Bola / Bola Indonesia
Rabu, 19 November 2025 | 13:50 WIB
Pemain keturunan Indonesia, Gabriel Han Willhoft-King saat masih membela Tottenham Hotspur U-18. [Dok. Instagram/@hanwillhoftking24]
Baca 10 detik
  • Gabriel Wilhoft-King pensiun dini pada usia 19 tahun.

  • Ia memilih studi hukum di Oxford University, Inggris.

  • PSSI gagal naturalisasi karena waktu mepet Piala Dunia U-17.

Saat ini, sang ayah telah beralih peran menjadi pembimbing bagi mahasiswa internasional di lingkungan akademik.

Ibunda Wilhoft-King, Laura, juga bukan sosok sembarangan karena beliau diketahui bekerja sebagai seorang arsitek.

Darah keturunan Indonesia yang dimiliki Gabriel Han Wilhoft-King dipercaya mengalir dari garis keturunan ayahnya yang memiliki masa kecil di Jakarta.

Latar belakang akademis yang kuat dari kedua orang tuanya ditengarai menjadi faktor genetik yang sangat mendukung Wilhoft-King.

Faktor genetik inilah yang disebut-sebut berhasil mengantarkan Wilhoft-King lolos seleksi ketat Oxford University meskipun persiapannya tergolong minim.

Keputusan sang pemain untuk banting setir menjadi mahasiswa hukum kian menegaskan orientasi hidupnya yang lebih condong ke bidang ilmu pengetahuan.

Dalam karier sepak bolanya, Wilhoft-King sempat mengalami mimpi buruk yang umum terjadi pada atlet, yakni rangkaian cedera parah.

Rentetan cedera serius tersebut diketahui mulai menyerang tubuhnya sejak akhir musim kompetisi 2021-2022.

Masalah fisik ini terus berlanjut hingga musim 2024-2025, saat ia berstatus sebagai pemain dari Manchester City U-21.

Baca Juga: Merasa Buang Waktu, Pemain Keturunan Indonesia Pilih Tinggalkan Man City Demi Gelar Sarjana Hukum

Meskipun sempat bergabung dengan Manchester City U-21 pada musim panas 2024, cedera tersebut tentu sangat mempengaruhi performanya di lapangan hijau.

Pengalaman pahit dengan cedera dan lingkungan sepak bola profesional secara keseluruhan tampaknya menjadi penyebab utama Wilhoft-King kehilangan minat.

Ia mengungkapkan secara jujur bahwa gairahnya terhadap sepak bola telah menghilang, dan ia tidak lagi menikmati kegiatan tersebut.

“Saya tidak menikmati (sepakbola lagi). Saya tidak tahu kenapa, mungkin lingkungannya. Saya juga mudah bosan. Anda pulang latihan dan tidak melakukan apa-apa. Bandingkan dengan sekarang, saya merasa kekurangan waktu karena saya rutin belajar dan bermain dengan teman-teman,” ungkapnya.

Pernyataan ini menunjukkan bahwa Wilhoft-King menemukan stimulasi dan kepuasan yang lebih besar dalam kesibukan akademisnya.

Gaya hidup sebagai pemain bola profesional yang cenderung statis di luar latihan membuatnya merasa cepat bosan dan kurang tertantang.

Load More