-
Gabriel Wilhoft-King pensiun dini pada usia 19 tahun.
-
Ia memilih studi hukum di Oxford University, Inggris.
-
PSSI gagal naturalisasi karena waktu mepet Piala Dunia U-17.
Saat ini, sang ayah telah beralih peran menjadi pembimbing bagi mahasiswa internasional di lingkungan akademik.
Ibunda Wilhoft-King, Laura, juga bukan sosok sembarangan karena beliau diketahui bekerja sebagai seorang arsitek.
Darah keturunan Indonesia yang dimiliki Gabriel Han Wilhoft-King dipercaya mengalir dari garis keturunan ayahnya yang memiliki masa kecil di Jakarta.
Latar belakang akademis yang kuat dari kedua orang tuanya ditengarai menjadi faktor genetik yang sangat mendukung Wilhoft-King.
Faktor genetik inilah yang disebut-sebut berhasil mengantarkan Wilhoft-King lolos seleksi ketat Oxford University meskipun persiapannya tergolong minim.
Keputusan sang pemain untuk banting setir menjadi mahasiswa hukum kian menegaskan orientasi hidupnya yang lebih condong ke bidang ilmu pengetahuan.
Dalam karier sepak bolanya, Wilhoft-King sempat mengalami mimpi buruk yang umum terjadi pada atlet, yakni rangkaian cedera parah.
Rentetan cedera serius tersebut diketahui mulai menyerang tubuhnya sejak akhir musim kompetisi 2021-2022.
Masalah fisik ini terus berlanjut hingga musim 2024-2025, saat ia berstatus sebagai pemain dari Manchester City U-21.
Baca Juga: Merasa Buang Waktu, Pemain Keturunan Indonesia Pilih Tinggalkan Man City Demi Gelar Sarjana Hukum
Meskipun sempat bergabung dengan Manchester City U-21 pada musim panas 2024, cedera tersebut tentu sangat mempengaruhi performanya di lapangan hijau.
Pengalaman pahit dengan cedera dan lingkungan sepak bola profesional secara keseluruhan tampaknya menjadi penyebab utama Wilhoft-King kehilangan minat.
Ia mengungkapkan secara jujur bahwa gairahnya terhadap sepak bola telah menghilang, dan ia tidak lagi menikmati kegiatan tersebut.
“Saya tidak menikmati (sepakbola lagi). Saya tidak tahu kenapa, mungkin lingkungannya. Saya juga mudah bosan. Anda pulang latihan dan tidak melakukan apa-apa. Bandingkan dengan sekarang, saya merasa kekurangan waktu karena saya rutin belajar dan bermain dengan teman-teman,” ungkapnya.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa Wilhoft-King menemukan stimulasi dan kepuasan yang lebih besar dalam kesibukan akademisnya.
Gaya hidup sebagai pemain bola profesional yang cenderung statis di luar latihan membuatnya merasa cepat bosan dan kurang tertantang.
Berita Terkait
Terpopuler
- Operasi Zebra 2025 di Sumut Dimulai Besok, Ini Daftar Pelanggaran yang Disasar
- 8 Mobil Bekas Sekelas Alphard dengan Harga Lebih Murah, Pilihan Keluarga Besar
- 5 Mobil Keluarga Bekas Paling Dicari 2025, Murah dengan Performa Mumpuni
- 5 Mobil Sedan Bekas Pajak Murah dan Irit BBM untuk Mahasiswa
- 5 Rekomendasi Smartwatch Selain Apple yang Bisa QRIS MyBCA
Pilihan
-
Danantara 'Wajibkan' Menkeu Purbaya Ikut Rapat Masalah Utang Whoosh
-
Viral Biaya Tambahan QRIS Rp500: BI Melarang, Pelaku Bisa Di-Blacklist
-
Harga Minyak Dunia Merosot Imbas Stok AS Melonjak
-
Kiper Muda Rizki Nurfadilah Korban TPPO: Disiksa hingga Disuruh Nipu Orang China
-
10 Mobil Bekas Pilihan Terbaik buat Keluarga: Efisien, Irit dan Nyaman untuk Harian
Terkini
-
Terawang Kondisi Timnas Indonesia Jika Dilatih Timur Kapadze, dari Strategi Hingga Iklim Bermain
-
Usai Uji Coba Kontra Mali, Indra Sjafri Siap Tetapkan Skuad SEA Games 2025
-
2 PR Besar Timnas Indonesia U-22 Jelang SEA Games 2025: Pertahanan dan Mental Masih Bermasalah
-
Deretan Pemain Muda yang Siap Mencuri Panggung di SEA Games 2025
-
Ide Gila untuk Timnas Indonesia: Jesus Casas Pelatih, Timur Kapadze Asisten
-
Momen Timnas Indonesia 2 Kali Hajar Curacao, Tim yang Kini Lolos ke Piala Dunia 2026
-
Timnas Indonesia U-22 Gagal Menang di Dua Uji Coba Kontra Mali, Apa Saja PR-nya?
-
Indra Sjafri: Timnas Indonesia U-22 Butuh Ivar Jenner di SEA Games 2025
-
Timnas Indonesia U-22 Terancam Pincang di SEA Games 2025 Gegara Aturan FIFA
-
6 Tim yang Perebutkan Tiket ke Piala Dunia 2026 Via Playoff Antarbenua