Suara.com - Presenter program Meet Nite Live Metro TV, Valentinus Resa turut memberikan kritik tajam terhadap film animasi "Merah Putih One for All" yang disebutnya sebagai "film animasi asal jadi".
Dalam monolognya yang kini viral, Resa secara sistematis membantai hampir seluruh aspek film "Merah Putih One for All", mulai dari kualitas visual, narasi, hingga klaim historisnya yang dianggap konyol.
"Kita bahas nasionalisme yang dijadikan bungkus narasi di film animasi asal jadi. 14 agustus 2025 nanti, rakyat akan disuguhkan karya agung bertajuk "Merah Putih One for All"," ujar Valentinus Resa yang membuka program Meet Nite Live Metro TV dengan nada sarkas membahas film "Merah Putih One for All", Rabu 13 Agustus 2025.
Serangan pertama, Valentinus Resa langsung mengarah pada aspek visual yang menurutnya penuh kejanggalan dan menjadikan desain poster film tersebut bahan cemoohan utama.
"Posternya pakai font ala power point anak SD presentasi lomba 17-an dengan kombinasi warna yang lama-lama kalau dilihat bisa bikin buta warna," ujarnya.
Resa bahkan mengutip istilah populer di kalangan desainer yang menyebut desain poster film animasi itu sebagai "sampah visual" karena warnanya yang tabrakan kayak seragam futsal sponsoran bengkel tambal ban..
Kualitas animasi film Merah Putih One for All ini pun tak luput dari kritik tajam dari Valentinus Resa yang dinilai dibuat memakai HP kentang.
"Karakternya sudah 3D, tapi berasa dibikin pakai HP kentang sambil dicas di warkop," ujarnya, yang langsung memicu tawa penonton.
Resa heran bagaimana karya dengan kualitas seperti itu bisa lolos dan dipaksakan sebagai medium narasi kebangsaan.
Baca Juga: Geger Pajak PBB-P2 Cirebon Naik 1000 Persen, DPRD Buka Suara
"Dibungkus grafis setara tugas animasi anak SD yang baru bisa bedain restart sama shutdown," tambahnya.
Valentinus Resa lantas beralih ke naskah film tersebut, yang menceritakan sekelompok anak merebut kembali bendera Merah Putih dari penjahat yang dianggapnya tidak masuk akal untuk latar waktu sekarang ini.
"Sekilas kedengarannya heroik, tapi kalau dipikir lagi apa masalahnya kehilangan selembar kain bendera? Ayo lah, ini ceritanya bukan perang melawan jenderal malabi, ini cerita kekiniaan tahun 2025 yang mana kalau bendera ilang bisa dibeli di mana aja," jelas Resa.
Resa menyimpulkan misi dalam film tersebut tidak memiliki urgensi yang kuat.
Menurutnya, dialog dalam film ini juga terasa dangkal dan klise, bahkan menyamakannya dengan konten viral di media sosial.
"Dialog sekelas drama China di TikTok yang selalu ada sound "tengtengteng" pas adegan ada menantu miskin keluar dari mobil," cibirnya.
"Dialognya dipenuhi slogan semu, kami kecil tapi cinta kami besar. Cocok banget sama filmnya, besar narasinya, minim hasilnya," lanjut Resa.
Kritik Resa juga menyentuh klaim bahwa film ini adalah karya animasi pertama bertema kebangsaan.
Valentinus Resa pun tegas membantahnya dengan menyebutkan judul-judul film animasi yang lebih dulu ada dan jauh lebih berkualitas.
"Konyolnya lagi, film ini diklaim sebagai film animasi karya anak Indonesia pertama yang bertema kebangsaan. Seolah-olah, karya sebelumnya gak pernah ada," katanya,sambil menyebut film Battle of Surabaya, Nussa, dan Adit Sopo Jarwo The Movie sebagai contoh karya bertema kebangsaan yang digarap lebih baik.
Ia membandingkan film "Merah Putih One for All" ini juga dengan karya sineas profesional yang lahir dari kerja keras.
"Bukan sekedar karya gorengan pakai minyak curah oplosan. Cuman bikin radang tenggorokan, mata kunang-kunang," sindirnya.
Roasting ditutup dengan sebuah pertanyaan tajam yang menyisakan tanda tanya besar, mempertanyakan bagaimana film dengan kualitas yang dikritik habis-habisan ini bisa mendapat tempat di layar lebar.
"Siapa dalangnya?" ujar Resa.
Berita Terkait
-
Apakah Suno AI Berbayar? Diduga Dipakai untuk OST Film 'Merah Putih One For All'
-
Merah Putih One For All Diduga Habiskan Rp6 Miliar, Hanung Bramantyo Bongkar Dapur Produksi Animasi
-
Sutradara Akui Malu Gaet Artis Ternama untuk Film Merah Putih One For All
-
Film Merah Putih One For All Tetap Tayang Hari Ini, Tersedia di 3 Bioskop XXI Jakarta
-
Animasi Pertama Garapan Indonesia yang Tayang 1983, Lebih Bagus dari Film Merah Putih One For All?
Terpopuler
- 3 Fakta Menarik Skuad Timnas Indonesia Jelang Duel Panas Lawan Arab Saudi
- 15 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 27 September 2025, Kesempatan Raih Pemain OVR 109-113
- 30 Kode Redeem FC Mobile Terbaru 28 September: Raih Hadiah Prime Icon, Skill Boost dan Gems Gratis
- Rumahnya Dijadikan Tempat Kebaktian, Apa Agama Krisna Mukti?
- Tak Cuma di Indonesia, Ijazah Gibran Jadi 'Gunjingan' Diaspora di Sydney: Banyak yang Membicarakan
Pilihan
-
Misi Bangkit Dikalahkan Persita, Julio Cesar Siap Bangkit Lawan Bangkok United
-
Gelar Pertemuan Tertutup, Ustaz Abu Bakar Baasyir Ungkap Pesan ke Jokowi
-
Momen Langka! Jokowi Cium Tangan Abu Bakar Ba'asyir di Kediamannya di Solo
-
Laga Klasik Timnas Indonesia vs Arab Saudi: Kartu Merah Ismed, Kemilau Boaz Solossa
-
Prabowo 'Ngamuk' Soal Keracunan MBG: Menteri Dipanggil Tengah Malam!
Terkini
-
Pratama Arhan Jatuhkan Talak Raj'i, Kesempatan Rujuk dengan Azizah Salsha Masih Ada
-
Land of Leisures 2025 Siap Guncang Jogja, Hadirkan Barasuara dan 90 Plus Brand Lokal!
-
Tak Terima Diusir dari Indonesia, Aisar Khalid Bahas Banyak WNI Kerja di Malaysia Tak Diusir
-
Selamat, Billy Syahputra Dikaruniai Anak Pertama dari Istri Bulenya
-
LDR Jadi Biang Kerok? Fakta di Balik Perceraian Pratama Arhan dan Azizah Salsha Dibongkar Pengacara
-
Tak Ada Perlakuan Istimewa, Pihak Zaskia Adya Mecca Akan Tinjau Penahanan Oknum TNI
-
Diisukan Pisah, Sabrina Chairunnisa Sukai Komentar soal Layak Dapatkan yang Lebih Baik
-
Tok! Pratama Arhan Resmi Ceraikan Azizah Salsha, Ikrar Talak Diwakilkan Kuasa Hukum
-
Cedera Hamstring, Desta Sedih Harus Vakum Olahraga dan Berharap Tak Parah
-
Karyawan Zaskia Adya Mecca Korban Pemukulan Oknum TNI Sempat Ragu Lanjutkan Kasusnya