Suara.com - Eks Timnas Belanda dan Ajax Amsterdam berdarah Indonesia, Simon Tahamata, diam-diam menyimpan kekecewaan besar terhadap Negeri Kincir Angin.
Meski mendapat popularitas setelah membela klub raksasa Ajax dan Timnas Belanda, sosok yang digadang-gadang menjadi Direktur Teknik PSSI itu memiliki kenangan pahit dengan Belanda.
Ya, sebagai orang Maluku asli yang lahir dari kedua orang tua Indonesia, Simon melihat bagaimana komunitasnya kesulitan di "negeri orang".
Menyitat media Belanda, Vanderleymedia, sebanyak 12.500 warga Maluku Selatan kabur ke Belanda pada 1951.
Mereka meninggalkan Indonesia buntut dari konflik yang terjadi setelah memproklamirkan negara Republik Maluku Selatan (RMS) di Ambon pada 1950.
Dua dari 12.500 orang Maluku yang mengungsi ke Belanda diketahui merupakan orang tua dari Simon Tahamata.
Ayahnya diketahui merupakan tentara KNIL alias angkatan bersenjata Hindia Belanda di masa penjajahan.
Simon sendiri pada akhirnya lahir di Vught, Belanda pada 26 Mei 1956. Dia dan keluarganya sempat tak memiliki paspor alias warga tak bernegara, sebelum karier sepak bola membuatnya mendapat kewarganegaraan Belanda pada 1976.
Sebelum dan sesudah menjadi warga negara Belanda, Simon menyaksikan bagaimana orang-orang Maluku yang tinggal di Negeri Kincir Angin, sejatinya sempat punya konflik dengan Belanda.
Baca Juga: Ole Romeny Masih Puasa Gol, Erick Thohir: Dia Dibutuhkan Patrick Kluivert
"Setelah menduduki kedutaan besar Indonesia di Wassenaar pada tahun 1970 (satu orang tewas), sekelompok pemuda Maluku dari wilayah utara negara itu membajak sebuah kereta api dua kali," tulis Vanderleymedia.
"Pada tahun 1975, tiga orang tewas di dekat Wijster. Pada tahun 1977, dua sandera dan enam pembajak tewas di dekat De Punt setelah tentara menyerbunya."
"Penyanderaan sekelompok anak sekolah di Bovensmilde berakhir tanpa pertumpahan darah. Kekerasan itu menyebabkan ketegangan sosial yang besar antara Belanda dan orang-orang Maluku."
Simon Tahamata mengaku paham bahwa tindakan yang dilakukan orang-orang Maluku tidak datang tanpa sebab, melainkan buah dari perlakuan tidak baik negara Belanda terhadap orang-orang Maluku.
"Itu semua ada hubungannya dengan cara pemerintah Belanda memperlakukan ayah kami," kata Tahamata.
Menurutnya, orang-orang Maluku di Belanda merasa kecewa karena saat jaman penjajahan Hindia Belanda, mereka membela Negeri Kincir Angin tetapi tidak diberikan perhatian saat masa-masa sulit.
Berita Terkait
Terpopuler
- 10 Rekomendasi Tablet Harga 1 Jutaan Dilengkapi SIM Card dan RAM Besar
- 5 Rekomendasi Motor Listrik Harga di Bawah Rp10 Juta, Hemat dan Ramah Lingkungan
- 20 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 4 Oktober 2025, Klaim Ballon d'Or dan 16.000 Gems
- Rhenald Kasali di Sidang ASDP: Beli Perusahaan Rugi Itu Lazim, Hakim Punya Pandangan Berbeda?
- Beda Pajak Tahunan Mitsubishi Destinator dan Innova Reborn, Lebih Ringan Mana?
Pilihan
-
Formasi Bocor! Begini Susunan Pemain Arab Saudi Lawan Timnas Indonesia
-
Getol Jualan Genteng Plastik, Pria Ini Masuk 10 Besar Orang Terkaya RI
-
BREAKING NEWS! Maverick Vinales Mundur dari MotoGP Indonesia, Ini Penyebabnya
-
Harga Emas Terus Meroket, Kini 50 Gram Dihargai Rp109 Juta
-
Bursa Saham 'Pestapora" di Awal Oktober: IHSG Naik, Transaksi Pecahkan Rekor
Terkini
-
Ribuan WNI Serbu Jeddah! Stadion Arab Saudi Bakal Dimerahkan Suporter Indonesia
-
Bentrok Persib di Jeddah! Frans Putros Tantang Empat Rekan Klub di Timnas Indonesia
-
Persaingan Panas 4 Kiper Timnas Indonesia Jelang Hadapi Arab Saudi, Intip Statistiknya
-
Erling Haaland Ungkap Rahasia Ketajaman Musim Ini. Sosok Ini Jadi Penyemangat
-
Cieeee... Nadeo Argawinata Bikin Patrick Kluivert Senyam-senyum
-
Timnas Indonesia Diremehkan, Diprediksi Jadi Juru Kunci di Bawah Arab Saudi dan Irak
-
Ole Romeny Dapat Pelajaran Berharga Gara-gara Cedera di Piala Presiden 2025
-
Hadapi Timnas Indonesia, Penyerang Arab Saudi: Dengan Izin Allah Kami akan Raih Poin Penuh
-
Ahmed Al-Ali, Wasit Arab Saudi vs Timnas Indonesia Juga Punya 'Pahala', Patrick Kluivert Tenang Yah
-
Momok Timnas Indonesia Tidak Cedera Parah, Siap Tempur di Kualifikasi Piala Dunia 2026