Suara.com - Striker pribumi mulai tergerus, tak ada top skor terus menerus. Kalimat ini sama sekali tidak berlebihan, lantaran memang seperti inilah situasi yang terjadi di Liga Indonesia selama hampir satu dekade.
Tak ada lagi striker lokal yang mampu pamerkan taring dengan menjadi pencetak gol terbanyak di kompetisi negerinya sendiri sejak Boaz Solossa pada 2013 silam.
Boaz menjadi pemain pribumi terakhir yang mampu menjadi top skor Liga Indonesia (ISL) pada musim 2013 dengan 25 gol. Setelah itu, penyerang asing mulai mengambil alih singgasana.
Mulai dari Emmanuel Kenmogne (Persebaya Surabaya) top skor ISL 2014, Alberto Goncalves yang kini WNI (Sriwijaya FC) di ISC A 2016, Sylvano Comvalius (Bali United) di Liga 1 2017, Aleksandar Rakic (PS Tira) di Liga 1 2018, dan terakhir Marko Simic (Persija Jakarta) di Liga 1 2019.
Kompetisi 2020 dihentikan karena COVID-19 dan disambung dengan Liga 1 2021/2022. Namun, hingga pekan ke-26, gelar top skor tampaknya kembali tak dapat diraih pemain pribumi.
Bahkan, tidak ada pemain pribumi dalam daftar 10 besar. Di urutan ke-13 dan selanjutnya baru ada pemain asli, Samsul Arif (Persebaya Surabaya), Dimas Drajad (Perikabo), dan Irfan Jaya (Bali United), yang sama-sama mengemas tiga gol.
Bersyukur ada pemain Indonesia, Ilija Spasojevic, di posisi puncak dengan torehan sementara 18 gol. Dia memang striker Indonesia, tetapi bukan pribumi karena pemain asal Montenegro itu hasil dari naturalisasi.
Daftar top skor sementara Liga 1 2021/2022, Rabu (23/2/2022):
Striker Lokal Bisa Semakin Tergerus
Baca Juga: Daftar 7 Pemain Top Skor Liga Champions Musim 2021-2022, Ada Idolamu?
Ada banyak faktor mengapa striker lokal tak bertaji. Salah satunya karena klub kerap memilih juru gedor asing, sehingga pemain-pemain lokal yang muaranya untuk Timnas Indonesia akhirnya tersisih.
Namun, perlu diingat bahwa pemain asing bukan baru ada selama beberapa tahun terakhir. Sejak 1980-an hingga ada aturan resmi di Liga Indonesia (Ligina) 1994, pemain asing sudah ada di kompetisi di Tanah Air.
Ditarik lebih dekat di era ISL (Indonesia Super League) yang pertama kali dihelat pada 2008, pemain juru gedor lokal masih menunjukkan perlawan dan adu kualitas dengan bomber asing.
Hingga sebelum adanya dualisme kompetisi, Boaz Solossa mampu bersaing dengan dua kali menyabet gelar top skor. Kemudian pada ISL 2013, ia kembali memenangkan penghargaan gol terbanyak itu.
Ini menjadi bukti bahwa masa itu, Indonesia masih memiliki striker yang mampu bersaing di kompetisinya sendiri. Sehingga, seharusnya striker pribumi saat ini, setidak memiliki ambisi yang sama untuk tidak 'mengalah' begitu saja.
Efek Negatif untuk Timnas Indonesia
Minimnya menit bermain dan gagalnya bersaing gol di Liga 1 membuat tim nasional turut terkena dampaknya. Piala AFF 2020 menjadi bukti. Ada empat striker, tetapi bukan pilihan utama di klub.
Dedik Setiawan dan Kushedya Hari Yudo kalah saing dengan Carlos Fortes di Arema FC. Hanis Saghara menjadi pelatis Ciro Alves. Bahkan, Ezra Walian yang berstatus pemain naturalisasi juga minim menit bermain di Persib Bandung.
Alhasil, keempat pemain itu tidak bisa berkontribusi maksimal untuk Timnas Indonesia. Hanya Ezra Walian yang mampu mencetak dua gol, sementara ketiga nama lainnya nihil.
Majalnya keempat pemain itu bukan karena tidak berkualitas, tetapi memang jarang terlatih di kompetisi. Perlu diingat, pisau tajam pun bisa tumpul jika tak diasah dan jarang dipakai.
Apa solusinya?
