- Scholes mengatakan, rutinitas sebagai komentator membuatnya sulit menyesuaikan waktu dengan sang anak, Aiden, yang kini berusia 20 tahun.
- Scholes mengaku kini lebih nyaman dengan format podcast yang memungkinkan dirinya bekerja tanpa mengganggu rutinitas sang anak.
- Dalam perbincangan itu, Scholes juga mengungkap bahwa ia sempat merahasiakan kondisi anaknya selama masih aktif bermain di Manchester United.
Suara.com - Legenda Manchester United, Paul Scholes, mengungkap alasan sebenarnya mengapa ia memutuskan berhenti dari pekerjaan sebagai komentator sepak bola.
Dalam podcast Stick to Football, pria berusia 50 tahun itu menjelaskan bahwa keputusan tersebut diambil demi memberikan perhatian penuh kepada putranya yang menyandang autisme berat.
Scholes mengatakan, rutinitas sebagai komentator membuatnya sulit menyesuaikan waktu dengan sang anak, Aiden, yang kini berusia 20 tahun.
“Segala hal yang saya lakukan sekarang berputar di sekitar dia. Saya masih melakukan pekerjaan di studio, tapi semua disesuaikan dengan jadwal Aiden,” ujar Scholes.
Mantan gelandang timnas Inggris itu menceritakan, selama bertahun-tahun ia sering kali harus meninggalkan anaknya saat bertugas di siaran Liga Europa setiap Kamis malam waktu yang seharusnya ia habiskan bersama Aiden.
“Dia jadi gelisah, menggigit, dan mencakar karena tahu polanya berubah. Saat itu saya sadar, saya harus berhenti,” tambahnya.
Scholes mengaku kini lebih nyaman dengan format podcast yang memungkinkan dirinya bekerja tanpa mengganggu rutinitas sang anak.
“Podcast ini bukan soal saya, tapi soal Aiden. Ini cara agar saya tetap bisa bekerja tanpa mengorbankan waktu untuknya,” kata Scholes tulus.
Dalam perbincangan itu, Scholes juga mengungkap bahwa ia sempat merahasiakan kondisi anaknya selama masih aktif bermain di Manchester United.
Baca Juga: Kutukan Trofi Cristiano Ronaldo!5Tahun Tanpa Gelar, Sudah Waktunya Pensiun?
Bahkan, ia pernah dicadangkan oleh Sir Alex Ferguson karena performanya menurun saat tengah berjuang menghadapi situasi keluarga yang berat.
“Saya tidak pernah ingin simpati. Saya hanya ingin melakukan yang terbaik untuk Aiden,” ujarnya.
Kini, Scholes berharap kisahnya bisa menginspirasi keluarga lain yang menghadapi kondisi serupa.
Ia juga mengaku sering memikirkan masa depan anaknya.
“Kekhawatiran terbesar saya sekarang adalah, apa yang akan terjadi pada Aiden ketika saya sudah tidak ada nanti. Itu selalu ada di pikiran saya,” tutupnya.
Kontributor: Azka Putra
Berita Terkait
Terpopuler
- 7 Mobil Bekas Terbaik untuk Anak Muda 2025: Irit Bensin, Stylish Dibawa Nongkrong
- Gibran Hadiri Acara Mancing Gratis di Bekasi, Netizen Heboh: Akhirnya Ketemu Jobdesk yang Pas!
- 7 Rekomendasi Lipstik Mengandung SPF untuk Menutupi Bibir Hitam, Cocok Dipakai Sehari-hari
- 7 Lipstik Halal dan Wudhu Friendly yang Aman Dipakai Sehari-hari, Harga Mulai Rp20 Ribuan
Pilihan
-
Jeje Koar-koar dan Bicara Omong Kosong, Eliano Reijnders Akhirnya Buka Suara
-
Saham TOBA Milik Opung Luhut Kebakaran, Aksi Jual Investor Marak
-
Isuzu Kenalkan Mesin yang Bisa Telan Beragam Bahan Bakar Terbarukan di JMS 2025
-
Pabrik Sepatu Merek Nike di Tangerang PHK 2.804 Karyawan
-
4 HP Baterai Jumbo Paling Murah mulai Rp 1 Jutaan, Cocok untuk Ojol!
Terkini
-
Pasang Badan Saat Kisruh El Clasico, Raphinha Layak Jadi Kapten Barcelona
-
5 Fakta Menarik Laga Premier League Akhir Pekan Ini: Arne Slot Bakal Dipecat?
-
Selamat Tinggal Vinicius Jr, Selamat Datang Erling Haaland
-
Manchester United Masih Punya Banyak Duit, Siapa Lagi yang Mau Dibeli?
-
Ingat Namanya Divine Mukasa, The Next Kevin De Bruyne
-
Liverpool Berada di Titik Nadir, Jurgen Klopp Bakal Pulang ke Anfield?
-
Juventus Jangan Terlalu Banyak Berharap! Spalletti Bukan Conte atau Mourinho
-
Phil Foden Jadi Korban Hoaks Manipulasi AI: Sang Anak Disebut Meninggal Dunia
-
Legenda Jari Litmanen, Maestro Finlandia yang Gagal Bersinar di Liverpool
-
Sosok Ini Punya Peran Krusial di Pemilihan Luciano Spalletti sebagai Pengganti Tudor