Bola / Bola Dunia
Kamis, 30 Oktober 2025 | 20:35 WIB
Dalam sejarah sepak bola Eropa, ada nama-nama besar yang mendefinisikan era mereka, dan di antara mereka, Jari Litmanen berdiri sebagai sosok yang unik. [Instagram @litmanenjari1]
Baca 10 detik
  • Putra dari pasangan pesepak bola, Litmanen tumbuh di keluarga yang akrab dengan dunia si kulit bundar.
  • Sejak remaja, ia sudah menunjukkan bakat luar biasa bersama FC Lahti, sebelum melanjutkan ke HJK Helsinki dan kemudian MyPa.
  • Tempat di lini depan Ajax kala itu masih ditempati Dennis Bergkamp, ikon Belanda yang kelak menjadi legenda Arsenal.

Litmanen berperan vital sepanjang musim itu, mencetak 27 gol di semua ajang, termasuk dua gol di semifinal melawan Bayern Munich yang berakhir 5-2.

Ia menjadi pemain Finlandia pertama yang menjuarai Liga Champions, membuka jalan bagi generasi baru pesepak bola Nordik.

Setahun kemudian, Litmanen bahkan menjadi top skor Liga Champions 1995/96 dengan sembilan gol, meski Ajax kalah di final melawan Juventus lewat adu penalti.

Cedera dan Tantangan di Barcelona dan Liverpool

Seiring waktu, tubuhnya mulai rapuh. Cedera berulang membuat performanya menurun.

Namun Van Gaal tetap mempercayainya dan membawanya ke Barcelona pada 1999, bergabung kembali dengan eks rekan Ajax seperti Kluivert dan De Boer bersaudara.

Sayangnya, reuni itu gagal. Litmanen kesulitan tampil reguler dan hanya mencetak empat gol sebelum akhirnya dilepas.

Tahun 2001, Liverpool datang sebagai penantang baru. Pelatih Gerard Houllier memuji kedatangannya sebagai pemain kelas dunia, dan meski masa baktinya singkat, Litmanen memberi kontribusi penting dalam keberhasilan The Reds meraih treble (Piala UEFA, FA Cup, dan League Cup).

Ia mencetak gol penting ke gawang AS Roma di Liga Champions dan memukau rekan-rekannya dengan kemampuan teknis luar biasa di sesi latihan.

Baca Juga: Manchester United, Real Madrid dan PSG Saling Sikut Demi Rekrut Wonderkid Meksiko

“Dia bukan yang tercepat, tapi visinya luar biasa,” kenang Dietmar Hamann.

Litmanen akhirnya kembali ke Ajax dan menambah satu gelar Eredivisie lagi pada 2003 sebelum kariernya menurun karena cedera.

Ia sempat bermain di Jerman, Swedia, bahkan kembali ke Finlandia, serta bergabung singkat dengan Fulham di usia 36 tahun.

Di level internasional, ia adalah ikon sejati Finlandia: 139 caps, 32 gol, dan pemain pertama yang membela negaranya dalam empat dekade berbeda (1989–2010).

Sayangnya, ia tak pernah tampil di turnamen besar, satu-satunya noda kecil dalam karier gemilangnya.

Kontributor: Adam Ali

Load More