Permasalahan ini tidak bisa diselesaikan sepihak. Ada banyak faktor eksternal yang mempengaruhi. Namun, ada dua hal yang pasti, yakni di PSSI dan pemain sendiri.
PSSI selaku induk sepak bola Indonesia harus menyediakan banyak kompetisi usai muda dan berjenjang. Karena dari situ, bibit-bibit pemain besar itu akan muncul.
PSSI harus menyiapkan kompetisi yang jelas setiap tahunnya. Piala Soeratin, Liga 1 U-18, hingga Liga 1 U-20, wajib diorganisasi lebih baik alias jangan asal jalan, sehingga jenjangnya terlihat.
Pemain bisa menikmati kompetisi lebih panjang agar kemampuan terasah. Jika hanya format grup atau gugur, pemain tidak akan mendapatkan kesempatan lebih untuk berkembang. Setelah kalah satu sampai tiga laga, mereka akhirnya pulang karena gugur.
Jika PSSI mampu menyediakan kompetisi yang banyak untuk mengembangkan kemampuan, giliran sang pemain menunjukkan tekadnya. Berlatih dengan tekun dan tak gentar bersaing dengan pemain asing ketika sudah menjadi profesional.
Semoga segera muncul striker pribumi yang ganas di Liga Indonesia. Tidak hanya gembar-gembor ketika usia muda, tetapi juga konsisten menunjukkan kemampuan terbaiknya hingga usia emas. Bangkitlah cakar-cakar Garuda!
Berita Terkait
-
Persib vs Persebaya Tertunda Gegara GBLA Banjir: Stadion Rp545 M, Pernah Jadi Kolam Ikan
-
Cristiano Ronaldo Berjarak Satu Gol untuk Pecahkan Rekor Gila Kualifikasi Piala Dunia
-
Jor-Joran di Bursa Transfer, Orientasi Persib Bandung Seharusnya Bukan Lagi Liga Domestik
-
Pemainnya Dipanggil Timnas Indonesia, Pelatih Persija Berikan Dukungan
-
Kondisi Belum Stabil, 3 Agenda Sepak Bola Dalam Negeri Kini Dalam Ancaman! Sudah Tahu?
Terpopuler
- Dana Operasional Gubernur Jabar Rp28,8 Miliar Jadi Sorotan
- Viral Video 7 Menit Ahmad Sahroni dan Nafa Urbach, Praktisi Hukum Minta Publik Berhati-hati
- Prabowo Dikabarkan Kirim Surat ke DPR untuk Ganti Kapolri Listyo Sigit
- Prabowo Incar Budi Gunawan Sejak Lama? Analis Ungkap Manuver Politik di Balik Reshuffle Kabinet
- Tutorial Bikin Foto di Lift Jadi Realistis Pakai Gemini AI yang Viral, Prompt Siap Pakai
Pilihan
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Adu Kekayaan Komjen Suyudi Ario Seto dan Komjen Dedi Prasetyo, 2 Calon Kapolri Baru Pilihan Prabowo
-
5 Transfer Pemain yang Tak Pernah Diduga Tapi Terjadi di Indonesia
-
Foto AI Tak Senonoh Punggawa Timnas Indonesia Bikin Gerah: Fans Kreatif Atau Pelecehan Digital?
-
Derby Manchester Dalam 3 Menit: Sejarah, Drama, dan Persaingan Abadi di Premier League
Terkini
-
5 Pemain yang Pernah Membela Juventus dan Inter: Dari Si Kuda Ilahi hingga Sang Singa
-
Sandy Walsh Ngaku Ingin Tinggal di Surabaya, Gabung Persebaya?
-
Siapa Wasit Manchester City vs Manchester United? Jejak Kontroversi Taylor dan Brooks
-
Link Live Streaming Timnas Indonesia U-17 vs Makedonia Utara
-
Siapa Wasit Juventus vs Inter Milan? Si Pembawa Hoki La Beneamata
-
Mengenal Makedonia Utara Calon Lawan Timnas Indonesia U-17: Rekam Jejak dan Gaya Main
-
Ketika Politik dan Ekonomi Turut Membakar Rivalitas Juventus vs Inter Milan
-
Prediksi Susunan Pemain Juventus vs Inter Milan: Striker Baru Siap Unjuk Gigi
-
Santer Jadi Incaran, 2 Pemain Keturunan Ini Batal Diproses Naturalisasi dalam Waktu Dekat
-
Prediksi Susunan Pemain Inter Milan vs Juventus: Nerazzurri Underdog di Turin?