- Bank Dunia prediksi defisit APBN 2027 melebar ke 2,9%, nyaris batas legal 3% dari PDB.
- Rasio utang pemerintah diproyeksi terus naik hingga menyentuh 41,5% terhadap PDB pada 2027.
- Dividen BUMN pindah ke Danantara & harga komoditas turun jadi biang kerok defisit menganga.
Suara.com - Sinyal waspada dikirimkan Bank Dunia (World Bank) kepada Pemerintah Indonesia, khususnya Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa.
Dalam laporan teranyarnya, lembaga donor internasional tersebut memperingatkan adanya potensi defisit Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) yang terus menganga secara bertahap hingga tahun 2027.
Laporan Indonesia Economic Prospects (IEP) edisi Desember 2025 memproyeksikan defisit fiskal Indonesia akan melebar hingga menyentuh angka 2,9% pada 2027. Angka ini hanya selisih tipis dari ambang batas aman yang ditetapkan Undang-Undang Keuangan Negara, yakni sebesar 3%.
Bank Dunia mencatat pelebaran defisit ini bukan tanpa alasan. Setidaknya ada tiga faktor krusial yang menekan postur APBN seperti rasio penerimaan negara terus berkurang akibat penurunan harga komoditas global, percepatan pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi) turut menggerus penerimaan neto dan hilangnya setoran dividen BUMN dari kas negara karena kini dialihkan ke Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara.
“Defisit fiskal melebar seiring melemahnya penerimaan negara akibat kendala struktural. Diperlukan strategi penerimaan negara yang lebih berani dan proaktif,” tulis Bank Dunia dalam dokumen tersebut, Kamis (18/12/2025).
Konsekuensi dari pendapatan yang seret adalah ketergantungan pada pembiayaan atau utang.
Bank Dunia memperkirakan rasio utang pemerintah terhadap PDB akan terus merangkak naik sebagai berikut:
- 2024: 39,8%
- 2025: 40,5%
- 2026: 41,1%
- 2027: Diproyeksikan menyentuh 41,5%.
Kenaikan rasio utang ini menjadi alarm bagi keberlanjutan fiskal jangka panjang jika pemerintah tidak segera melakukan mobilisasi penerimaan negara secara masif dan mendesak.
Meski dihantui risiko defisit, Bank Dunia masih optimis dengan ketahanan ekonomi Indonesia. Pertumbuhan ekonomi pada 2025 dan 2026 diperkirakan tetap stabil di angka 5,0%. Kabar baiknya, pada tahun 2027, pertumbuhan diproyeksikan sedikit meningkat menjadi 5,2%.
Baca Juga: Investor ADRO Dapat Jatah Dividen Rp 4 Triliun, Kapan Mulai Cair?
Namun, optimisme ini dibarengi catatan keras: pemerintah harus melakukan "mobilisasi penerimaan negara yang lebih kuat" untuk mengimbangi beban utang dan risiko kekurangan penerimaan di masa depan.
Berita Terkait
Terpopuler
- JK Kritik Keras Hilirisasi Nikel: Keuntungan Dibawa Keluar, Lingkungan Rusak!
- Nikmati Belanja Hemat F&B dan Home Living, Potongan Harga s/d Rp1,3 Juta Rayakan HUT ke-130 BRI
- 5 Mobil Diesel Bekas di Bawah 100 Juta, Mobil Badak yang Siap Diajak Liburan Akhir Tahun 2025
- 9 Mobil Bekas dengan Rem Paling Pakem untuk Keamanan Pengguna Harian
- Sambut HUT ke-130 BRI: Nikmati Promo Hemat Hingga Rp1,3 Juta untuk Upgrade Gaya dan Hobi Cerdas Anda
Pilihan
-
Bank Dunia Ingatkan Menkeu Purbaya: Defisit 2027 Nyaris Sentuh Batas Bahaya 3%
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
Satu Calon Pelatih Timnas Indonesia Tak Hadiri Proses Wawancara PSSI, Siapa?
-
5 HP Tahan Air Paling Murah untuk Keamanan Maksimal bagi Pencinta Traveling
-
Rupiah Dijamin Stabil di Akhir Tahun, Ini Obat Kuatnya
Terkini
-
Investor ADRO Dapat Jatah Dividen Rp 4 Triliun, Kapan Mulai Cair?
-
Apa Itu e-Kinerja BKN? Ini Cara Akses dan Fungsinya dalam Pembuatan SKP
-
Panduan Daftar NPWP Online 2025 Lewat Coretax
-
Trump Berulah! AS Blokade Tanker Venezuela, Harga Minyak Mentah Meroket Tajam
-
BRI Tebar Dividen Interim Rp137 per Saham, Cek Jadwal Terbaru Pasca Update
-
Harga Pangan 18 Desember: Beras, Bawang, Cabai, Daging Ayam dan Migor Turun
-
Kelangsungan Usaha Tidak Jelas, Saham Toba Pulp Lestari (INRU) Digembok BEI Usai Titah Prabowo
-
BI: Ekonomi Indonesia Bisa Tertekan Imbas Bencana Aceh-Sumatra
-
Rupiah Terus Tertekan, Dolar Amerika Melejit ke Level Rp16.700
-
Produsen CPO Genjot Produksi di Tengah Tingginya Konsumsi Domestik