Suara.com - Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo meminta suporter Garuda jangan aneh-aneh setelah FIFA menjatuhi Indonesia sanksi.
Adapun sanksi yang tersebut adalah denda Rp400 juta dan penutupan 15 persen tribune saat Timnas Indonesia berlaga di partai terdekat yaitu melawan China.
Sanksi itu buntut dari aksi tidak terpuji suporter Timnas Indonesia saat laga melawan Bahrain di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK), Jakarta dalam lanjutan Grup C ronde ketiga Kualifikasi Piala Dunia 2026 zona pada 25 Maret beberapa waktu lalu.
Garuda fans dianggap melakukan xenophobia kepada tim nasional Bahrain. Suporter tim Merah Putih mengeluarkan kata-kata yang tidak pantas sampai-sampai membuat FIFA memberikan perhatian khusus.
Menpora berharap kejadian ini tidak boleh terulang karena Indonesia dikenal punya kultur yang santun di mata internasional.
"Kita harus mengedepankan kultur asli kita yaitu kesantunan dan itu harus menjadi evaluasi dan juga edukasi kembali," kata Dito Ariotedjo kepada awak media.
Lebih lanjut, Politisi partai Golkar itu yakin Garuda Fans bisa berubah setelah adanya sanksi FIFA ini.
Pasalnya, sanksi tersebut sangat merugikan Timnas Indonesia yang sedang bertanding lantaran dukungan suporter di stadion akan berkurang.
"Jadi pastinya ini saya rasa fenomena yang baru untuk masyarakat kita dan pastinya seiring waktu akan makin dewasa," jelas Dito Ariotedjo.
Baca Juga: Timnas Indonesia Dihukum FIFA Rp400 Juta, PSSI Masih Untung Rp 10 Juta, Lah Kok Bisa?
"Jadi kesantunan itu yang harus kita perlihatkan agar dunia tahu bagaimana ramahnya Indonesia," ucap menteri berusia 34 tahun tersebut.
Adapun menurut anggota Komite Eksekutif (Exco) PSSI Arya Sinulingga sanksi dari FIFA bisa dihapuskan dengan syarat.
Itu adalah kuota 15 persen yang seharusnya dihapuskan dikhususkan buat komunitas anti diskriminasi, para keluarga, serta pelajar.
Dalam sanksinya FIFA ingin kuota 15 persen itu berada di area belakang gawang yang biasanya diisi kelompok suporter militan.
"FIFA juga memberikan ruang untuk alternatif, boleh saja 15 persen itu diberikan, tapi kepada komunitas anti-diskriminasi atau komunitas khusus seperti keluarga, mungkin pelajar atau perempuan."
"Dan mereka harus memasang nanti spanduk anti-diskriminasi," ujar Arya Sinulingga.
Berita Terkait
Terpopuler
- Pelatih Argentina Buka Suara Soal Sanksi Facundo Garces: Sindir FAM
- Kiper Keturunan Karawang Rp 2,61 Miliar Calon Pengganti Emil Audero Lawan Arab Saudi
- Usai Temui Jokowi di Solo, Abu Bakar Ba'asyir: Orang Kafir Harus Dinasehati!
- Ingatkan KDM Jangan 'Brengsek!' Prabowo Kantongi Nama Kepala Daerah Petantang-Petenteng
- Seret Nama Mantan Bupati Sleman, Dana Hibah Pariwisata Dikorupsi, Negara Rugi Rp10,9 Miliar
Pilihan
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
6 Fakta Demo Madagaskar: Bawa Bendera One Piece, Terinspirasi dari Indonesia?
-
5 Rekomendasi HP 1 Jutaan RAM 8 GB Terbaru, Pilihan Terbaik Oktober 2025
-
Pertamax Tetap, Daftar Harga BBM yang Naik Mulai 1 Oktober
Terkini
-
Survei Pendukung FC Twente: Mees Hilgers Menangkan Hati Suporter
-
3 Fakta Kemenangan Persib atas Pratama Arhan Cs di Bangkok
-
Bernardo Tavares Cabut! Krisis Finansial PSM Makassar Tak Kunjung Selesai
-
Viktor Gyokeres Melempem di Empat Laga Terakhir, Mikel Arteta Beri Pembelaan
-
Resmi Bergulir! Ribuan Warga Meriahkan Turnamen Sepak Bola Antardesa di Tangerang
-
Ada Adrian Wibowo! Ini Daftar Pemain Timnas Indonesia U-23 Menuju TC SEA Games 2025
-
Gaji Kerap Nunggak, Bernardo Tavares Akhirnya Putuskan Tinggalkan PSM Makassar
-
Alex Pastoor Berani Jamin! Indonesia Punya Kans Nyata ke Piala Dunia 2026
-
Vietnam Temukan Winger Keturunan Rusia, Dipanggil untuk Perkuat Timnas U-23
-
Seberapa Parah Cedera Maarten Paes dan Emil Audero? Manajer Timnas Indonesia Blak-blakan