Entertainment / Gosip
Senin, 20 Oktober 2025 | 08:01 WIB
Penampakan komika Arie Kriting ikut demo kawal putusan MK di depan Gedung DPR RI. (Suara.com/Rena)

Suara.com - Komika Arie Kriting menyoroti isu rasial yang menurutnya masih menjadi masalah laten di Indonesia.

Hal itu ia sampaikan saat menjadi pemandu acara dalam diskusi bertajuk 'Pemuda Merawat Nalar Bangsa' yang tayang di kanal YouTube Mahfud MD pada 17 Oktober 2025.

Lelaki berusia 40 tahun itu secara khusus membahas fenomena yang ia sebut sebagai 'rasis positif'.

Menurutnya, di Indonesia seringkali muncul stereotip yang seolah-olah positif, namun sebenarnya berakar dari pandangan rasial.

Arie mengawali pembicaraannya dengan mengungkapkan keresahan pribadi terkait isu tersebut.

"Masalahnya saya sendiri, itu adalah isu rasial," ujarnya di hadapan para peserta diskusi.

Arie menjelaskan bahwa rasisme di Indonesia berbeda dengan yang terjadi di negara lain, seperti Amerika, yang lebih terbuka.

Di Tanah Air, menurutnya, rasisme seringkali tersembunyi dan sulit untuk diidentifikasi secara langsung.

"Indonesia itu jago banget menyembunyikan hal-hal seperti itu. Kayaknya tidak rasis, tapi kayaknya rasis," kata komika asal Kendari tersebut.

Baca Juga: 6 Film Dibintangi Arie Kriting dan Indah Permatasari, Terbaru Gak Nyangka

Suami Indah Permatasari ini kemudian memberikan contoh konkret mengenai 'rasis positif' yang kerap ia temui dalam kehidupan sehari-hari.

Arie Kriting, sutradara film Kaka Boss dalam acara Content Day di kawasan Pasar Minggu, Jakarta Selatan, Senin (19/8/2024). [Suara,com/Tiara Rosana]

Ia mencontohkan stereotip bahwa orang dari Indonesia Timur selalu dianggap kuat secara fisik.

"Orang Timur kuat. Positif, tapi rasial itu," tegasnya.

Arie lantas memberikan analogi yang menggelitik untuk menggambarkan bagaimana stereotip tersebut bekerja dalam situasi sosial.

Ia menggambarkan jika ada sekelompok orang yang terlibat perkelahian, orang dari Timur lah yang kerap diharapkan untuk maju lebih dulu.

Keresahannya semakin dalam ketika ia membandingkan stereotip kekuatan fisik tersebut dengan data angka gizi buruk di Indonesia.

Load More