Suara.com - Keputusan drastis Tompi untuk keluar dari Wahana Musik Indonesia (WAMI) dan menggratiskan seluruh lagunya untuk pertunjukan publik bukanlah sekadar drama selebriti.
Ini adalah sebuah gempa tektonik kecil yang berpotensi membongkar 'Kotak Pandora' yang telah lama menjadi misteri dalam industri musik Indonesia sistem pengelolaan royalti oleh Lembaga Manajemen Kolektif (LMK).
Langkah Tompi, yang dipicu oleh kekecewaan menahun, memaksa publik untuk bertanya lebih jauh. Bukan lagi sekadar ada apa dengan Tompi?, melainkan ada apa sebenarnya dengan WAMI dan sistem yang dijalankannya?.
Apa Itu WAMI dan LMK? Mesin Uang atau Misteri?
Bagi orang awam, nama WAMI atau LMK mungkin terdengar asing. Secara sederhana, LMK seperti WAMI adalah badan yang diberi mandat oleh undang-undang untuk melakukan dua hal utama:
- Mengoleksi (Menarik) Royalti: Mereka menarik biaya lisensi dari para pengguna musik komersial, seperti penyelenggara konser, stasiun TV dan radio, kafe, restoran, hingga pusat perbelanjaan.
- Mendistribusikan (Membagi) Royalti: Uang yang terkumpul kemudian dibagikan kepada para pemilik hak cipta, yaitu pencipta lagu, sebagai imbalan atas penggunaan karya mereka.
Secara teori, sistem ini mulia dan bertujuan menyejahterakan para kreator. Namun dalam praktiknya, proses dari mengoleksi ke mendistribusikan inilah yang sering kali menjadi sebuah black box atau kotak hitam yang penuh misteri.
"Emang Ngitungnya Gimana?" Pertanyaan Fundamental yang Tak Terjawab
Inilah inti dari protes Tompi yang ia lontarkan dengan frustrasi.
Pertanyaan 'EMANG NGITUNGANYA GMN? Ngebaginya atas dasar apa!??? adalah pertanyaan fundamental yang seharusnya bisa dijawab dengan data dan metodologi yang jelas oleh sebuah lembaga profesional.
Baca Juga: Tompi 'Gebrak Meja', Keluar dari WAMI dan Gratiskan Lagunya: Jawaban Gak Masuk Akal Sehat Saya
Ketidakjelasan ini menimbulkan pertanyaan turunan yang krusial:
- Validitas Data: Bagaimana sebuah LMK tahu lagu siapa saja yang diputar di ribuan kafe di seluruh Indonesia setiap malamnya? Apakah ada sistem monitoring yang akurat, atau hanya berdasarkan asumsi dan survei acak?
- Transparansi Pembagian: Atas dasar apa seorang musisi A mendapat royalti lebih besar dari musisi B? Apakah ada laporan terperinci yang bisa diakses oleh para anggotanya mengenai di mana saja lagu mereka diputar dan berapa nilai royaltinya?
Kekesalan Tompi semakin terlegitimasi karena keresahan ini juga dirasakan oleh mendiang sahabatnya, Glenn Fredly, seorang ikon yang seumur hidupnya vokal memperjuangkan ekosistem musik yang adil.
Fakta bahwa dua musisi sekaliber mereka tidak pernah mendapatkan jawaban yang memuaskan menandakan adanya masalah sistemik yang serius.
Dilema di Lapangan, Pencipta Gratiskan, LMK Tetap Tagih?
Aksi Tompi menggratiskan lagunya memunculkan potensi kekacauan baru di lapangan, seperti yang disoroti oleh seorang netizen dari unggahan di akun instagram @pembasmi.kehaluan.reall.
"Disebelah (saya lupa di akun mana) ada yg komen, para pencipta lagu nya ngebebasin buat nyanyiin lagu mereka, tapi nanti ujung²nya lembaga itu tetep ngasih tagihan buat pembayaran royaltinya, nah ga tau dah itu duitnya lari kemana," ungkap akun @te***a_.
Tag
Berita Terkait
-
Tompi 'Gebrak Meja', Keluar dari WAMI dan Gratiskan Lagunya: Jawaban Gak Masuk Akal Sehat Saya
-
Nyanyi Tanah Airku di GBK Harus Bayar Royalti? PSSI: Berisik, Bikin Gaduh!
-
Mita The Virgin Bebaskan Lagunya Diputar di Kafe dan Restoran, Sebut Sebagai Ajang Promosi
-
RESMI: Ahmad Dhani Bagikan Link Agar Kafe & Resto Bisa Putar Lagu Dewa 19 Gratis
-
Hotel hingga Restoran Sepi Lagu, PHRI Sindir Pemerintah: Kok Dilepas ke LMKN?
Terpopuler
- 18 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 26 September: Klaim Pemain 108-112 dan Hujan Gems
- Thom Haye Akui Kesusahan Adaptasi di Persib Bandung, Kenapa?
- Rekam Jejak Brigjen Helfi Assegaf, Kapolda Lampung Baru Gantikan Helmy Santika
- Saham DADA Terbang 2.000 Persen, Analis Beberkan Proyeksi Harga
- Ahmad Sahroni Ternyata Ada di Rumah Saat Penjarahan, Terjebak 7 Jam di Toilet
Pilihan
-
Profil Agus Suparmanto: Ketum PPP versi Aklamasi, Punya Kekayaan Rp 1,65 Triliun
-
Harga Emas Pegadaian Naik Beruntun: Hari Ini 1 Gram Emas Nyaris Rp 2,3 Juta
-
Sidang Cerai Tasya Farasya: Dari Penampilan Jomplang Hingga Tuntutan Nafkah Rp 100!
-
Sultan Tanjung Priok Cosplay Jadi Gembel: Kisah Kocak Ahmad Sahroni Saat Rumah Dijarah Massa
-
Pajak E-commerce Ditunda, Menkeu Purbaya: Kita Gak Ganggu Daya Beli Dulu!
Terkini
-
Ruben Onsu Ngaku Punya 'Kaki Tambahan' Saat Umrah Demi Bisa Cium Hajar Aswad
-
Feast Guncang CRSL Land Festival 2025, Ajak Doa untuk Palestina
-
Eza Gionino Coba Dagang Ponsel, Unit Rusak Sebelum 6 Bulan Langsung Diganti Baru!
-
Adrian Khalif Buka CRSL Land Festival 2025, Bawakan Lagu 'Alamak'
-
Coretan Wanda Hamidah dari Sisilia: Yang Kami Takuti, Kalian Diam Melihat Genosida
-
Ruben Onsu Pilih Hindari Konflik Selepas Peluk Islam: Dibawa Salat Aja
-
Jakarta World Cinema 2025 Resmi Dibuka, Sineas Lokal dan Internasional Tumpah Ruah
-
Jerome Polin Bagi Tips Terbaik Main Judi Slot Pakai Matematika: Kalau Kalian Mau Menang..
-
7 Film Indonesia Non-Horor Tayang di Bioskop Oktober 2025, Ada Karya PFN Loh!
-
Ibunya Tantrum Lagi Hina Arie Kriting, Indah Permatasari: Tolong Jangan Dihujat