkan aset seperti Bitcoin dan Ethereum, menawarkan layanan lengkap termasuk spot, staking, dan futures (berjangka). Pernyataan Rey mengisyaratkan bahwa dengan memasukkan volume transaksi futures, angka pertumbuhan industri aset kripto di Indonesia kemungkinan besar akan jauh lebih tinggi dari 1,73 persen.
Berita Terkait
Terpopuler
- 5 Motor Matic Paling Nyaman & Kuat Nanjak untuk Liburan Naik Gunung Berboncengan
- 4 Rekomendasi Cushion dengan Hasil Akhir Dewy, Diperkaya Skincare Infused
- 5 HP RAM 8 GB Memori 256 GB Harga Rp1 Jutaan, Terbaik untuk Pelajar dan Pekerja
- Diminta Selawat di Depan Jamaah Majelis Rasulullah, Ruben Onsu: Kaki Saya Gemetar
- Daftar Promo Alfamart Akhir Tahun 2025, Banyak yang Beli 2 Gratis 1
Pilihan
-
Cerita 1.000 UMKM Banyuasin: Dapat Modal, Kini Usaha Naik Kelas Berkat Bank Sumsel Babel
-
Seni Perang Unai Emery: Mengupas Transformasi Radikal Aston Villa
-
Senjakala di Molineux: Nestapa Wolves yang Menulis Ulang Rekor Terburuk Liga Inggris
-
Live Sore Ini! Sriwijaya FC vs PSMS Medan di Jakabaring
-
Strategi Ngawur atau Pasar yang Lesu? Mengurai Misteri Rp2.509 Triliun Kredit Nganggur
Terkini
-
Pemerintah Akui Harga Cabai Rawit Masih Tinggi di Nataru, Tembus Rp 60.000 per Kg
-
Pengisian Baterai Kendaraan Listrik Meningkat Hampir Tiga Kali Lipat pada Nataru 2025/2026
-
Insentif Kendaraan Listrik Dihentikan, Untung atau Buntung?
-
Ingin Kuliah Singkat dan Siap Berkarier? Simak Cara Bergabung di Universitas Nusa Mandiri 2026
-
Cek Jembatan Kembar Margayasa Pascabencana, Kementerian PU Bakal Perkuat Tebing Batang Anai
-
Kemenkeu Ungkap Setoran Pajak Digital Tembus Rp 44,55 Triliun per November 2025
-
Bali Katanya Sepi, Tapi Kemenhub Ungkap Jumlah Penumpang Naik
-
Purbaya Resmi Tarik Pajak dari Pelanggan ChatGPT RI
-
Nadi Logistik Pulih! Jalur Khusus Bireuen Aceh Utara Kembali Terhubung, Ekonomi Lintas Timur Bangkit
-
Update Harga Pangan 29 Desember: Bawang, Cabai, Hingga Beras Kompak Turun