Bola / Bola Indonesia
Minggu, 16 November 2025 | 19:24 WIB
Mantan pelatih Timnas Putri Indonesia, Timo Scheunemann menjadi pelatih kepala MilkLife Soccer Challenge. [Dok. MilkLife Soccer Challenge]
Baca 10 detik
  • Antusias 1.918 siswi menunjukkan perkembangan signifikan sepak bola putri di Malang.
  • Timo Scheunemann menegaskan pentingnya latihan serius dan pembinaan berkelanjutan.
  • MI Al Ihsan dan SDN Mojorejo 01 tetap tampil sebagai juara seri perdana turnamen.

Suara.com - Gelombang minat terhadap sepak bola putri di Malang kian terasa kuat. Hal tersebut terlihat jelas dari membludaknya peserta MilkLife Soccer Challenge Malang Seri 1 2025–2026, gelaran perdana yang langsung mencatatkan 1.918 siswi dari 120 sekolah.

Tingginya animo ini menjadi sinyal bahwa kota yang selama ini dikenal dengan kultur sepak bola kuat tersebut mulai menumbuhkan ekosistem baru: sepak bola putri yang serius, terstruktur, dan kompetitif.

Puncak turnamen yang berlangsung di Stadion Gajayana pada Minggu (16/11) menjadi gambaran paling nyata. Tribun penuh sorakan, partai final berjalan ketat, dan para pemain tampil tanpa canggung.

MI Al Ihsan (KU 10) serta SDN Mojorejo 01 (KU 12) pada akhirnya keluar sebagai juara, namun yang lebih mencuri perhatian adalah kualitas permainan para siswi yang terus meningkat.

Pesan Penting Timo Scheunemann: Potensi Besar, Butuh Latihan Serius

Antusias 1.918 siswi menunjukkan perkembangan signifikan sepak bola putri di Malang. [Dok. Istimewa]

Di balik euforia tersebut, Head Coach MilkLife Soccer Challenge (MLSC), Timo Scheunemann, memberikan catatan penting soal masa depan sepak bola putri Malang.

Ia menilai kota ini memiliki modal besar—budaya sepak bola, minat tinggi, serta dukungan sekolah—namun semua itu tidak akan cukup tanpa peningkatan kualitas latihan.

“Sebagai orang Malang, saya senang akhirnya MilkLife Soccer Challenge sampai juga di kota ini. Harapan saya, para peserta dan sekolah bisa lebih serius dan konsisten berlatih karena ini adalah kompetisi yang prestisius. Sekolah harus aktif, tidak hanya menggelar latihan rutin kalau perlu mendatangkan pelatih bola yang bisa mempertajam kemampuan para peserta. Sehingga di Seri 2 nanti kita dapat melihat aksi-aksi terbaik mereka di lapangan hijau,” kata Timo.

Pesan tersebut terasa relevan melihat bagaimana banyak pemain muda tampil menonjol di turnamen ini.

Baca Juga: Pelatih Timnas Putri U-16 Puji Kualitas Bibit Sepak Bola Putri di Bekasi

Salah satunya adalah Nagista Maulidina Bilqina Bilqis, bintang MI Al Ihsan yang mencetak quattrick di final dan mengakhiri turnamen sebagai top skor dengan 34 gol. Dukungan keluarga dan kebiasaan berlatih rutin membuatnya berkembang pesat.

“Saya melihat bakat dan keinginan Nagista bermain bola, sebagai orangtua tugas kami memberi dukungan dengan memasukkan ke SSB serta membantu latihan mandiri di rumah. Hasilnya dia tampil cukup baik di lapangan," kata Abdullah, ayah Nagista Maulidina.

Talenta lain juga bermunculan, termasuk para pemain dari SDN 3 Pandanlandung, SDN Mojorejo 01, hingga SDN Ngaglik 01. Semakin banyaknya sekolah yang aktif membina siswinya menjadi indikator bahwa ruang kompetisi kian terbuka.

Wali Kota Malang: Sepak Bola Putri Harus Terus Difasilitasi

Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, yang turut menyaksikan final, menegaskan bahwa sepak bola putri sudah menjadi bagian tak terpisahkan dari identitas olahraga di kota ini.

“Malang dan sepakbola adalah dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Tingginya jumlah peserta merupakan bukti bahwa sepakbola di Malang juga digemari oleh kalangan putri," kata Wahyu Hidayat.

Load More